12. Dendam & benci

164 22 16
                                    

Karena dendam dan benci, aku tidak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.

Aku di butakan oleh dendam dan benci yang membuatku tanpa sadar menyakitimu dan menghancurkan ketulusan cintamu.

Dan membuatku jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya.

*****

Suasana cafe kembali normal setelah Jiran-istri Galvin keluar dari cafe milik Renjun di ikuti oleh enam pesuruhnya yang berpakaian serba hitam.

Setelah mengucapkan kalimat yang mampu membungkam mulut Jiran, si tampan membawa si manis ke kursi di pojok café yang kosong. Kembali mengusap pipi kiri Renjun yang masih memerah bekas tamparan istri Galvin.

''Mau aku ambilin es batu?'' Tanya Dave pelan.

''Nggak usah-di usapin aja,'' Renjun berkata lirih menahan tangisnya.

''Apa mau di kecup biar kaya di drama-drama Korea gitu?'' Dave kembali menggodanya membuat si manis menyunggingkan senyum manisnya. Sungguh, Dave tidak tega melihat keadaan laki-laki manis yang masih dia cintai.

Tubuh Renjun lebih kurus dari yang terakhir dia lihat, wajahnya kusam dan matanya terlihat seperti orang yang kurang tidur. Dan yang paling membuat dadanya sesak adalah aroma rokok kini mendominasi tubuh si manis. Kemana hilangnya aroma green note yang menyegarkan seperti aroma dedaunan yang menjadi favoritnya itu.

''Kala-kamu kok kurusan?'' Dave bertanya lirih dan hati-hati membuat Renjun menatapnya, tepat di mata sendunya.

''Aku diet, hehe,'' Jawaban Renjun dengan kekehan yang di paksakan semakin membuat Dave sesak.

''Jangan diet dong, nanti aku nggak bisa nyubit pipi kamu,'' Dave masih berkata santai dan menggoda sembari mengusap pipi kiri si manis.

''Dave, aku jadian sama Galvin.''

Perkataan Renjun membuat usapan tangan Dave di pipi si manis terhenti, ''Iya, aku tahu, kok."

Si tampan menjawab sembari tersenyum dan melanjutkan usapan lembutnya di pipi si manis.


''Kenapa pulang?''


''Kangen kamu, nggak boleh, ya?''


Kali ini Dave benar-benar berhenti mengusap pipi Renjun. Dia menatap mata si manis yang penuh dengan kegelisahan dan kekecewaan. Dave bisa merasakannya. Lalu, dia menggenggam tangan si manis dan mengecupnya pelan, ''Kamu bahagia, 'kan sama Galvin?''


Renjun bingung harus menjawab apa. Ketimbang merasa bahagia, dia lebih banyak menderita ketika kembali menjalin kasih bersama Galvin. Tangan yang di genggam Dave, dia tarik dan dia tautkan dengan erat di atas meja.


''Bukan urusan kamu, 'kan aku bahagia atau nggak?''


Jawaban Renjun membuat Dave tersadar kalau laki-laki di hadapannya itu memang bukan di takdirkan untuk menjadi pasangan hidupnya. ''Maaf, kalau aku nanya-nanya.''


Kedua laki-laki beda usia itu terdiam dengan raut wajah yang tidak terbaca sampai kedatangan Galvin menciptakan suasana canggung di meja nomor 11.


''Kalandra-maaf, aku nyakitin kamu lagi, maaf,'' Galvin menggenggam erat tangan Renjun. Lalu menangkup wajah manis itu-mencoba memeriksa bekas tamparan Jiran pada pipi kiri si manis. Iya, Galvin tahu karena orang suruhannya yang di minta untuk mengawasi Renjun melapor padanya.

Kenalan «DaveRen» ✔Where stories live. Discover now