13

8.8K 2.1K 310
                                    

Saya menambah tagar 18+ pada cerita ini. Meski bukan yang bagaimana banget, untuk mengingatkan para pembaca. 

***

Pukul dua pagi, Moreno mengetuk pintu kamar Rena. Gadis itu buru-buru membuka sambil menyeret kopernya. Pria itu segera mengangkat ke mobil.

"Sep, jangan lupa, itu empang dikeringkan hari ini. Nanti ada orang yang akan ambil ikannya. Kamu tunggu waktu mereka nimbang." Terdengar perintah dari Moreno dari dalam mobil.

"Baik, Kang."

"Jangan lupa juga kacang panjangnya dipetik. Antar ke langganan saja. Saya berangkat dulu."

Asep sang bawahan mengangguk tanda mengerti. Kini kendaraan membelah jalanan sepi desa.

"Kalau kamu ngantuk, tidur saja."

"Sudah hilang ngantuknya. Mas mau minum kopi? Saya ada bawa di tumbler tadi."

"Airnya kamu masak?"

"Enggak pakai dispenser kamar."

"Maaf saya selalu minum teh dan kopi yang airnya dimasak. Lagi pula saya jarang minum kopi instan."

Renata hanya mengangguk, dia cukup kecewa karena pria disebelah menolak sesuatu yang sebenarnya memang dipersiapkan untuknya.

"Mas mau roti?"

"Boleh, saya suka makan."

Kendaraan kembali melaju kencang ketika mereka sudah berada di jalan utama. Hanya ada gelap, tidak terlihat apa-apa. Hingga kemudian mobil tiba-tiba berhenti.

"Kenapa Mas?" Renata terkejut.

"Ada ular lewat di depan."

Wajah cantik itu terlihat takut melihat ular besar yang tengah melewati jalan raya. "Besar sekali Mas."

"Iya, untung saya masih melihat tadi." Ular tersebut berjalan lambat, setelah benar-benar sampai di seberang jalan barulah Moreno kembali menjalankan kendaraan. Akhirnya sepanjang perjalanan Renata tidur. Bangun sekitar pukul tujuh pagi. Kembali Moreno menerima roti yang ditawarkan.

"Mas biasa sarapan roti?"

"Biasaya nasi."

"Kita berhenti dulu beli nasi?"

"Tidak usah, nanti siang saja. Saya sudah makan roti." Tolak pria itu.

Hampir pukul sepuluh pagi saat keduanya tiba di apartemen Renata. Perjalanan menjadi tidak membosankan. Keduanya kerap bertukar cerita. Meski tidak yang berbau pribadi.

"Mas mau langsung ke mana?"

"Kantor, kenapa?"

"Nggak mandi atau ganti pakaian dulu?"

"Begini saja."

"Yakin? Bisa lebih rapi, kan? Mas bawa kemeja?"

Moreno menggeleng.

"Kalau begitu mandi saja dulu di apartemen saya. Nggak ada orang, kok. Supaya Mas lebih segeran dikit."

Akhirnya pria itu mengangguk. Keduanya kini memasuki lift.

"Kamu tinggal sendiri?"

"Ya, nanti asisten saya akan datang sekitar jam satu. Setelah ini saya mau istirahat dulu."

"Saya mengganggu kalau begitu."

Renata tersenyum sambil menggeleng. Memasuki apartemen gadis itu, AC segera dinyalakan.

"Peralatan mandinya bawa Mas?"

"Bawa,"

Moreno segera mengeluarkan bungkusan kantong plastik berlogo sebuah minimarket dan sebuah handuk kecil.

GENGGAM TANGANKU JANGAN PERNAH LEPASKAN/  Versi Lengkap Tersedia Di Playbook Where stories live. Discover now