4 - Kok Gak Ajak Aku Ronda?

3.4K 276 18
                                    

Satu hari berlalu, bayangan soal insiden gantung diri Joko sekeluarga masih membekas di ingatan warga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hari berlalu, bayangan soal insiden gantung diri Joko sekeluarga masih membekas di ingatan warga. Meski para almarhum sudah dikuburkan dengan layak, warga masih tak menyangka kalau Joko dan keluarganya sampai nekat mengakhiri hidupnya. Hal ini masih menjadi topik hangat di kalangan para warga desa.

Setelah pemakaman pun, tidak terlihat adanya pengajian atau pun doa bersama yang dilakukan para warga. Dari pihak sanak saudara Joko pun tak ada yang menggelar pengajian. Karena katanya mereka melakukan doa bersama di tempat lain.

Kini rumah besar dengan dua lantai itu pun menjadi kosong, gelap dan dibiarkan begitu saja. Bahkan barang-barang di dalamnya pun masih lengkap. Salah seorang saudara mengatakan akan memindahkan semua barang-barang Joko minggu depan.

***

Suara doa terdengar dari arah mushola yang berada di pinggir jalan desa. Pengeras suara yang terpasang di atapnya membuat lantunan doa itu menggema hampir ke seluruh desa. Terlihat satu per satu para jamaah keluar dengan memakai sarung setelah menunaikan ibadah solat isya. Termasuk Anwar yang juga baru selesai solat.

Anwar yang memakai peci hitam dan baju putih itu lalu memakai sandalnya dan mulai berjalan meninggalkan mushola bersama para jamaah lainnya. Anak-anak tampak bermain bola di halaman depan mushola, dan sepeda penjual makanan terparkir di dekat mereka.

"Pak Kades," sapa salah satu orang menyapa Anwar.

"Iya, Pak!"

Kaki Anwar melangkah di jalan desa yang sedikit kasar karena permukaannya yang berlubang. Ditambah kerikil yang berserakan di mana-mana. Di sekitarnya, rumah warga berdiri berdampingan dengan persawahan luas membentang. Penerangan yang sedikit membuat jalan desa menjadi agak gelap, beruntung rembulan bersinar terang hari ini.

Sebuah cahaya lampu terlihat di kejauhan, berasal dari sebuah pos ronda. Di mana ada beberapa anak muda yang bersantai di sana menikmati suasana malam dengan segelas kopi dan rokok yang asapnya melayang-layang di udara. Suara jangkrik dan kodok juga menemani malam mereka.

"Bawah! Bawah!" ucap salah satu pemuda kurus berambut cepak bernama Bejo yang tengah asik bermain game online bersama Reza dan tiga pemuda lainnya di pos ronda. "Sini, sini woi. Cover tengah! Yah, kan mati!"

"Ah, payah kamu, Jo!" ejek Reza.

Bejo pun mengalihkan pandangannya, lalu melihat Anwar yang berjalan mendekat. Ia segera membenarkan posisi duduknya sambil tersenyum saat sang kepala desa berjalan semakin mendekat ke arahnya.

"Eh, Pak Kades. Pulang, Pak?" tanya Bejo.

"Iya, malam ini kalian ronda ya?"
Bejo mengangguk. "Iya, Pak."

"Nanti kamu tolong sering-sering pantau rumah Pak Joko ya."

"Hah? Kenapa, Pak? Bukannya rumahnya kosong. Kan yang punya rumah udah, keek!" Bejo memperagakan gerakan mengikat leher yang mengisyaratkan gantung diri.

Pocong Nagih Janji (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang