Delapan!

45 11 0
                                    

"Jangan sampai ada barang yang ketinggalan

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Jangan sampai ada barang yang ketinggalan. Jangan lupa sampahnya diberesin."

"Iya, Kak." Mereka semua menjawab dengan serempak mendengar perintah dari Ihan.

Ihan kembali berjalan ke asrama lain untuk mengingatkan peserta yang lainnya. Hari ini mereka akan pulang setelah acara kegiatan LDKS.

"Han!" Ihan menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Mendapati Suci yang tengah berlari ke arahnya.

"Kata Danu, bis udah dateng. Kalo udah selesai, peserta langsung ke sana aja," info Suci dengan napas terengah-engah akibat tadi berlari cukup jauh. Jarak dari parkiran ke asrama memang jauh. Harus menaiki tangga pula.

Ihan terkekeh melihatnya. "Capek ya?" tanyanya lalu merapihkan anak rambut Suci yang menghalangi sebagian wajahnya.

Suci yang menyadarinya langsung menepis pelan tangan Ihan. "Ihh, malu, Han! Jangan di sini! Nanti kalo ada yang liat gimana?"

"Yaa biarin aja," jawab Ihan dengan enteng.

Suci memukul lengan Ihan. "Kita itu harus jaga sikap di depan peserta. Kamu lupa sama peraturan selama di sini? Gak boleh berduaan sama lawan jenis atau pacaran. Nanti apa kata adik kelas kalo liat kakak kelasnya pacaran?" ujarnya panjang lebar.

"Iya, iya bawel. Ayok!" Ihan tak menggubris ucapan Suci. Lelaki itu malah merangkul dan membawanya pergi dari sana.

"Ihaaann!"

📌📌📌

Dafik menaiki tangga bus setelah ada intruksi dari panitia untuk segera masuk ke sana. Dafik masuk melalui pintu depan. Namun, saat sudah sampai di tangga terakhir, ia menghentikan langkahnya.

Menyadari kehadiran Dafik, mereka semua yang sudah berada dalam bus langsung mengalihkan perhatian padanya dan menatapnya dengan tatapan berbeda-beda. Termasuk Bima. Namun, setelahnya mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Dafik memegang erat tali tasnya dan kembali berjalan. Sampai mendekati teman-temannya, Dafik tidak berhenti dan duduk di tempatnya, lelaki itu malah melanjutkan langkahnya sampai ke kursi belakang.

"Maaf, Kak. Saya boleh duduk di sini?" tanyanya meminta izin pada panitia yang ada di sana.

"Boleh, boleh. Duduk aja."

Setelah mengucapkan terima kasih, Dafik langsung duduk di pojok dekat jendela. Memasang earphonenya dan menyalakan musik dari handphonenya.

Sementara di depan sana, Kayla baru saja masuk ke bus bersama Suci.

"Ini udah pada kumpul semua, kan? Coba dicek, siapa tau temennya ketinggalan atau barangnya ada yang ketinggalan," ujar Ihan berdiri di depan bus dekat kursi supir.

"Udah, Kak!" jawab mereka sebagian.

"Han. Bis dua sama tiga udah siap. Semuanya udah kumpul," ujar Kayla memberitahu.

"Oke. Berarti langsung jalan aja nih?" tanyanya. Kayla mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, ia kembali berjalan ke belakang untuk duduk di tempatnya. Namun, seketika mengerutkan keningnya saat melihat Dafik ada di sana.

Sedetik kemudian, raut wajahnya kembali datar. Kayla langsung duduk di sana-tepat di samping Dafik tanpa peduli kehadiran lelaki itu. Karena, hanya itu tempat yang masih kosong.

📌📌📌

Keadaan di dalam bus benar-benar hening. Semuanya sedang tertidur. Mungkin karena kelelahan sehabis melakukan berbagai aktivitas yang waktunya sampai malam. Apalagi panitia. Mereka susah untuk mencari waktu istirahat, karena sibuk harus mengurus beberapa hal.

Di tempatnya, Kayla terlihat sibuk dengan handphonenya. Jari-jarinya menari dengan lincah di atas benda pipih tersebut.

Saat sibuk dengan tulisannya, Kayla langsung mengumpat dalam hati karena handphonenya mati. Padahal dia belum menyimpannya. Ah! Semoga aja gak hilang. Pikirnya.

Kayla menaruh handphone ke dalam tasnya. Huh! Sekarang dia harus apa? Handphonenya mati, teman-temannya sedang tidur, dan Suci? Tidak usah ditanya lagi. Gadis itu sedang bersama Ihan di bangku depan sana. Ya, mereka duduk berdua.

Ah iya, Kayla baru ingat! Ia menolehkan kepalanya ke samping. Di sana Dafik tengah tertidur dengan kepala menyandar pada jendela bus. Tak lupa earphone yang menyumpal kedua telinganya.

Kayla terus memperhatikan sampai beberapa detik. Tidak tau kenapa dia sulit untuk mengalihkan pandangannya. Sadar ada yang memperhatikan, Dafik pun langsung membuka matanya lalu menoleh.

Seketika Kayla terkejut dan buru-buru mengalihkan pandangannya salah tingkah. Sial! Ternyata dia gak tidur. Pikirnya.

Kayla pura-pura menggeledah tasnya. Mengambil apapun untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sampai tidak menyadari ada sesuatu yang jatuh dan berhenti tepat di sebelah kaki Dafik.

Dafik yang menyadari lantas mengambilnya. Sebuah kertas yang dilipat menjadi dua. Ada tulisannya juga di dalam sana. Saat ingin membuka kertas itu, Kayla langsung merebutnya dengan raut panik.

"Punya saya. Gak sopan main buka-buka aja," ujarnya dengan sinis. Lalu memasukkan kembali ke dalam tasnya.

Tangan Dafik yang menggantung di udara perlahan turun. "Kak Kayla emang gitu, ya ke semua orang?" Alih-alih meminta maaf, Dafik malah memberikan pertanyaan yang membuat Kayla bingung.

"Maksud kamu?"

"Yaa ... kayak gini. Jutek, sinis, galak,-"

"Gak usah sok tau kamu," potong Kayla dengan cepat. Dia tidak terima jika dinilai seperti itu oleh adik kelasnya yang bahkan baru ia kenal beberapa hari ini.

"Tuh 'kan salah lagi," ucap Dafik sangat pelan.

Kayla langsung menoleh dengan cepat. "Ngomong apa kamu?" tanyanya penuh introgasi.

Dafik menggeleng dengan cepat. "Enggak."

Kayla memicing curiga. "Awas ya, kalo kamu ketauan ngomongin saya di belakang," ancamnya sambil mengacungkan jari telunjuknya. "Jadi adik kelas kok gak sopan banget," tambahnya dengan sinis.

"Kak Kayla juga jadi kakak kelas galak banget," balas Dafik asal ceplos.

Skakmat!

Bola mata Kayla membulat sempurna mendengar balasan enteng dari Dafik. Kayla tidak menyangka murid baru yang menjadi adik kelasnya itu berani membalas ucapannya. Ini sudah yang kedua kalinya!

Melihat raut wajah Kayla yang berubah, Dafik langsung mengalihkan pandangannya ke jendela. Menghindari tatapan tajam itu. Tidak tau kenapa mulutnya tidak bisa dikontrol kalau sudah berhadapan dengan Kayla. Dia refleks mengucapkan hal itu.

 Dia refleks mengucapkan hal itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Ketua Osis & Adik KelasOnde histórias criam vida. Descubra agora