Dua Belas!

34 4 0
                                    

Kayla jadi lebih merasa bersalah pada Dafik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kayla jadi lebih merasa bersalah pada Dafik. Tidak hanya kejadian hari itu-insiden angkot mogok. Tapi juga saat dia tau kalau bukan Dafik yang membawa rokok di kegiatan LDKS tempo hari.

Walaupun acaranya sudah berlalu lama, tapi ini terasa tidak adil untuk lelaki itu. Bahkan, Kayla sudah menulis nama Dafik dua kali di buku hitamnya.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tapi Kayla tak berniat untuk pulang cepat ke rumahnya. Lagipula di rumahnya tidak ada siapa-siapa saat dirinya sampai di rumah.

Saat ini, Kayla sedang duduk di kursi depan Alfamart dekat sekolahnya. Untuk masalah Bara, lelaki itu sudah diberi hukuman untuk membersihkan aula sekolah selama seminggu. Biarkan lelaki itu merasakan hal yang sama saat Dafik dihukum untuk membersihkan aula saat LDKS hari itu.

Ngomong-ngomong soal Dafik, Kayla belum melihatnya hari ini. Saat jam istirahat pun, Kayla tidak melihatnya di kantin atau pun di tempat lain.

Tunggu? Kenapa dia bertingkah seolah sedang mencari lelaki itu?

Kayla menggeleng cepat. Tidak. Dia hanya merasa bersalah pada Dafik. Itu saja.

Tin!

Saat tengah asik melamun, suara klakson mobil berhasil membuyarkan lamunannya. Membawa Kayla pergi dari pikiran ngaconya.

Kayla mendongak. Mendapati Ihan yang keluar dari mobil dan berjalan ke arahnya.

"Belum pulang, Kay?" tanya lelaki itu. Sementara dijawab oleh Kayla dengan gelengan kepala.

"Kamu sendiri?" Kayla balik bertanya. Bermaksud hanya basa-basi.

"Ini gue mau pulang. Tadi nongkrong dulu sama yang lain."

Kayla manggut-manggut mengerti. Sudah menjadi kebiasaan kalau setiap pulang sekolah, Wakil Osis itu selalu pergi ke warung belakang sekolah.

Tenang. Mereka tidak melakukan hal aneh-aneh. Hanya kumpul-kumpul biasa sambil minum es. Hitung-hitung melepas penat mereka sehabis belajar.

"Kay," panggil Ihan.

Kayla tersentak karena melamun. "Hm?"

"Gue boleh tanya sesuatu?"

Tanpa menunggu lama, Kayla mengangguk saja.

"Lo lagi berantem sama Suci? Gue liat kalian saling cuek gitu."

Kayla menghela napasnya. Sudah menebak kalau Ihan akan bertanya hal itu. Lelaki itu cukup peka terhadap sekitarnya. Apalagi jika itu berkaitan dengan pacarnya.

"Bukan masalah besar." Hanya itu yang bisa Kayla jawab. "Kalo gitu gue duluan, ya," ujarnya lagi sembari beranjak dari duduknya. Sengaja untuk mengalihkan rasa penasaran lelaki itu.

"Gak mau bareng aja?"

Baru saja berdiri, Ihan sudah menahannya dengan menawarkannya tumpangan. Tanpa berpikir, Kayla menggeleng pelan tanda tidak usah. Setelah itu, Kayla bergegas pergi begitu saja.

Ketua Osis & Adik KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang