Piringan Hitam

2.4K 316 6
                                    

Klik klik klik.

Bunyi suara keyboard laptopku yang sejak satu jam lalu tidak berhenti berbunyi.

"Lu ga pulang? Udah 3 hari jaga malam nanti lu sakit Shal," sambil memandang handphone Natasha mengajakku mengobrol.

"Dikit lagi tanggung. Harus submit jam 7. Biar gue bisa tetep hidup," sahutku sambil tetap fokus ke laptop.

Klik!

Kali ini bunyinya agak lebih keras dari yang sebelumnya.

"Akhirnya selesaiii jugaaaa," ujarku sambil melepaskan nafas panjang. Aku melihat jam di pojok kanan laptopku menunjukan pukul 18.55. Bisa tidur nyenyak malam ini.

"Nat, besok nonton Glitch Mode yuk. Mau gak?" Aku menoleh ke arah Natasha yang sejak tadi men-scrool tiktoknya. "Woi Nat. Denger gak sih?" Timpalku lagi.

"Yah gue nonton sama cowok gue 3 hari lalu. Tapi kalau lu mau nyanyiin gue 1 lagu di Neo Culture abis nonton, gue mau kok nemenin lu," tawarnya.

"Okay, call! Besok jam 11 langsung ketemu di bioskop aja ya," aku bergegas merapikan laptopku untuk pulang.

***

Hujan.

Aku berusaha merogoh ranselku mencari payung. Tapi sepertinya tidak ada. Apa tertinggal di loker ya? Masa harus naik lagi. Aku menggerutu sambil memandang hujan.

Deras. Deras banget lagi.

Sambil menunggu hujan reda, aku kembali mengambil payungku yang tertinggal di loker dan berjalan turun lagi ke lobby.

Ting. Lift terbuka.

Sosoknya terlalu bersinar untuk tidak ternotice olehku walau aku setengah menunduk. dr. Jeff ada di dalam lift sambil memeriksa handphonenya, ia tidak melihatku yang berdiri di depan lift dan masih terpaku.

"Kalau ga mau masuk, tolong tutup liftnya," ujarnya sambil tetap memandang ke handphone.

Do you get de javu, Lan? Ujarku dalam hati. Hobby banget nyuruh aku tutup pintu.

Aku segera masuk ke lift dan menekan tombol close-nya.

"Malam dokter. Resume jurnalnya sudah saya kirim ya, dok," ujarku basa-basi agar lift ini tidak terlalu dingin karena hanya ada kami berdua.

"Hmm," hmm katanya? Gak ada bilang terima kasih kek gitu. Astagah dokter ini. Ketolong ganteng aja.

Kami berjalan beriringan menuju lobby rumah sakit.

"Kamu bawa payung?" tanya dr. Jeff yang jelas-jelas sudah melihat aku menenteng payung sejak di dalam lift tadi. Basa basi.

"Ini dok," jawabku menunjukan payung yang ku pegang.

"Saya nebeng dong sampai mobil. Tuh mobil saya," dia menunjuk ke sedan audi hitam dengan plat B 1402 JFF yang terparkir di VIP Parkir rumah sakit.

Gak mungkin aku tolak dong? Mau gak nyenyak tidur lu malam ini, Lan?

Tanpa basa-basi, aku buka payungku dan merapatkan tubuhku ke arah dr. Jeff. Kenapa payung ini jadi terasa kecil ya, biasanya aku dan Nat kalau jalan berdua payungan tidak sesempit ini.

Sesampainya di depan mobilnya, dr. Jeff bergegas masuk dan menutup pintu mobilnya. Astaga, sesusah itukah bilang terima kasih. No manner banget sih dokter ini. Benar-benar berbanding terbalik dengan sepupunya Pak Jonathan yang ramah dan friendly.

Aku bergegas berjalan meninggalkan mobil itu. Tapi baru mau langkah ke dua aku terkejut dengan bunyi klakson mobil itu, dr. Jeff menurunkan kaca mobilnya.

10.000 hoursDove le storie prendono vita. Scoprilo ora