Flirting

34 16 14
                                    

"Lo punya rencana terselubung, 'kan?" Tuduhan Justin berhasil membuat Juwita termangu, tetapi pada saat yang sama, dia mengerti mengapa Justin terang-terangan seperti ini.

Tentu saja. Siapa, sih, yang tidak curiga dengan gelagat aneh yang Juwita lakukan padanya? Mulai dari mendekatinya dengan tingkah yang terlalu agresif lalu sengaja mengatur Saskara untuk membantu Anulika supaya dia saja yang menjadi asistennya, Juwita tidak akan heran jika dia dinilai sebagai siswi yang kelewat sibuk mencampuri urusan orang lain atau sekalian dinilai sebagai pencari perhatian.

Hmm... gue mesti jawab apa, ya? Apa gue perlu terang-terangan kasih tau dia?

"Ternyata ada yang lagi berkemah juga kayak kita. Bakal muat nggak, sih, area camping kita nanti?" Sembari mengalihkan topik, Juwita menimbang-nimbang apa yang sebaiknya dia katakan.

"Ck, gue lagi ngomong sama lo!" Justin membalas geregetan, rupanya kesal dengan Juwita yang mengalihkan topik. "Lo sengaja, ya, bikin gue kesel?"

Nah. Gue tarik-ulur dulu kali, ya? "Ho'oh. Siapa tau bisa bikin lo jatuh cinta--"

"Heh!" Seluruh wajah Justin kini memerah karena tengah menahan emosi, tetapi Juwita malah mengartikan perubahan warna itu sebagai ungkapan dari rasa malunya.

"Tuh, lo blushing. Cepet juga, ya, jatuh cintrong sama gue."

"Juwita!"

"Ya, Sayang?" respons Juwita sebelum menertawakan ekspresi Justin habis-habisan. "Modar... Modar... lo lucu juga ternyata."

Ternyata selain cepat ngegas, lo juga cepat terpancing. Gue jadi kepo, deh, apa jangan-jangan hati lo juga secepat itu terpancing alias cepat jatuh cinta sama seseorang?

"Pertanyaan gue belum dijawab."

Ck. Ternyata masih inget, padahal mau gue alihkan supaya nggak perlu jawab.

Kayaknya gue juga butuh Justin biar misi yang gue sepakatin sama Pak Yunus bisa segera tercapai. Oke, Juwita, mari ajak Modar ini bekerja sama.

"Tenang... tenang. Gue bakal jawab semuanya. Gue janji, tapi gue punya syarat."

"Apa?"

"Pas nentuin pemain buat main paintball, lo harus atur supaya kita berpasangan trus Anulika pasangannya sama Saskara."

Lo ini pinter, Juwita. Kalo habis ini semua berjalan dengan lancar, pahala lo bakal nambah. Muehehe....

"Apa lo bilang?"

"Lo bagian yang ngatur nama-nama kelompok, 'kan? Nah, gue mau kita berempat sekelompok."

"Gue ingetin, ya. Lo itu seorang pelajar, bukannya mak comblang."

"Madam Juwita. What a big honour! Thank you!" Entah mengapa, Juwita senang dengan julukan ini walau terbersit rasa bersalah karena telah memanfaatkan Justin.

Ah, nggak apa-apa. Sebagai gantinya, gue bakal jadi asisten terbaik sejagad raya sebagai bayarannya.

Tapi tunggu dulu. Nih cowok kenapa berkeringat gini? Pucat pula. Nggak mungkin gara-gara gue trus bikin mental dia kayak dibanting gitu, 'kan?

"Muka lo pucat. Sakit, ya?"

"Nggak usah sok peduli."

Yeee, si Modar. Galak aja terooos. Aminin dia jadi bucin gue boleh nggak, ya?

"Hate comments aja terus, nggak apa-apa. Lama-lama bakal jadi care comments saking seringnya komenin gue." Juwita menggoyangkan kedua tangannya sedemikian rupa hingga menciptakan krasak-krusuk janggal gara-gara barang bawaan yang dia kalungkan pada pergelangan tangannya. Niatnya melakukan semacam jampi-jampi seperti yang dilakukan dukun untuk mengguna-guna sang target, tetapi jatuhnya jadi gagal dan super konyol.

Her Crush is My Dad [END]Where stories live. Discover now