FCCT 7

65 19 82
                                    

Inshira berdiri di depan sebuah bangunan yang didominasi oleh warna putih dengan seluruh pintu yang terbuat dari kaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Inshira berdiri di depan sebuah bangunan yang didominasi oleh warna putih dengan seluruh pintu yang terbuat dari kaca. Sehingga Inshira bisa melihat dengan jelas aktivitas di dalam seperti apa. Tampak dari luar bangunan ini terlihat minimalis. Namun pada kenyataannya bisa menampung sekitar lima belas sampai dua puluh orang di dalamnya. Tidak ada live performance musik, hanya saja pengunjung bisa request untuk memutar lagu yang mereka inginkan selama dua jam sekali. Tepat di atas pintu ada nama dari tempat ini, yaitu Jura Cafe. Nama itu di ambil dari Julio dan Inshira.

Setelah mendapatkan gelas Sarjana, Julio memilih untuk membuka usaha ini menggunakan uang tabungan yang dia kumpulkan selama kuliah. Tentu saja tidak mudah. Di tahun pertama hanya beberapa orang yang datang dan mampir untuk mencicipi menu yang disediakan. Padahal tempatnya berada di pinggir jalan yang jelas telihat dan mudah dijangkau oleh siapa saja.

Saat memasuki tahun kedua, kafe ini mulai ramai didatangi orang berkat review dari seorang artis yang Julio tidak pernah memintanya. Bahkan Julio sendiri tidak tahu jika kafenya kedatangan seorang artis, karena pada saat itu dia sedang tidak berada di kafe karena menjaga Inshira yang sakit. Dia diberitahu oleh temannya yang saat itu ada di tempat kejadian.

Inshira membuka pintu dan langsung menghampiri meja order untuk memesan minuman sambil menunggu Julio pulang. Hari ini dia ingin pulang bersama sang kakak.

"Di sini nggak ada susu cokelat," ungkap Julio menyambut kehadiran adiknya.

"Tahu, kok. Lagian aku nggak bakal pesen. Cuman mau nunggu Aa pulang," timpal Inshira seraya tersenyum di akhir kalimatnya.

Ketika berhadapan dengan Julio, Inshira tidak pernah malu untuk memperlihatkan sikap manjanya, toh Julio kakaknya sendiri. Begitupun dengan Julio yang tidak pernah merasa keberatan dengan sikap manja Inshira.

"Yaudah, kalo gitu tunggu sebentar lagi, ya." Julio mengusap puncak kepala Inshira dan berlalu ke belakang. Dia meminta izin untuk pulang lebih dahulu kepada temannya dan beberapa pegawainya. Sebenarnya kafe tutup pukul tujuh malam, tetapi Julio tidak mungkin membiarkan Inshira menunggunya sampai malam.

Inshira yang baru saja duduk di salah satu kursi sambil menunggu Julio, tetapi kakaknya sudah muncul dengan tas yang menggantung salah satu pundaknya. "Yuk!"

Inshira membuang napas dengan sambil menekuk bibirnya. "Baru juga duduk," protesnya.

"Mau di sini dulu?"

"Nggak, mau pulang." Inshira langsung berdiri dan memeluk tangan Julio.

"Ya ayo."

Mereka berjalan keluar dari kafe. Kuda besi milik Julio terparkir di samping kanan kafe. Inshira mengekori di belakang. Pelukan pada tangan kakaknya berubah menjadi genggaman. Inshira seperti anak hilang yang baru saja ditemukan, dia tidak melepaskan genggaman tangan Julio. Adami mengeluarkan helm dari bagasi motor yang sering dipakai saat Julio mengantar Inshira ke sekolah lalu memberikannya kepada Inshira.

Fictional Character Come True [COMPLETED]Where stories live. Discover now