FCCT 25

15 6 9
                                    

Dentingan piano membuat langkah Inshira memelan ketika berada di depan ruang musik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dentingan piano membuat langkah Inshira memelan ketika berada di depan ruang musik. Dari jendela dia bisa melihat Adami yang sedang khusyuk memainkan piano sambil menyanyikan lagu yang akan mereka bawakan untuk tugas Seni Budaya. Inshira berdiri tepat di pintu yang sejak tadi terbuka dengan mata yang tidak lepas dari laki-laki yang berada satu meter di depannya.

Mata gadis ini memperhatikan jari-jari tangan Adami yang lincah menakan satu demi satu tuts keyboard piano di depannya. Jari itu seperti sudah hapal dan sangat mengenal dengan apa yang dimainkannya. Si pemilik seolah percaya dengan jarinya, sehingga tidak terlihat keraguan saat membiarkannya menakan tuts piano itu.

Inshira teringat tulisan yang sempat dia baca di buku rahasianya semalam. Di bagian kartu karakter Akhtar tertera hobi.

Nama : Akhtar Dafi Miqdad

Hobi : Main piano dan nyanyi (walaupun suaranya nggak bagus-bagus banget)

Mata Inshira beralih memperhatikan wajah Adami. Raut wajah Adami tampak jail dan menyebalkan. Namun, untuk saat ini tertutupi dengan kekhusyuannya memainkan piano. Entah mendapat perintah dari siapa, kedua sudut bibirnya terangkat tipis. Di mata Inshira, Adami tampan, tetapi banyak yang lebih tampan daripada dia. Satu keunggulan Adami yang tidak dimiliki semua laki-laki, yaitu Adami terlihat ... manis.

"Udah puas lihatin gue sambil mengalunnya? Kalo belum, dilanjut nanti. Udah pernah gue kasih tahu juga, jangan lihatin gue. Kalo naksir gue nggak mau tanggung jawab." Adami beranjak menuju kursi untuk mengambil botol minum yang dibeli saat isitrahat tadi. Tenggorokannya membutuhkan air.

"Kamu bisa main piano?" tanya Inshira masih berdiri di ambang pintu.

"Masuk dulu. Nggak enak banget ngobrolnya kayak gitu," titah Adami, lalu meneguk air minum untuk yang kedua kalinya sambil jongkok.

Inshira melangkah masuk ke dalam ruang musik. Dia melepas tasnya dan duduk di kursi, tepatnya di samping tas Adami yang tergeletak begitu saja. Inshira menoleh pada Adami yang sudah berdiri di depannya.

Mengerti arti tatapan Inshira, Adami menarik satu kursi yang berada di sudut ruangan ke hadapan Inshira. Sekarang mereka duduk berhadapan. "Awalnya gue sering lihat bokap main piano di rumah. Suatu hari gue iseng mencet-mencet aja. Eh, ketahuan. Akhirnya gue diajarin piano sama bokap waktu kelas empat SD. Makanya waktu awal SMP, pas bokap sama nyokap gue kecelakaan dan dinyatakan meninggal di tempat, rasanya dunia gue runtuh banget. Untungnya ada kakek yang masih mau ngerawat gue sampe sekarang," tutur Adami.

Rasa nyeri kembali dirasakan Inshira. Inshira sedikit menunduk, dia merasa familiar dengan cerita Adami. Namun, dia tidak tahu pernah mendengarnya dari siapa. Sekilas yang terbayang hanyalah saat Inshira duduk dan mengetik sesuatu di laptop. Inshira tidak mendapat gambaran apapun selain itu.

Adami yang melihat reaksi Inshira langsung merogoh tas miliknya dan mengeluarkan satu botol air mineral. Namun, botol itu tidak langsung Adami berikan. Adami membiarkan Inshira merasakan dan mencerna apa yang dia dapatkan. Ada perasaan senang dan sedikit khawatir yang dirasakan Adami. Senang karena dengan begitu Inshira mendapatkan sedikit demi sedikit ingatan di masa lalunya, dan khawatir jika ternyata itu akan berdampak buruk pada ingatan Inshira.

Fictional Character Come True [COMPLETED]Where stories live. Discover now