17

7.5K 2.1K 108
                                    


Mikha pamit ke kamar mandi ketika Moreno tengah mengenakan sepatu.

"Mas sudah booking hotel?"

"Sudah, di tempat yang kemarin. Mikha suka berada di gedung tinggi."

"Sampai jam berapa di kantor hari ini?"

"Siang selesai mungkin, atau paling lama sampai sore. Kamu mau ajak Mikha ke mana?"

"Palingan ke mal."

"Jangan bawa dia belanja, perkenalkan saja tempatnya. Kalau mau belanja besok bareng aku saja. Karena aku sedang mengajarinya tentang memilih sesuatu yang penting dan tidak penting. Aku memiliki konsep sendiri dalam mendidiknya Kita belum bicara tentang ini, kan?"

"Kalau aku bawa ke toko kue?"

"Dia akan senang sekali lihat kue cantik. Batasi pembeliannya untuk dimakan sehari. Aku tidak suka dia membuang-buang makanan. Lagi pula akan mubazir."

Renata hanya diam menunduk. Tidak tahu harus mengatakan apa. Merasa sebagai orang luar dalam hubungan antara ayah dan anak.

"Maaf Rena, aku memang cukup keras mendidiknya. Mungkin kamu masih harus beradaptasi. Mengertilah, aku harus menjadi ayah sekaligus ibu baginya. Dia jarang ke kota besar, dan ini akan menjadi pengalaman baru. Aku berharap dia akan mengingat apa yang sudah kami sepakati. Apalagi nanti hanya pergi berdua dengan kamu. Ini akan menjadi Latihan buatnya. Aku ingin kita memiliki aturan yang sama."

Melihat gadisnya cuma diam, Moreno segera mengecup bibirnya.

"Aku kangen sama kamu, nanti malam akan kusisihkan waktu untuk kita. Aku terbiasa berbicara seperti ini, maaf, mungkin kamu belum terbiasa menghadapiku. Aku sayang sama kamu."

"Terima kasih mas." Renata akhirnya bisa tersenyum kembali.

Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Keduanya segera melepaskan pelukan. Renata dan Mikha mengantar Moreno sampai di Lobby. Gadis kecil itu segera menyenderkan tubuhnya pada perut Renata. Membuat kekasih ayahnya itu menggenggam kedua tangannya.

"Ayah pergi dulu, ingat jangan nakal dan minta yang aneh-aneh. Nurut sama tante." ucap Moreno tegas sambil mencium kedua belah pipi putrinya.

"Iya, Ayah."

"Ren, titip Mikha."

Gadis itu hanya mengangguk. Begitu mobil pergi keduanya kembali naik ke lantai atas.

"Mikha capek?"

"Enggak tante."

"Tante keramasin dulu ya, rambut kamu lepek sekali."

Putri sulung Moreno itu mengangguk senang. Keduanya memasuki kamar mandi. Renata segera membasahi rambutnya.

"Tante, ini mirip pancuran di hutan. Tapi di sana pakai bambu."

"Iya, kalau di sini terbuat dari besi."

"Shampo tante wangi strawberry."

"Sengaja beli buat kamu kemarin. Suka wanginya?"

"Suka."

"Nanti kamu boleh bawa pulang."

"Benar?" pekik Mikha kegirangan.

"Benar. Tapi nanti bilang ayah, kalau aku nggak minta ya, tapi diberi?"

"Kok harus bilang?" Renata mencoba memancing kejujurannya.

"Ayah marah kalau aku minta sesuatu sama orang lain."

"Okey." Renata mulai menyadari cara kekasihnya mendidik putra tunggalnya.

GENGGAM TANGANKU JANGAN PERNAH LEPASKAN/  Versi Lengkap Tersedia Di Playbook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang