22. Pramudya Bakkery

1.2K 191 4
                                    

Hay...

"Kak. Ini mau ke toko roti nya ayah pramudya kah?"

Jihoon mengangguk. Setelah beberapa menit di perjalanan. Akhirnya mereka sampai pada toko roti yang dituju

Toko Bakkery Keluarga pramudya memang tak bisa dianggap remeh. Alias merk nya udah terkenal bgt dan gedung buat jualannya gede polll kaya hotel

Selangkah Memasuki toko, wangi harum roti sudah tercium di hidung mungil Jisa. Hah jika saja jisa ada uang lebih pasti dia akan membeli roti

Sayangnya jika uangnya dia belikan roti sekarang. Bisa bisa dia tidak makan dalam beberapa hari ke depan

"Mau apa jis? Gue traktir. Rainbow cake atau brownies? Lo suka kan brownies?"

"Hah seriusan kak?!"

Jihoon mengangguk santai. "Serius"

Sebenarnya jisa merasa keenakan. Eh maksudnya tidak enak karena terus merepotkan Jihoon seperti ini

Ya mau gimana lagi. Rejeki kan tidak boleh ditolak ygy

"Samain kaya kak jihoon aja!"

"Brownies?"

Jisa kembali mengangguk. "Okeee!"

.
.

"Hah..."

"Makan mong. Jangan cuman di pelototin. Kalau begitu kapan kenyangnya?"

"Katanya kak ji nraktir jisa brownies? Kok ini jadi se meja kak?!"

"Nanggung kalau cuman brownies. ayo di makan. Lo udah makan nasi? Mau makanan berat juga kah?"

Jisa menggeleng pelan. Memasukan sepotong brownies di mulutnya

Sekarang ini mereka berada  di ruangan seperti apartemen yang berada di dalam gedung bakkery.

Jihoon bilang ini adalah ruangan yang biasa keluarga pramudya tempati jika sedang mengecek toko atau sekedar istirahat sejenak

Setiap cabang toko bakkery semua ada kamar seperti ini. Tak terkecuali

"Capek banget ya hari ini. Padahal ga ada pelajaran samsek"

Jisa mengangguk setuju. "Bener banget. Kenapa ya kak?"

Jihoon menggeleng sembari tertawa kecil "Kalau lo jadi gue mong. Lo milih kuliah. Atau kerja?"

"Hah?" jisa menatap jihoon dengan mulut penuh roti

Jihoon hanya tertawa. Mengulurkan tangannya. Mengusap coklat yang ada di ujung bibir jisa "haduh cemong. Makannya pelan pelan"

Jisa membeku tak bisa berkata kata. Jantungnya masih tidak siap menerima serangan dari jihoon seperti ini

"Hei. Malah bengong"

"Ah iya kak!"

Jisa berhenti mengunyah. Masih terlalu tremor dia

"Kalau jisa jadi kakak. Jisa milih kerja kak"

"Apa alasannya?"

"Soalnya Jisa butuh lebih banyak duit"

"Semua orang juga butuh duit mong"

Jisa mengangguk "tapi kalau kak jihoon punya cita cita. Gapai aja cita cita kakak. Takdir itu gaada yang tau. Jisa ngomong langsung kerja soalnya jisa ga punya cita cita pasti hehehehe"

Jihoon terlihat menimang nimang "Kelas 1 cita cita gue pengen jadi pemain sepak bola. Kelas 4 SD berubah jadi pembalap dan terakhir SMP cita cita gue jadi atlet futsal"

Dare | Jihoon TreasureWhere stories live. Discover now