7.......

4.4K 575 49
                                    

Terima ajah dah ya ini kalo nemu kalimat atau typo yang gak gue koreksi, mata gue lagi lelah banget sungpah.


🐺🦋

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~













"Iya paham" Seketika pelupuk matanya basah.

Masih berlanjut pada kedua anak adam yang memperdebatkan permasalahan kejadian kemarin malam, ah lebih tepatnya hanya karena Jeongwoo merasa diabaikan oleh Haruto. Alasan yang klise memang, merasa tidak dihargai eksistensinya karena sang lawan bicara tidak membalas tatapannya.

"Kenapa lo gak natap mata gue dari tadi, hm? " Tanya Jeongwoo membungkukan diri sehingga jarak diantara keduanya perlahan terkikis, tangannya membelai pipi Haruto sebelum beralih pada tengkuk Haruto.

"Jawab!" Titah Jeongwoo tegas sembari menuntun Haruto berdiri untuk menghadapnya.

"T-takut " Menjawab dengan ragu, matanya yang bergerak gelisah tidak pernah lepas dari pandangan Jeongwoo sedari tadi, tanpa sadar bahkan tubuhnya sudah berdiri.

Jeongwoo mendekati telinga Haruto, lalu berbisik "Lo harus sadar atas kesalahan lo sendiri dan ini hukuman buat lo"

Namun, belum sempat Haruto membalas ucapan tersebut sedetik kemudian Jeongwoo melumat bibirnya kasar seraya menahan tubuhnya yang meronta, meminta untuk dilepaskan. Serta tengkuk yang ditekan untuk memperdalam pagutan paksa itu membuat benak Haruto menjerit tidak terima, merasa ia telah dilecehkan.

"Hhmmmpppp! " Pekik Haruto tertahan kala pasokan oksigennya kian menipis, maka dengan tangan yang terkepal ia memukul brutal dada Jeongwoo.

Bebalnya Jeongwoo tidak melepaskan tautannya, malah semakin memperdalam ciuman sepihak tersebut bahkan lidahnya sudah melesak masuk ke dalam mulut Haruto. Bukan kenikmatan yang Haruto terima, sebuah luka baru yang Jeongwoo torehkan setiap harinya semakin menumpuk.

Haruto lemas, kepalanya terasa sangat pening jika saja tangan Jeongwoo tidak menahan pinggangnya sudah dipastikan tubuhnya ambruk pada kerasnya lantai. Ia tidak memiliki tenaga sedikitpun dengan dada yang terasa sesak sebab Jeongwoo tidak melepaskan ciumannya.

Menyerah, Haruto menyerahkan nasibnya pada takdir yang sesungguhnya sudah ia anggap tidak pernah memihak dirinya sedari dulu. Melawan Jeongwoo menjadi sebuah kemustahilan, sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan ketika nyali memilih untuk bersembunyi.

Kini, ia benar benar lemas sampai merasakan tautan keduanya dilepas setelah tubuhnya tidak kuat lagi menopang bebannya sendiri. Dengan tangan yang meremat dadanya serta mata yang sayu menatap Jeongwoo, ia meraup oksigen tanpa terburu buru karena sangat terasa begitu sakit saat memasukan udara pada paru parunya.

Samar samar matanya melihat Jeongwoo smirk sebelum kesadarannya menghilang. Lihat, dirinya sampai limbung hanya karena cumbuan paksa Jeongwoo yang dengan tidak ada perasaannya membuat Haruto kesakitan, berulang ia terima.

"Cih! Yang kek gini mu jadi jagoan?" Jeongwoo terkekeh puas meremehkan calon pasangannya ini yang tengah ia angkat bridal tubuhnya, bukannya menuju ruang kesehatan Jeongwoo malah melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju rooftop.

🐺🦋

Dua hari berlalu, saat ini tepukan riuh dari beberapa umat di sekitaran begitu bergemuruh dan juga suara bising akibat gerungan dari knalpot motor begitu memekakkan telinga. Semua orang mengerubuni seraya menyoraki kedua lawan yang kini sudah siap di garis start.

He's My EnemyWhere stories live. Discover now