7. Ya, ya, aku kangen kamu!

187 26 14
                                    

Ini adalah hari kelima Renjun tidak melihat Dave secara langsung, hanya melalui layar ponsel tapi cukup membuatnya bahagia. Jadi, semalam Dave memberanikan diri untuk melakukan panggilan video dengan Renjun.

                         
Kalau di ingat-ingat membuat si manis senyum-senyum sendiri. Bagaimana tidak, Dave semalam tidak seperti Dave yang biasanya. Yang selalu menggodanya dan membuatnya kesal, ketika melakukan panggilan video, Dave tampak malu-malu membuat Renjun tidak berhenti tersenyum.

                         
Dave juga menanyakan ingin di bawakan oleh-oleh apa, tapi Renjun dengan jahilnya menjawab, ''Aku mau kamu aja, nggak mau yang lain.''

                         
Wajah Dave langsung merona begitu mendengar perkataan Renjun. Si manis tentu saja langsung tertawa kencang. Rasanya dia sudah bisa sedikit membalas perlakuan Dave yang biasanya membuat wajahnya merona.

                         
Mereka melakukan panggilan video sekitar satu jam karena Dave di Jepang sangat sibuk. Dia harus menemui beberapa investor dan rekan kerjanya yang berada di sana. Juga untuk meninjau lokasi yang akan di gunakan untuk membuka cabang perusahaannya.

                         
Seperti biasa, Renjun sedang berada di café. Namun, hari ini berbeda dari hari biasanya. Dia sudah datang ke café sejak pukul sebelas siang. Memantau para pegawainya dan juga ikut membantu mereka menyiapkan beberapa bahan makanan untuk di olah.

                         
Entah mengapa, hari ini dia bersemangat sekali. Mungkin karena semalam sudah melihat wajah tampan laki-laki berumur 36 tahun yang membuat dunianya lebih berwarna. Dia rasa, dia benar-benar sudah move on dari mantan brengseknya.

                         
Kalau kata orang sih, move on itu ketika kita sudah memiliki pasagan baru atau sudah memberikan hati kita untuk orang yang baru—seperti Renjun yang sudah memberikan hatinya untuk Dave, walau belum seluruhnya.

                         
Masih ada ketakutan dalam diri Renjun, takut terluka dan takut di sakiti lagi. Mungkin dari awal dia memang salah. Memberikan seluruh hati dan dunianya untuk seorang Galvin Darius Sanjaya. Kali ini, dia akan berhati-hati terhadap Dave. Apalagi, mereka kenal belum terlalu lama, hitungannya adalah ''hari.''

                         
Lagi-lagi memakai alasan ''waktu'' yang katanya terlalu cepat untuk menyatakan kalau dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Dave.

                         
Dia selalu bepikir, ''Bukankah ini terlau cepat untuk menyatakan kalau aku sudah jatuh cinta pada Dave?''

                         
Si manis tidak tahu, kalau cinta tidak mengenal waktu. Kalau cinta tidak mengenal rupa. Kalau cinta tidak mengenal status sosial, jabatan dan harta? Intinya, cinta itu tidak mengenal ''alasan''. Sederhananya, kalau cinta ya cinta. Sudah—cukup, seperti anak kecil yang mencintai orang tuanya—murni dan tanpa syarat.

Renjun menghela nafas lelah ketika dia memikirkan hal ini. Hilang kemana semangat yang menggebu-gebu tadi?

                         
Bukankah luar biasa efeknya? Hanya memikirkan hubungannya dengan Dave membuatnya sedkit down.

                         
''Mengapa rumit seperti ini?'' Renjun bertanya dalam hati. Kemudian dia mencuci tangannya setelah membersihkan beberapa sayuran dan buah-buahan segar. Membuat secangkir cokelat hangat lalu membawanya ke ruangan pribadinya.

                         
*****

                       
Di ruangannya, sedari tadi Renjun hanya bermain game. Sesekali membalas pesan atau email dari pegawai hotelnya. Ini sudah sore dan dia belum makan siang, entah, dia tidak merasa lapar.

Kenalan «DaveRen» ✔Where stories live. Discover now