AARON CATTEGIRN

10 2 0
                                    

AARON CATTEGIRN
by Elsha Putri

~

Namanya Aaron. Anak yang biasa saja, tidak memiliki bakat seperti teman temannya. Ia lebih banyak berdiam diri ketika berada di kelas. Tidak ada yang aneh dengan tatapan yang ia pancarkan, tapi orang-orang selalu bertanya, apakah kau baik-baik saja? Bahkan hanya ia dan Tuhan yang tahu tentang sifatnya yang butuh diperhatikan. Tapi, siapa sangka anak berambut coklat muda ini memiliki rahasia yang hanya ia tulis di dalam lembaran buku kecilnya.

Hidupnya benar-benar datar, tidak ada yang berubah. Bahkan teman sekelasnya tetap bersikap bahwa tidak ada Aaron di dalam kelas 11 tingkat akhir itu.

Hingga saat ia menatap dengan bingung, membuka matanya, kisahnya berubah.

Itu dimulai saat malam Aaron baru saja menyelesaikan tugasnya. Sedari tadi Aaron ingin sekali menjatuhkan dirinya di atas kasur minimalisnya. Dan setelah satu jam berkutik dengan komputer jadulnya, ia langsung saja membaringkan tubuh yang dari tadi meminta distirahatkan.

“Ahh.”

Helaan napasnya menjadi lebih ringan, seperti telah selesai mengangkat beban berat selama ribuan tahun. Ia mengangkat satu tangannya mengadah ke atas tepat di atas wajahnya, menunjuk-nunjuk atap kosannya yang terbilang cukup untuk ditinggali oleh lelaki sepertinya, kecil dan tidak terlalu berada di pusat kota.

Kebiasaannya ketika selesai duduk begitu lama adalah rebahan dan mengangkat satu tangannya ke atas, tidak tahu apa artinya. Tapi, sehari saja Aaron tidak mengangkat satu tangannya ke atas, maka ia tidak akan bisa tidur. Kebiasaan.

Matanya mulai tertutup, perlahan tapi pasti. Deru napas Aaron menjadi lebih pelan dan begitu memenangkan. Aaron tertidur. Padahal kalo diingat-ingat pakaian kotornya kini telah menunggu untuk dibersihkan.

Dan jawabannya sudah pasti. “Nanti saja.”

***


Aaron membuka matanya, menatap cahaya yang keluar dari jendela kamarnya. Pikirannya masih belum terkumpul sepenuhnya. Ia menggulung dirinya kembali kedalam selimut tebal yang begitu menghangatkan, melanjutkan tidurnya. Tapi, belum sampai semenit ia tertidur kembali, lelaki itu kemudian mengibaskan selimut hangat yang menutupi tubuhnya saat itu dan berdiri di atas kasur empuk miliknya.

“Aku, kan, tidak punya selimut seteb—“

Ucapannya terhenti ketika menatap ruangan kosannya yang tiba-tiba menjadi besar dengan interior mewah, seperti istana. Bahkan kasur lantainya kini menjadi kasur king size dengan ukuran yang besar dan terlihat begitu elegan.

Beberapa kali Aaron mencubit tangannya, berharap bahwa ini adalah mimpi. Tapi nyatanya, yang ia dapatkan hanyalah bekas cubitan yang mulai memerah. Aaron masih tidak percaya dengan keadaannya saat ini, lelaki berambut coklat terang itu melihat ada cermin besar yang ada diujung ruangan mewah itu, berniat untuk melihat apakah tubuhnya baik-baik saja, atau mungkin ia berubah menjadi orang lain dan tiba-tiba saja bertukar tubuh dengannya, mungkin seperti itu yang pernah Aaron tahu dari anime-anime isekai yang pernah ia tonton dan ia baca.

“Aaaaaa.”

Teriakan Aaron membuat beberapa orang langsung datang di balik pintu besar berlepis emas yang berada tak jauh dari posisi Aaron saat ini.

Antologi : Vampire MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang