FCCT 21

17 5 0
                                    

Pagi ini matahari bersinar tanpa malu-malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini matahari bersinar tanpa malu-malu. Agenda bersepeda yang direncanakan Naswa kemarin malam berjalan sesuai rencana. Namun, Inshira tetaplah Inshira. Gadis itu sulit dibangunkan sehingga Naswa harus membangunkannya dengan teriakan. Sekarang Naswa mengajak Inshira menyantap bubur ayam untuk sarapan di sekitar tempat mereka bersepeda. Waktu yang mereka gunakan untuk mengayuh dan duduk di atas sepedah hanya tiga puluh menit. Sisa tiga puluh menit lainnya mereka gunakan untuk berfoto.

Di tengah-tengah menunggu pesanan bubur ayam, mereka sibuk dengan ponsel masing-masing. Benda pipih tersebut memang bisa mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Naswa sibuk dengan mengedit beberapa foto yang mereka ambil tadi sebelum dia unggah ke sosial media, sedangkan Inshira sedang membalas pesan dari Julio, yang meminta Inshira untuk membeli bubur ayamnya untuknya dan sang mamah.

Selepas membalas pesan dari Julio, Inshira meletakkan ponselnya di meja yang mereka tempati. Di sampingnya ada beberapa orang yang sedang sarapan pagi dengan bubur ayam juga. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, sekilas memperhatikan aktivitas orang-orang di sekitarnya. Ada juga orang-orang yang berdiri di dekat gerobak untuk dibungkus dan dinikmati di rumah. Jika tidak bersama Naswa, dirinya pasti tidak diizinkan untuk keluar rumah saat ini. Inshira hanya menghela napas dan menatap sahabatnya yang sudah menopang dagu menunggu bubur mereka.

"Ci, kamu belum nulis lagi berarti?" tanya Naswa seraya menurunkan tangannya yang tadi menopang dagu, kemudian menumpuk kedua tangannya di atas meja.

"Nulis? Nulis apa?" Inshira mengerutkan dahinya.

"A Julio belum ceritain ini berarti?"

Inshira menggeleng."Semalem cuman cerita soal Papah aja."

"Oke, aku ceritain dikit, ya," balas Naswa, "jadi kamu tuh sejak akhir semester satu kemarin mulai nulis cerita di platform nulis gitu. Awalnya rutin update, tapi setelah salah satu video promosi kamu rame, banyak orang yang mulai baca cerita yang kamu tulis, kamunya malah sering nge-ghosting pembaca. Terus datanglah Adami, dia yang selalu nyuruh kamu nulis dan harus disetor ke dia. Aku juga nggak ngerti kenapa dia bisa tahu kalo kamu nulis. Katanya, sih, rahasia negara," terang Naswa.

Inshira termenung mendengar penjelasan Naswa barusan. Rasa nyeri mulai menyerang kepalanya. Di saat yang bersamaan dia mendengar kalimat yang bertubi-tubi memerintahnya untuk menulis.

"Jangan lupa nulis hari ini"

"Lo kenapa semalem nggak nulis?"

"Lo harus nulis setiap hari minimal tiga ratus kata."

"Lo udah nulis berapa kata hari ini?"

Inshira meringis sambil terpejam dan memegang kepalanya. Rasanya seperti dihantui oleh sesuatu. Namun, Inshira tidak mengetahui apa hal tersebut. Ringisan itu tentu membuat atensi orang-orang di sekitar beralih kepada Inshira.

Fictional Character Come True [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang