11.......

3.7K 461 16
                                    



🐺🦋

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~












Tiga hari telah berlalu, Haruto menjadi pribadi yang semakin dingin tidak tersentuh tapi, walau begitu ia sangat patuh terhadap apapun yang diperintahkan Jeongwoo. Lagipula, tidak ada ruginya karena untuk kebaikan serta keselamatan Haruto sendiri.

"Ru, nih minum obat" Jeongwoo menyodorkan beberapa pil yang biasa Haruto telan dan juga mug yang berisi air putih.

Tanpa protesan seperti biasanya, segera Haruto menelan obatnya lalu meneguk minum dengan pelan.

"Gue mau keluar, lo gak papa kan sendiri dulu bentaran?" Jeongwoo hanya mendapatkan anggukan pelan dari Haruto yang enggan menoleh padanya.

Semenjak terbangun dari tidurnya setelah menangis karena kejadian waktu lalu Haruto menjdi sulit buka suara, tatapannya pun kosong dan tidak ada binar kehidupan sedikitpun dari pancaran netranya

Siapapun yang berada di situasi seperti Haruto pasti akan merasa dunianya hancur, ditinggalkan bahkan diusir pergi oleh keluarganya tanpa ia berbuat salah pada mereka. Sesak dihati, dalam setiap hembusan napas saja terasa sangat berat dan juga perih.

"Ru?" Jeongwoo memegang lengan atas Haruto.

Haruto menoleh, ekspresinya begitu datar.

"Lo mau ice cream?" Tawar Jeongwoo yang sepertinya otaknya kosong melompong. Hari lalu ketika saat itu Haruto pingsan, salah satu penyebabnya karena memakan ice cream.

Haruto hanya menggeleng, lalu menatap kembali pada layar hitam yang tidak menyala tepat di depannya. Ruang tamu yang sunyi ditemani kegelapan, entah sejak kapan menjadi spot ternyaman bagi Haruto.

Interior yang sangat mendukung karena ruang tersebut berada di belakang yang disekat, antara ruang tengah dan juga ruang tamu. Apart Jeongwoo memang termasuk kawasan elit, selain banyak ruangan yang terbilang cukup luas bahkan terdapat pula tiga kamar mandi di setiap kamar serta ruang tengah.

"Gue sebentar lagi mau keluar, lo beneran gak papa gue tinggal sendiri?" Jeongwoo sebenarnya khawatir meninggalkan Haruto sendiri dalam kondisi seperti itu, tapi ia harus keluar untuk menghadiri acara yang sangat penting.

Haruto mengangguk tapi setelahnya menggeleng kembali, mungkin maksudnya tidak apa apa jika ia ditinggal sendirian dan tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada dirinya.

Tanpa bisa sekedar menegur Haruto untuk tidak melamun, hanya helaan napas yang bisa Jeongwoo lakukan "Kalau gitu gue mau siap siap dulu ya" Ia pun berlalu ke kamarnya, meninggalkan Haruto yang kembali termenung.

Mungkin memang benar bahwa psikisnya bermasalah, karena selain menjadi pendiam dan penyendiri Haruto juga selalu merenungi apa kesalahannya, hingga ditinggal oleh semua keluarganya. Ia begitu terlarut dalam renungannya yang tiada hasil, karena tidak kunjung menemukan kesalahannya yang logis untuk dijadikan alasan atas kejadian tersebut.

Pribadi Haruto menjadi semakin berbanding terbalik daripada versi sebelumnya, kemungkinan jika saja Jeongwoo menyadari mental Haruto terguncang harusnya tetap dalam pengawasan dan tidak luput dari pantauan Jeongwoo. Namun, Jeongwoo tidak terlalu mengerti tentang hal semacam itu.

Jeongwoo sudah siap dengan t-shirt putih yang dibalut jaket kulit juga reaped jeans yang melekat dikaki jenjangnya serta sepatu modelan kets berwarna hitam. Ia hanya tinggal pergi saja walau entah kenapa dari tadi hatinya tidak karuan, seperti ada dorongan yang memaksa dirinya supaya tidak meninggalkan Haruto sendirian.

He's My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang