17

443 77 54
                                    

Dengan hati dan langkah yang berat, Vasaya melangkah maju dan berdiri di depan papan tulis. Dalam hati ia memberi sumpah serapah pada Orane. Gadis itu yang membawanya pada masalah yang sungguh Vasaya hindari selama ia bersekolah. Ini adalah kali pertama ia dihukum karena alasan konyol, ditambah lagi berdiri bersebelahan dengan Orane membuat Vasaya serasa menderita penyakit tekanan darah tinggi.

Vasaya paling benci menjadi pusat perhatian, apalagi alasannya jika ia membuat kesalahan. Ia tidak suka, sama sekali. Ia hanya ingin dikenal sebagai anak berprestasi, bukan anak bermasalah seperti ini.

Disisi lain Orane sesekali melirik Fagan. Pemuda itu sama sekali tidak melihat sekitar, dia sibuk dengan bukunya. Bahkan, sesekali Fagan terlibat obrolan dengan Queena dan Richela.

Kenapa juga Orane harus cemburu di situasi seperti ini?

Ia turut berdiri di sebelah Vasaya. Orane melirik Vasaya, dan sudah bisa Orane pastikan jika pemuda itu kesal. Mau bagaimana lagi, siapa suruh memulai peperangan.

"Baik, jika sudah duduk dengan anggota kelompok masing-masing, kita mulai materi pembelajaran kita hari ini."

Vasaya semakin lemas. Harusnya ia duduk bersama teman sekelompoknya dan membahas tugas. Orane adalah penyebab datangnya hukuman ini.

Sementara Orane menunduk lesu. Ia juga menyesali kejadian dan situasi ini. Dihukum berdiri dengan Vasaya di depan kelas karena alasan kekanakan, Orane tidak suka. Kenapa Orane tidak bisa bersabar, seperti dulu?

"Ya tapi 'kan kadal gurun itu semakin menyebalkan! Ya kali gue bisa sabar. Yang ada dia nindas gue mulu," gerutu Orane dengan wajah nelangsa.

Beberapa teman sekelas terlihat sibuk menyimak materi, dan sebagian lainnya sesekali melirik Orane dan Vasaya sembari menahan tawa. Apalagi Mahdy, pemuda berkacamata itu terlihat meledek Orane. Orane hanya bisa menghela napas, ia jadi merasa lelah.

Kaki Vasaya bergerak kecil, ia jenuh. Kapan hukuman ini akan berakhir? Vasaya ingin sekali ikut belajar bersama teman-teman lain, bukan malah kena hukuman bersama Orane.

Vasaya bahkan tidak melihat rasa bersalah, ataupun raut gelisah diwajah gadis aneh itu. Gadis itu tampak biasa saja, seolah hukuman sudah menjadi makanan sehari-harinya. Orane sangat berbeda dengan Richela, yang tahu aturan dan giat belajar.

Ringisan kecil keluar dari mulut Vasaya. Kenapa juga dia langsung kepikiran soal Richela? Kalau gadis itu tahu jika Vasaya sedikit menyanjungnya, Richela sudah akan bertambah sombong dan besar kepala.

Mau tidak mau, Vasaya harus jalani hukuman ini. Daripada ia mendapat hukuman lebih parah dari sekadar berdiri di depan kelas.

***

Richela perlahan menutup buku paket Bahasa Indonesia miliknya sesaat setelah Ibu Zulaikha melangkah keluar kelas. Hari ini ia merasa tidak begitu buruk, apalagi teman sekelompoknya juga tidak terlalu banyak tingkah dan bisa diajak berdiskusi. Beberapa teman sekelompoknya sudah bangkit dari duduknya hendak kembali ke bangku masing-masing, termasuk Fagan.

Terlihat jika pemuda itu sudah bersiap kembali ke bangkunya yang berada di barisan tengah. Buku dan beberapa alat tulisnya sudah dirapikan kembali. Ketika Fagan baru saja keluar dari bangku, pulpennya terjatuh tepat disebelah sepatu Richela.

Fagan sempat menoleh sedikit, dan menaikkan kedua alisnya terkejut mendapati pulpennya sudah berada di lantai. Fagan menundukkan sedikit badannya, dan tidak menyadari jika Richela yang dalam posisi duduk juga membungkukkan badannya untuk mengambil pulpen milik Fagan.

"AUH!"

"ADUH!"

Fagan dan Richela kompak mengaduh kesakitan saat kening mereka tak sengaja saling berbenturan. Keduanya mengusap pelan kening mereka yang berdenyut nyeri. Kedua mata mereka bertemu, dari jarak dekat. Baik Richela dan Fagan, bisa melihat wajah mereka satu sama lain dengan sangat jelas.

FOUR : Fagan,  Orane, Vasaya, RichelaWhere stories live. Discover now