FCCT 22

15 4 0
                                    

Terdengar bunyi nyaring alarm di ponsel yang disimpan di samping bantal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terdengar bunyi nyaring alarm di ponsel yang disimpan di samping bantal. Sengaja di simpan di situ agar lebih mudah terdengar dan mematikannya. Selimut disingkap ketika bunyi nyaring itu mengganggu kedamaian.

"Cieee kali ini lo yang kesiangan bangunin gue," ejeknya seraya meraih ponsel tersebut untuk mematikannya.

Dia sudah berpakain rapi. Seragam sekolah sudah menempel di badannya setengah jam yang lalu. Dia bangun satu jam lebih awal dari biasanya. Dia juga sempat mendapat teguran dari teman sekamarnya agar tidak berbaring lagi setelah mengenakan seragam sekolah karena seragamnya akan kusut. Namun, dia bersikukuh ingin menjebak jam beker miliknya sendiri.

"Adami, sarapan dulu." Seorang laki-laki yang jauh lebih tua darinya masuk ke dalam kamar membawa dua piring sandwich roti gandum berisi ayam panggang. "Kemarin jam segini baru bangun, sekarang sudah rapi."

"Coba-coba aja, Om. Siapa tahu keterusan. Terus hari ini penulis saya mulai sekolah lagi." Adami menerima uluran piring berisi roti tersebut. Dia mulai melahapnya. Kedatangan Alex mengubah menu makanan yang sering Adami makan.

"Om tiap pagi makan yang begini kenyang, ya? Saya, sih, enggak," aku Adami ketika makanan di mulutnya telah ia telan. Namun, tidak bisa dipungkiri, Adami juga mengakui makanan yang dimasak laki-laki ini selalu enak dan sehat. Tebakan Adami, sepertinya Alex sedang menjaga badannya.

"Kamu nggak kenyang?" Mendengar pengakuan Adami, Alex mengambil dompetnya dan mengulurkan empat lembar uang berwarna biru. "Buat beli makan di sekolah," ujarnya mengulurkan uang tadi.

Adami menerima uang itu tanpa ragu. "Makasih. Om tahu aja cara nyenengin saya. Lumayan, rezeki bangun subuh." Adami memperlihatkan jajaran gigi putihnya seraya memasukkan uang itu ke dalam saku celana. "Om mau jadi sugar daddy saya selama di sini, nggak?"

***

"Inshira, udah sembuh?"

Seorang laki-laki yang memakai kemeja dengan lengan panjang rapi dan celana hitam panjang bertanya seraya berjalan ke arah Inshira dan Naswa. Postur tubuhnya tinggi dan gempal. Namun, tidak segempal Paman Vernon Dursley yang merawat Harry Potter. Hanya sedikit gempal.

Hari ini Inshira mulai kembali bersekolah, sesuai ucapannya pada Adami kemarin. Inshira merasa bosan di rumah karena tidak mengerjakan apapun. Inshira meminta Naswa untuk menunggunya di gerbang sekolah agar tidak kebingungan mencari kelas. Seperti biasa, Inshira diantarkan oleh Julio. Mulai hari ini juga, Julio akan menjemput Inshira ketika pulang sekolah. Itu kesepakatan yang mereka buat sebelum mengizinkan Inshira sekolah lagi, Julio tidak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang pada adiknya.

"Beliau Pak Bugi, Wakasek Kesiswaan sekaligus guru Sejarah yang sering razia setiap pagi di depan gerbang. Untung guru Sejarah kita bukan Pak Bugi, soalnya galak," bisik Naswa ketika jarak mereka belum terlalu dekat.

Inshira mengangguk mendengar bisikan Naswa. Mengenai pertanyaan Pak Bugi tadi, Inshira tidak tahu harus menjawab seperti apa karena dirinya belum sembuh dari amnesia, hanya saja merasa lebih baik dan tetap bisa menjalankan aktivitas yang lain seperti sebelumnya.

Fictional Character Come True [COMPLETED]Where stories live. Discover now