13. Jayden Figure

150 75 27
                                    

"Jay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jay. Jayden Lorenzo."

Kedua pria yang tengah duduk kini serentak mengerutkan dahinya. "Jayden Lorenzo?" beo Alex dan Evan.

"Iya, Pak. Nama teman masa kecil Viona, Jayden."

"Anda yakin, itu nama laki-laki teman Viona?"

"Iya, Pak. Saya sangat yakin. Kalau kalian tidak percaya, saya akan mengambil foto Jayden. Tunggu sebentar." Bu Riska segera meninggalkan mereka.

Tak lama, bu Riska membawa sebuah buku album foto bersampul hitam. Ia duduk dan segera membuka halaman di mana foto Jayden terpampang.

"Benar, ini?"

Alex dan Evan memusatkan pandangannya pada foto yang ditunjuk oleh bu Riska.

"Ya, benar. Anda tau, di mana tempat tinggal Jayden sekarang?" Alex bertanya.

"Nah, itu Pak. Saya selalu bertanya, namun Jayden selalu mengalihkan pembicaraan saya. Seolah-olah tak ingin satu orang pun mengetahui keberadaannya."

"Sejak kapan Jayden meninggalkan Panti Asuhan?"

"Sejak tragedi bu Lucy meninggal."

Alex tertawa kecut. "Hah? Apa maksudnya ini? Viona yang menjadi tersangka, kenapa dirinya kabur? Seolah-olah dirinya kabur karena menyembunyikan sesuatu."

Bu Riska menggeleng pelan. Jujur saja, wanita itu tak tau apa pun tentang kejadian itu. Namun anehnya, Jayden kembali lagi setelah lima tahun silam.

Seorang gadis kecil mengerjapkan matanya berkali-kali. Tubuhnya seakan-akan remuk setelah bangun dari tidurnya. Namun, hal pertama yang ia lihat adalah bangunan aneh yang tak pernah ia kunjungi.

Panti Asuhan Cisantana. Itu yang ia baca pertama kali saat melihat bangunan itu.

Gadis itu bangkit dan menepuk-nepuk bagian bajunya yang terkena kotoran debu. Namun tak lama kemudian, seorang pria menghampiri dirinya.

"Nak, ada apa kemari? Rumah kamu di mana? Biar Bapak antar pulang." Gadis itu menggeleng lemah.

"Kok malah geleng-geleng? Bapak tanya, Nak."

"Aku gak tau." Gadis itu malah menunjukkan mimik wajahnya yang akan menangis.

"Kok gak tau, Nak? Yaudah, kalo gitu. Biar kamu ngomong sama ibu aja di dalam. Ayo Bapak anterin ke dalam."

Pria paruh baya itu membawa masuk ke area Panti Asuhan. Ia membawa gadis itu duduk di ruang tamu. Setelah memanggil ibu Panti, pria itu juga segera meninggalkan gadis itu di ruang tamu.

"Nak, ada apa kemari? Kamu tersesat? Biar Ibu yang anterin kamu pulang. Di mana alamat rumah kamu?"

Entah mengapa, perkataan yang dilontarkan wanita itu membuat si gadis menangis. Ibu Panti segera mendekapnya dalam pelukan hangatnya.

SWEET REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang