22. Semalam [Bonus]

314 21 3
                                    


Bagai pencuri, sinar mentari pagi menyusup dengan lihai melewati celah-celah jendela dan sela-sela tirai yang tidak tertutup rapat. Sedikit mengenai permukaan kulit yang tidak tertutupi selimut.


Perlahan, satu dari dua orang yang berada di satu ranjang berukuran besar pun terbangun. Terusik oleh sengatan sinar mentari yang tidak seberapa panas jika dibandingkan dengan aktivitas ranjang keduanya semalam.


Mata sipit itu pun terbuka. Mengerjap-ngerjap sebentar kemudian menguap cukup lebar.


"Hoahmm..."


Pergerakan kecilnya yang tidak seberapa itu ternyata sukses membangunkan seseorang yang memeluknya erat dari arah belakang.

"Morning, Love,"


Sudut-sudut bibir tipisnya otomatis terangkat dan ketika dia ingin membalas sapaan pagi yang terdengar begitu romantis dengan kecupan di bibir, dia pun bergerak. Ingin membalikkan tubuhnya menghadap seseorang bertubuh besar, sosok kurus itu meringis pelan.

"Aww... sshh."


"Sakit?"


Pelukan erat itu pun perlahan melonggar.


Si pemilik bibir tipis itu hanya menggeleng malu. Kedua pipi tembamnya sudah di hiasi rona merah yang menjalar sampai ke telinganya,

"Penuh, punya kamu kok nggak di keluarin, sih?"


Laki-laki yang masih memeluknya itu hanya terkekeh.


Kemudian, dia merasakan jika tengkuk dan bahunya yang telanjang dikecup lembut.

"Davehh, geli."


Dave menyeringai. Jemari besarnya merambat naik ke dada Renjun. Merabanya dengan sensual dan berhenti sampai di puting Renjun, lalu memilinnya dengan lembut.


"Aahhh..." Desahan pertama Renjun di hari ini terdengar begitu lembut di telinga Dave.


Pinggulnya juga sedikit digerakkan. Membuat penisnya yang tentu bangun di setiap pagi itu bergerak keluar-masuk di lubang Renjun.


"Nggak usah olahraga di luar, olahraga di ranjang aja, sama-sama keluar keringet ini," Katanya di ikuti kekehan lucu. Lengannya pun mendapat pukulan ringan dari Renjun.


"Nanti kena marah Jaemin. 'kan udah janjian... Aahh... Diem dulu ih," Rengeknya sebal. Gerakan penis Dave di dalam lubangnya semakin cepat. Tubuhnya pun terhentak dan sialnya, jemari Dave tidak melepaskan putingnya. Tonjolan berwarna merah muda itu masih setia di pilin, bahkan di pelintir cukup keras. Membuat bibir Renjun terbuka dan mendesah hebat.


"Ahhh... Daveehhh... Pelannhhh..."


Sengaja tidak memperdulikan perkataan Renjun, Dave semakin mempercepat gerakan penisnya sampai pipi pantat Renjun memerah. Bibir tebalnya menjilati telinga kiri Renjun dan jemarinya terus memainkan kedua puting milik laki-laki kesayangannya itu.


"Aaahhhh!!" Teriaknya cukup kencang. Titik nikmatnya di dalam sana tersentuh. Jemarinya mencengkeram erat lengan kekar milik Dave.

"Pelan-pelan kenapa, sih?"


"Dasar galak!" Balas Dave dan tetap mempertahankan tempo gerakan penisnya yang cepat di dalam lubang Renjun.


"Davehh...pindah posisi."


Kali ini, Dave menuruti permintaan Renjun. Dia menarik penisnya dan mengubah posisi tubuhnya, menindih Renjun yang sudah terlentang.


Keduanya pun bertatapan sebentar dan saling melempar senyum, " cantikku, hallo."


Renjun terkekeh dan segera menarik tengkuk Dave sembari melingkarkan kedua kakinya di pinggul laki-laki yang kini sibuk menghisap bibir tipisnya.


"Ngghh..."


Lenguhan Renjun membuat Dave memutuskan tautan bibirnya dengan bibir Renjun. Dia menatapi wajah istrinya itu yang merona parah. Bibir tipisnya juga sedikit bengkak.

Sosok besar itu pun mengusapi pipi laki-laki kesayangannya sebelum mengarahkan penisnya untuk kembali masuk ke dalam lubang yang berada di bawahnya itu.


"Aahhh..."


Desah keduanya bersamaan ketika tubuh mereka kembali menyatu. Lubang Renjun mengetat dan penis Dave diremas kuat.


"Mau keluar, hm?"


Renjun mengangguk. Penisnya menegang dan bagian ujungnya memerah. Dave yang pengertian membantu Renjun mengurut penisnya.


Yang diberi perlakuan istimewa hanya mampu memejamkan mata ketika titik nikmatnya kembali tersentuh dan bagian sensitifnya yang lain di urut dengan tempo yang cukup cepat.


"Daaveehhh...ahhh...keluarhhhhhh!"


Cairan kental berwarna putih itu mengotori tangan, perut dan dada Dave. Dia pun tersenyum melihat betapa kacaunya Renjun. Peluh membanjiri dahi dan pelipis laki-laki yang masih memejamkan matanya dengan nafas yang masih tersengal serta jemari kaki yang menekuk ke dalam.


"Hei, jangan capek dulu, aku belum keluar," Katanya sembari mengusapi dahi Renjun dengan punggung tangannya. Lalu bibir tebalnya kembali melumat bibir yang sedikit terbuka itu.


Di bawah sana, penisnya masih aktif bergerak dengan cepat. Bunyi tamparan kulit keduanya pun memenuhi sudut-sudut kamar yang pastinya sudah di desain kedap suara.


"Baru bangun tidur udah diajak main, 'kan belum sarapan, bego! Ya, wajar dong kalo capek!" Renjun berucap kesal. Bibirnya mengerucut lucu dan mengundang Dave untuk kembali menciumnya.


"Bibir kamu udah bengkak, Love, jangan mancing buat aku hisap terus dong. "

Renjun pun terkekeh. Jemari kecilnya meraba otot perut Dave dengan sensual.


"Mau apa pegang-pegang?" Dave dengan nafasnya yang sedikit memburu itu bertanya. "Mau jilat?"


Renjun terkikik geli sembari menggeleng, "Mau ini," Katanya singkat di ikuti dengan jemari kecilnya yang bergerak ke atas. Menyentuh dua puting susu Dave dan memilinnya dengan lembut.


Sosok besar itu pun memejam dan mendesah, "Aahhh..."


Penisnya yang berada di dalam lubang Renjun berkedut. Dia pun semakin cepat bergerak sampai akhirnya cairan miliknya memenuhi lubang Renjun


"Aahhhhhh," Desah panjangnya mengalun indah di telinga Renjun. Sosok kurus itu pun tersenyum lebar dan segara menarik tengkuk si besar untuk di kecup.


"Udah, 'kan? Yuk makan, aku laper. "


"Satu ronde lagi, ya?" Dave menawar dan Renjun hanya memutar bola matanya malas.

*****

TBC...

Aku dateng dengan bonus chapter, hehehe.

Kenalan «DaveRen» ✔Where stories live. Discover now