Dua Puluh Lima

11.2K 1.4K 53
                                    

I can't imagine the world with you gone.

-Lusi

"Kakek! Ini udah nggak bener! Dunia komik akan hancur kalau Kakek terus begini. Apa Kakek sudah lupa alasan Kakek menciptakan dunia itu?!"

Seorang pria tua yang rambutnya penuh dengan uban itu hanya melirik sekilas. Padahal jelas-jelas wajahnya menunjukkan rasa lelah, tapi ia tetap melanjutkan apa yang sudah dia rencanakan.

"Kakek tak punya pilihan," ucapnya dengan mudah.

"Jadi ... Kakek udah tau kalau Luki membongkar portal dimensi?" tanya Feronika akhirnya. Dia sudah menebak apa yang dipikirkan kakeknya kala membaca alur cerita komik yang semakin tidak karuan.

"Benar." Sang kakek bangkit dengan tongkat kayu untuk membantunya berjalan. Dia melewati cucunya begitu saja. "Kakek mau istirahat."

"Kakek nggak bisa kayak gini! Kakek udah janji sama aku untuk jaga Lusi agar baik-baik aja. Kenapa jadi begini? Jiwanya bisa mati kalau Kakek mengacaukannya." Feronika segera berlari menuju meja kerja kakeknya. Dia mencari apa pun yang bisa mengendalikan dunia komik. Tapi tentu saja kakeknya tidak sebodoh itu untuk meninggalkan sesuatu yang penting.

"Luki sudah memberikannya kesempatan untuk kembali, tapi dia menolaknya. Maka dia tak punya banyak pilihan," ucap kakek Feronika. "Apalagi Luki juga sudah melanggar kesepakatan. Biarlah mereka menanggung akibatnya."

Feronika mendudukkan diri di kursi kayu kakeknya dengan tubuh lemas. Ini semua memang kesalahannya. Kalau dari awal Feronika tidak membawa jiwa Lusi ke dunia komik, mungkin semua ini takkan terjadi. Tapi dia tak punya pilihan. Dia ingin melihat Lusi bahagia, walau caranya lebih berisiko.

"Semoga lo bisa mengatasi semuanya, Lus. Gue mohon, kembalilah," gumam Feronika sembari mengusap kasar wajahnya.

Dengan berat hati, Feronika membuka tasnya untuk mengambil komik berjudul I'm In Love With a Second Lead. Dia membuka halaman yang ada di sana dan melihat gambar yang mulai bermunculan, tanda cerita Lusi sebagai Lauren kembali dimulai.

***

Seorang gadis berusia delapan tahun tengah menatap ombak yang saling menenggelamkan. Karena letak panti asuhan dekat dengan pantai, kebanyakan anak panti yang bosan selalu kabur ke sini. Itulah yang membuat Lusi akhirnya duduk sendiri sembari memeluk kakinya.

Dia penasaran, apa yang sebenarnya dilakukan orang tuanya? Mengapa mereka tiba-tiba sudah pergi tanpa memberitahu Lusi? Apakah Lusi terlalu nakal? Padahal Lusi hanya minta dibelikan boneka beruang. Dia janji akan menurut kalau ayah dan ibunya kembali menjemputnya.

Kala Lusi menyapu pandangannya pada area di sekitar pantai, dia melihat seorang bocah kecil seumurannya yang sedang berjongkok mengumpulkan kerang di kalengnya.

"Axel, kamu dapat banyak?"

Anak yang dipanggil Axel itu menatap ibunya tanpa ekspresi dan menjawabnya dengan anggukan.

"Anak yang pintar!" Wanita itu tampak senang dengan respon kecil yang ditunjukkan Axel. Terlihat dari reaksinya yang berlebihan. Hingga tanpa sengaja mata Lusi bertemu dengan wanita itu. Dia terlihat menggendong anaknya sambil berjalan mendekati Lusi.

"Nak, kenapa sendirian di sini? Apa kamu ke sini dengan keluarga?" tanya wanita itu.

Lusi diam selama beberapa menit sebelum menjawabnya. "Aku lagi sendirian. Ibu sama ayah pergi."

I'm In Love With A Second Lead Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang