Americano

4.2K 365 5
                                    

"Shalom, bangunnnnn," suara khas agak ngebass membuyarkan mimpiku, memaksaku membuka mata yang baru saja aku pejamkan beberapa menit lalu.

Panas banget mata ini ya Tuhan.

"Shalom, banguuuunn ih, cepet. Nanti lu telat," bukan hanya suara, kini teriakan itu disertai dengan guncangan sekitar 5,3 SR (iya agak berlebihan) tapi sungguh sangat kencang.

"Apaan sih Nat, gue baru tidur loh. 3 days jaga malem gak pake break. Bentar lagi gue yang jadi pasien kalau gini," dengan malas aku berusaha mengumpulkan semua tenagaku yang tersisa untuk bangun sambil merapikan jas putihku dari kasur di ruang istirahat dokter.

"dr. Jeff udah dateng. Lu mau visit sama dia kan? Katanya lu mau jadiin dia mentor selama koas lu. Gimana sihh?" Ucapan Natasha langsung membuatku sepenuhnya sadar dan bergegas keluar.

Seharusnya 2 minggu lalu dr. Jeff sudah masuk menggantikan dr. Lucas sebagai ketua dokter bedah di MMC. Tapi entah kenapa beliau baru hadir hari ini. Sejak 2 minggu lalu, seniorku di rumah sakit sudah memberi contact dr. Jeff agar aku menghubunginya lebih dulu perihal pengajuan sebagai mentor selama 1 tahun aku koas di rumah sakit ini. Karena dokter spesialis bedah anak sangat langka, maka mau tidak mau aku harus menjadikan dr. Jeff mentorku selama di sini. Itu pun jika dia tidak keberatan.

*buuukk*

Karena terlalu bersemangat untuk berlari aku tidak memperhatikan jalan dan menabrak orang yang ada di depanku.

"Maaf maaf," refleksku mengatakan itu dan melihat bahwa baju orang yang tidak sengaja ku tabrak itu terkena americano yang sedang dia minum.

"Aduhh maaf banget. Gimana nih," aku sibuk merogo saku jasku meraih tissue kecil yang memang selalu ku letakan di situ. Dengan cepat ku keluarkan dan mengelap kemeja putih orang itu.

 Dengan cepat ku keluarkan dan mengelap kemeja putih orang itu

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Its okay. No worries," orang dengan tinggi badan kurang lebih 180cm itu tersenyum padaku. Membuat rasa bersalahku berkurang 1%. "dr. Shalom," lanjutnya sambil memperhatikan name tag nama di jasku. "Lanjut lagi larinya, tapi harus hati-hati ya," kemudian pria itu melemparkan senyuman kepadaku. Wahhh, gigi putihnya tersusun rapi menambah pesona senyum matahari yang baru saja ku lihat.

Aku mengubah speed berlariku dan mengubahnya menjadi jalan cepat. Di ujung lorong aku melihat beberapa seniorku sudah berdiri membentuk pagar barisan.

"Lu dari mana ajaa?" ujar Ka Danisha seniorku.

"Ketiduran kaa. Maaf banget. dr. Jeff-nya mana?" tanyaku sambil menguncir dan merapikan rambutku.

" dr. Jeff udah pergi, tadi visitnya lebih awal 30 menit karena mau ada acara perkenalan dokter baru sama management di auditorium. Udah yuk ke auditorium," sambil bicara Ka Danisha menarik tanganku dan menggandengku menuju auditorium.

***

Karena kami terlambat datang, akhirnya duduk di 3 kursi kosong di row ke tiga dari depan sedangkan senior yang lain sudah menitip kursi kosong di bagian belakang. Lampu di ruang auditorium sedikit agak redup karena acara sudah mau dimulai.

10.000 hoursWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu