3 - Empat Tali Gantung

3.6K 287 6
                                    

Seorang laki-laki berpakaian kaos putih membuka gerbang dan masuk ke halaman rumah Joko

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang laki-laki berpakaian kaos putih membuka gerbang dan masuk ke halaman rumah Joko. Sambil asik bersiul ia memperhatikan tanaman dan rumput di halaman depan rumah itu. Tangannya memegang sebuah arit yang akan ia gunakan untuk bekerja. Tak lama, ia menggelengkan kepala.

“Belum apa-apa udah panjang aja nih rumput. Gak apa-apa deh, lumayan ada kerjaan,” gumamnya.

Laki-laki berusia sekitar tiga puluh tahun itu pun mendekat ke pintu rumah Joko. Ia mulai mengetuk pintu beberapa kali. Handuk kecil di bahunya sesekali ia gunakan untuk menyeka keringat di dahi dan pipinya. Setelah beberapa saat, belum ada jawaban. Ia kembali mengetuk pintu.

“Permisi! Pak Joko!” panggilnya.

Laki-laki itu pun tetap menunggu di sana. Sambil bersandar di dinding, tangannya memegang selembar kardus untuk mengipas-ngipas dirinya sendiri. Ia pun mulai heran karena tidak juga ada jawaban dari dalam.

“Ada orang gak? Halo? Pak Joko!” panggilnya. “Mobilnya ada padahal.”

Karena tak sabar, laki-laki itu berjalan memutari rumah dan hendak mengecek ke halaman belakang. Sesampainya di halaman belakang, tetap tidak ada siapa-siapa di sana. Sambil menggaruk kepala, ia semakin bingung.

“Ini rumah pada kemana ya orangnya?”

Tak lama tercium bau busuk dari dalam rumah. Si tukang kebun itu menciumnya dan langsung menutup hidung. Karena penasaran ia mendekat ke pintu belakang. Tangannya memegang gagang pintu dan membukanya. Ternyata pintu belakang tidak dikunci.

“Permisi!” ucapnya sambil berjalan memasuki rumah itu. Ia berjalan melewati gudang dan belok ke arah dapur.

“Aaaaaaaa!!!” Laki-laki itu teriak histeris setelah  melihat apa yang ada di hadapannya.

Joko, beserta istri dan kedua anaknya sudah dalam keadaan tak bernyawa. Satu keluarga mati dalam keadaan gantung diri di dapur. Bahkan anak perempuannya pun ikut tergantung dengan sebuah kain putih panjang mengikat lehernya. Lidah Joko menjulur keluar, badannya sudah agak biru dan kaku. Begitu juga dengan anak dan istrinya.

Laki-laki itu lalu panik, jantungnya hampir saja copot. Ia memandangi empat sosok jenazah yang menggantung di langit-langit rumah. Sampai akhirnya ia pun langsung berlari panik meninggalkan rumah Joko.

“Tolong! Tolong!” teriaknya histeris sambil berlari kocar-kacir meninggalkan rumah Joko. Teriakannya tak berguna karena rumah Joko agak berjauhan dengan warga lain. Sehingga tak ada yang mendengarnya.

Si tukang kebun lanjut berlari ke arah rumah warga untuk meminta bantuan. Teriakannya itu mengundang para warga untuk keluar dari rumahnya masing-masing. Semuanya bertanya-tanya kenapa ada orang teriak-teriak tengah hari begini. Ia pun menjelaskan kepada warga tentang apa yang dilihatnya di dalam rumah Joko.

“Hah? Yang bener kamu?” kata salah satu warga yang merasa kurang yakin.

Tukang kebun itu pun hanya bisa duduk lemas bersandar di  tembok rumah warga dengan wajah pucat. Beberapa orang memberikannya minum air putih supaya bisa lebih tenang. “Beneran, Pak. Sumpah, Pak Joko sekeluarga gantung diri!” tegasnya.

Pocong Nagih Janji (TAMAT)Where stories live. Discover now