FCCT 28

17 4 0
                                    

Selama perjalanan pulang, tidak ada percakapan yang tercipta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama perjalanan pulang, tidak ada percakapan yang tercipta. Hanya ada suara dari berbagai kendaraan di sekitar mereka. Adami tidak ingin bertanya mengenai ingatan gadis itu, tetapi harapannya agar Inshira segera kembali mengingat semuanya akan selalu ada.

Sedangkan Inshira sibuk dengan isi kepalanya. Kali ini, setidaknya Inshira mulai menemukan jawaban dari kebingungannya tentang siapa Adami. Dia harus segera menemukan apa yang masih mengganjal di pikirannya.

Adami menghentikan kuda besinya tepat di rumah Inshira. Saat gadis itu meminta pulang, Adami langsung menyetujui tanpa menunda apapun. Saat ini, dia bisa merasakan jika Inshira turun dari motornya. Adami menoleh pada Inshira. Namun, yang ditatap justru melihat ke arah lain.

Sampai beberapa detik, keduanya masih saling bungkam. Hingga akhirnya Inshira yang pertama kali berbicara. "Makasih udah nganterin pulang. Mau mampir dulu?" tanya Inshira sambil menoleh ke arah Adami beberapa saat. Pertanyaan yang dilontarkan Inshira sebenarnya hanya sebatas tawaran formalitas saja. Inshira tidak serius dengan tawarannya.

"Nggak usah, lo kayaknya butuh istirahat."

Inshira bersyukur ketika mendengar jawaban Adami, karena memang itu keinginannya. Inshira sempat mengangguk kecil, kemudian dia membalikkan tubuhnya meninggalkan Adami tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Namun, langkahnya tertunda karena pergelangan tangannya dicekal oleh Adami.

"Tunggu!" cegah Adami tanpa melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan Inshira. Sedangkan tangan yang satunya merogoh sesuatu di dalam di dalam saku celana.

Inshira kembali memutar tubuhnya seraya menatap tangan mereka yang masih bersentuhan. Inshira melepaskan cekalan Adami dengan tangan yang lainnya karena merasa tidak nyaman. Inshira ingin segera masuk ke dalam rumah dan mengistirahatkan tubuh dan meredam isi kepalanya yang mulai berisik. Rasanya seperti semua energi dalam tubuhnya diserap habis oleh sesuatu. Padahal hari ini Inshira tidak terlalu bertemu dengan banyak orang.

Adami yang menyadari Inshira melepaskan cekalannya langsung meminta maaf, kemudian mengulurkan sebuah benda berbentuk persegi panjang kepada Inshira tanpa mengucapkan apapun.

"Buat apa?" tanya Inshira seraya mengerutkan dahi karena tidak mendapat penjelasan apapun dari benda yang diulurkan laki-laki di hadapannya itu.

"Flashdisk ini buat lo."

"Hah? Aku udah punya, kok. Ada di kamar," balas Inshira.

"Maksudnya ... em ... itu buat lo buka karena laptop gue lagi rusak. Di dalemnya ada fail yang gue butuhin banget. Jadi gue mau minta tolong buat lo bukain failnya, terus nanti kirim sama gue. Boleh, ya? Laptop lo udah aman, kan?" tanyanya. Jika boleh jujur, sebenarnya itu bukan alasan utama Adami memberikan flashdisk-nya pada Inshira.

"Oh, oke." Inshira menyetujui permintaan Adami untuk mempercepat semuanya. "Kalo gitu aku masuk, ya. Kamu hati-hati, dan sekali lagi terima kasih karena udah nganterin pulang." Inshira melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi setelah melihat anggukan kecil dari laki-laki yang mengantarnya.

Fictional Character Come True [COMPLETED]Where stories live. Discover now