TILL DEATH DO US PART

74 13 0
                                    

TILL DEATH DO US PART
by Navida

~

To life is to dead. To dead is to life.

Satu hal yang membuat diriku jatuh cinta selama berabad-abad kepada Vlad adalah tentang bagaimana dirinya dapat membuatku terasa hangat di dalam dekapannya yang dingin. Bagaimana ia dapat membuat jantungku terus berdenyut meski jantung Vlad telah berhenti berdenyut sejak ratusan tahun yang lalu.

Berbeda dengan diriku, Vlad bukanlah manusia seutuhnya. Dirinya adalah vampir yang terjebak di dunia manusia. Ia tidak bisa mati sebelum seluruh urusannya terselesaikan.

“Karenina.” Dengan lembut, Vlad—kekasih vampirku, memanggil namaku. Membuat diriku yang tengah membaca salah satu cerita tentang tragisnya cinta anak manusia sontak berpaling dan menghentikan kalimatku sendiri.

“Ya, Vlad?” jawabku sambil menatapnya tajam dengan kedua mata yang membulat dan jantung yang berdegup.

To life is to dead, to dead is to life. Bukankah itu sebuah ironi?” tanyanya dengan senyum tersungging hingga menampilkan dua buah gigi yang meruncing hingga menggores bibirnya kala tersenyum. Vlad tidak ambil pusing jika bibirnya terkoyak. Toh, tidak akan ada tetesan darah sama sekali.

“Ironi yang bagiku lebih memabukkan daripada sebuah simfoni musik, Vlad.”

“Sebuah simfoni?” Vlad tergelak kemudian menggeleng. “Kau serius, Karenina?”

Jemarinya yang lentik nan dingin bermain di sepanjang lenganku. Mengusapnya dan meremasnya sedikit dengan gemas. Aku mengangguk dan merasakan sebuah sengatan di dadaku.

Tentu saja apa yang aku pikirkan dengan apa yang berada di benak Vlad akan sungguh berbeda, bukan?

“Simfoni. Bagi sebagian orang, kalimat yang tadi merupakan sebuah hal yang indah. Sebuah kisah yang mampu menyayat hati karena tenggelam akan diksi yang disuguhkan.”

Aku melirik Vlad kemudian menyatukan kening kita berdua, napasku berembus perlahan. Suhu tubuhku yang hangat sungguh kontras dengan dirinya yang bahkan rendah dan dingin melebihi Antartika.

“Tetapi, bagi sebagian orang tidak begitu.”

Aku terdiam beberapa saat dan kala kembali berbicara, suaraku bahkan jauh lebih lirih, lebih sedih dan berisi seribu kepedihan serta sesal.

Aku mencintai Vlad. Sangat mencintainya. Tetapi, cinta yang malah menjadikan dirinya sebagai vampir demi aku seorang.

Egoiskah aku jika meminta Vlad untuk selalu ada di sampingku? Egosikah karena aku menambatnya di dunia ini?

“Simfoni juga dapat memilukan dan menyakiti tiap insan yang mendengarnya.” Aku memejamkan mata kala mengucapkan hal tersebut kepada Vlad.

“Oh my dear, Karenina.” Vlad merengkuh pinggangku dan membawa kepalaku untuk merebah di bahu bidang miliknya. Ia mengusapku dan menggerakan tubuhnya maju serta mundur. Seolah-olah, aku tengah di timang layaknya bayi di dalam buaian.

“Adakah bahagia yang tercipta untuk kita, Vlad?” cicitku kepada Vlad dengan suara yang bercampur deru angin. Tetapi aku tahu dengan pasti bahwa Vlad dapat mendengarnya.

Antologi : Vampire MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang