75

514 89 138
                                    

Hari demi hari berlalu, hingga akhirnya setelah penantian selama sembilan bulan, Fagan bisa melihat adik perempuannya lahir ke dunia.

"Anjirlah si Fagan, bisa-bisanya emak Lo bunting, gue sama yang lain kagak dikasih tahu cepet-cepet!", seloroh Mahdy membantu Fagan membereskan perlengkapan yang digunakan untuk akikah adik perempuannya.

"Ya kali Lo nggak nyadar Mama lagi hamil. Orang Lo sama yang lain sering main ke rumah. Chika sama Monic, Richela, Vasaya, sama Orane aja tahu. Chika, Monic, sama Richela malah nanya langsung ke Mama. Jadi mereka tahu."

Mahdy meringis sembari menggaruk pipinya. "Gitu, yah?"

"Hadeuh, capek banget gue ama kelakuan Lo," seloroh Fagan mengangkat piring-piring itu ke dapur.

Di dapur Orane, Richela, Monic, Chika, dan Finesa sibuk mencuci piring dan membereskan peralatan dapur.

Sekadar informasi, Finesa sudah resmi menjadi tunangan Adrian. Anggota keluarga dan teman-teman pun terkejut mendengarnya. Menurut cerita dari Adrian, ia cukup lama melakukan pendekatan pada Finesa yang memang punya kepribadian sedikit cuek. Tapi seperti batu yang akan berlubang jika terus ditetesi air, Finesa luluh. Kakek bahkan langsung mengadakan pertunangan untuk keduanya.

Rupanya Adrian menyukai Finesa saat pertama kali di acara makan malam keluarga waktu itu. Ia langsung menyukai Finesa dalam pandangan pertama.

"Adek Lo udah tidur belum, Gan?", tanya Chika mencuci tangannya setelah piring-piring itu selesai dicuci semua.

"Iya. Fazura di kamar sama Mama."

Iya, namanya Fazura.

Fazura Amaryllis, nama cantik yang diberikan Papa untuk adik perempuannya.

Dulu Papa yang sempat menolak kehadiran anaknya itu, kini sudah benar-benar bahagia dan senang. Beberapa mahasiswa bimbingan Papa pun datang ke acara akikah dan memberikan hadiah terima kasih pada Papa yang membantu mereka dalam proses pembimbingan pengerjaan skripsi. Kakek dan Nenek pun senang. Mereka bahkan berebut ingin mengendong Fazura karena senang cucu baru mereka sudah hadir di tengah keluarga.

"Teman-teman, gue balik duluan, yah." Finesa berujar sembari melempar senyum pada mereka. Adrian sudah menunggunya.

Mahdy yang baru saja melihat Finesa sudah keluar karena akan diantar pulang oleh Adrian langsung membanting pelan lap di tangannya. "Jadian aja Lo semua! Jadian aja! Tinggalin gue sendirian!"

"Dy, istighfar Dy," kata Orane menahan tawanya.

"Ya habisnya teman-teman Lo udah ada cem-ceman. Monic sama Aaron, Richela sama Vasaya, Finesa sama Adrian," seloroh Mahdy.

"Heh, Lo pikir cuma Lo doang yang jomlo? Ini gue sama Orane masih jomlo!"

"Tapi kan Orane beda! Orane udah ada Fagan." Mahdy tampak ngotot. "Sementara gue nggak mau sama Lo."

"Heh! Gue nggak mau juga yah sama Lo!" Chika hampir sama melempar piring ditangannya jika Orane tidak menahannya. Richela bahkan sudah membulatkan mata, dan Monic menatap Chika dengan wajah tidak menyangka. "Lo selalu gitu. Ngeluh Lo jomlo, makanya pacaran! Lo selalu ngata-ngatain gue! Lo nggak usah ge-er deh! Gue nggak akan pernah mau sama Lo!"

Chika mencebikkan bibirnya dan keluar dengan langkah misuh-misuh. Vasaya yang baru saja masuk membawa beberapa peralatan makan mengerutkan kening melihat wajah kesal Chika. "Chika Lo pada apain lagi?"

"Mahdy bikin dia emosi." Richela menjawab.

"Tumben Chika semarah itu. Matanya kayak orang lagi nahan nangis. Kayaknya Lo udah keterlaluan banget , Dy." Fagan memberi komentar.

FOUR : Fagan,  Orane, Vasaya, RichelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang