6

7K 2K 98
                                    

Kembali ke hutan berarti kembali pada rutinitas sehari-hari. Seperti pagi ini, Moreno ingin memeriksa area di mana monyet biasa berkumpul. Di bagian utara hutan ada sebuah lapangan, yang disediakan untuk berkemah. Selain karena tanahnya datar, juga dekat dengan sumber air. Sayang, ada kebiasaan buruk yang dilakukan pengunjung. Mereka kerap memberi makan kumpulan hewan tersebut dengan alasan kasihan. Padahal hutan sudah menyediakan makanan pada habitat hewan yang hidup di dalamnya. Akibatnya, kerap muncul segerombolan besar monyet mendatangi area perkemahan. Merusak tenda lalu mencuri bahan makanan.

Empat bulan lalu, ternyata ada seorang pengunjung perempuan yang ditinggal temannya untuk mandi di sungai. Gerombolan monyet datang dan perempuan itu menjerit ketakutan. Membuat para monyet juga panik sehingga menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Sejak insiden itu, Moreno menutup area perkemahan. Setidaknya ingin agar hewan-hewan tersebut kembali pada kebiasaan mereka sebelumnya.

Berada di tepi rerumputan luas, pria itu menurunkan kursi lipat dari kabin mobil. Lalu duduk sambil menuang kopi dari termos ke sebuah cangkir kayu. Mencoba menikmati alam juga pergerakan satwa. Tango, anjing peliharaannya berlari ke sana kemari menikmati kebebasan. Cuaca cukup bagus akhir-akhir ini. Tak terdengar gemerisik pohon dan juga suara monyet mendekat. Yang berarti sudah mulai aman. Mungkin minggu depan ia akan mencoba untuk berkemah di sini. Dari kejauhan terlihat pesawat kecil melayang. Milik salah seorang perempuan perkasa yang berasal dari daerah ini.

Cukup lama berada di sana, hingga akhirnya ia kembali beranjak. Membenahi kursi lalu membawa Tango kembali memasuki mobil. Keduanya kembali ke base camp. Tempat itu sudah ramai ternyata berasal dari sebuah rombongan dari sebuah bank swasta asing. Moreno memberi senyum pada pemimpin rombongan lantas menyalaminya. Salah seorang teman saat melakukan pendakian ke Rinjani dulu.

"Kang, ada telepon dari Jakarta."

Seseorang menyela pembicaraannya. Sang pemimpin segera pamit lalu meraih telfon genggam model lama yang memang terkenal memiliki kemampuan menangkap sinyal sangat baik.

"Halo,"

"Halo, dengan Bapak Reno?"

"Ya, saya sendiri."

"Saya, Rosa dari Rumah Mode Bagas Stanilaus. Kami ingin melakukan pemotretan di area hutan milik bapak. Karena sesuai dengan tema rancangan yang akan kami keluarkan untuk musim ini. Apakah kami bisa mendapatkan waktu hari Senin, Selasa dan Rabu? Kami akan tiba sekitar pukul sebelas siang."

Ia sangat suka bila ada penelfon seperti ini. Tegas dan lugas! Straight to the point.

"Rencana mau menggunakan area apa saja?"

"Sungai dengan banyak bebatuan, lapangan luas yang memperlihatkan langit biru. Bebatuan besar yang masih bisa didaki untuk mendapatkan efek perbukitan. Dan tanaman khas daerah tropis. Saya sudah pernah melihat semuanya di sebuah blog saat pemiliknya berkunjung ke sana."

Sang penelfon kemudian menjelaskan dengan rinci setiap tempat yang ingin ia gunakan. Ia kemudian menyetujui. Setelah bisa menangkap dengan jelas keinginan mereka. Ini bukan kejadian pertama. Beberapa majalah besar yang berbasis di luar negeri bahkan pernah dengan sengaja mengunjungi tempat ini. Untuk hal seperti ini ia yang mendampingi. Karena kemampuan berbahasa inggrisnya sudah baik. Namun tetap menyediakan orang-orang yang akan mendampingi mereka.

Moreno segera mencatat jadwal pada white board, termasuk nama staf yang akan memandu. Lalu meminta menghubungi lima orang kurir untuk mengangkat peralatan karena mereka sudah memesan tadi. Biasanya orang uang bekerja dibidang fashion sangat perfeksionis. Karena itu dia yang akan memimpin perjRenatan kali ini. Hari pertama biasanya hanya hanya hunting lokasi. Menunjukkan beberapa spot terbaik yang diinginkan fotografer.

GENGGAM TANGANKU JANGAN PERNAH LEPASKAN/  Versi Lengkap Tersedia Di Playbook Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon