Empathy

46 20 15
                                    

Justin baru saja keluar dari gedung khusus parkir kendaraan beroda empat SMA Berdikari ketika indra pendengarannya mendeteksi nama yang familier; Anulika.

Justin yakin dia tidak salah mendengar karena nama Anulika bukanlah sejenis nama yang pasaran, tidak seperti namanya yang dimirip-miripkan dengan nama penyanyi Justin Bieber. Bahkan cowok itu sempat menemukan nama adik kelas yang persis dengan namanya.

Ya, sudahlah, ya. Intinya, nama yang disebut-sebut tadi segera membuktikan bahwa pendengaran Justin tidak sedang bermasalah sebab nama Pak Yunus juga dibawa-bawa.

Anulika sudah dianggap seperti anak emasnya Pak Yunus karena gadis itu sudah berinteraksi baik dengan beliau sejak kelas X. Bahkan dia satu-satunya yang berhasil mematahkan pemikiran semua orang bahwa dia tidak bisa bergaul meski konteksnya adalah seorang guru.

"Serius lo?" tanya suara cewek.

Ada jeda sejenak yang segera Justin asumsikan sebagai respons dalam diam dari si penyebar berita. Cowok itu lantas berpura-pura merogoh sesuatu dari dalam saku celananya supaya bisa mengulur waktu.

"Beritanya masih hangat banget kayak kue yang baru keluar dari oven. Fresh yang bener-bener fresh."

"Emang gimana ceritanya?" tanya suara yang lain. Baru disadari Justin lewat ekor matanya kalau mereka berjumlah empat yang semuanya adalah perempuan.

"Yaaa... lo taulah, nyokap gue, kan, sering say hi sama Pak Yunus. Sempat punya niat mau jadiin beliau sebagai bokap tiri gue, eh... tau-taunya mama gue menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kalau Pak Yunus sedang kencan sama seseorang. Situasinya itu kayak momen di drama yang mau bersambung itu, loh, yang ada backsound 'jeng-jeng-jeng'. Yang pacaran sama Pak Yunus tau-tau mamanya Anulika! Nah, loh! Kaget, kan, kalian?"

"Iya, sih. Nggak nyangka gue. Jadi... Anulika bakal jadi anak tirinya Pak Yunus, dooong?"

"So pasti. Gue yakin sekolah bakal lebih gempar sampai-sampai pecahin rekor topic trending yang pernah ada."

"Eh, tapi... memangnya boleh, ya, main sebar-sebar gini? Kagok, ah, gue, kalo sampai Pak Yunus ngamuk. Selawak-lawaknya muka beliau, gue ngeri juga kalo mode galak."

"Boleh, dooong. Buktinya udah tersebar mulai pagi ini, kok. Lo-lo pada tunggu aja, nggak lama lagi berita Pak Yunus sama Anulika masuk forum sekolah."

Justin spontan berinisiatif mengecek website SMA Berdikari dan ternyata hasilnya membuktikan pembenaran atas pengakuan siswi barusan.

"Tuh, kan, gue bilang apa? Udah masuk forum, tuh. Tinggal tunggu tahap selanjutnya, yaitu Anulika jadi pusat perhatian sama Pak Yunus. Mereka pasti ditanya-tanya buat kebutuhan kepo."

"Hmm... udah kayak selebritis dadakan aja, ya."

"Woya jelas. Jadi iri sama Anulika; udah pinter, cakep, punya calon papa modelan Pak Yunus yang gantengnya kayak...."

Justin tak lagi mendengarkan karena sengaja mempercepat langkahnya menuju kelas. Walau statusnya dengan Anulika hanya sebatas teman belajar, nyatanya dia tidak sanggup bersikap tidak peduli pada Anulika, terutama setelah tahu perasaan gadis itu.

Walau gimanapun, hatinya pasti sakit setelah mengetahui takdir yang harus diterimanya.

Justin lagi-lagi membuktikan asumsinya benar sesampainya dia di ambang pintu kelas XII IPA-1. Anulika duduk di bangkunya dengan kepala yang dihadapkan ke jendela, bersikap seolah-olah tidak ada masalah, tetapi ekspresinya jelas tidak bisa menipu.

Justin melanjutkan langkah menuju bangkunya sendiri yang mana berada di sebelah Anulika. Dari ekor matanya, dia bisa merasakan semua mata tertuju pada teman sebangkunya seakan berharap gadis itu akan meneriakkan unek-uneknya, tetapi karena tidak ada, semua hanya bisa menyensor dalam diam.

Her Crush is My Dad [END]Where stories live. Discover now