16

8.4K 2.3K 254
                                    

Moreno menggenggam tangan mungil Mikha memasuki pelataran kantor yang baru selesai. Kini hutan miliknya sudah kembali dibuka untuk menerima tamu. Area perkemahan juga sudah resmi bisa digunakan. Long weekend kali ini banyak kendaraan yang datang sambil membawa peralatan kemah mereka. Terutama keluarga-keluarga muda yang gemar berpetualang. Sebagai destinasi wisata baru serta memiliki review yang bagus dari pengunjung. Tempat mereka benar-benar menjadi salah satu pilihan favorit orang yang berasal dari kota besar. Meski harus menempuh perjalanan jauh, mereka puas dengan pemandangan dan pengalaman yang didapat.

Mikha tengah tersenyum lebar, senang dengan dress barunya yang bergambar bunga. Renata kemarin mengirimkan beberapa, termasuk sepatu sneakers dan sendal khas anak-anak. Yang segera membuat putrinya melompat kegirangan. Dibagian dalam kantor mereka duduk di sebuah kursi.

"Ayah kapan ke kota lagi?"

"Nanti hari Minggu. Kenapa?"

"Mikha boleh ikut?"

"Senin kamu sekolah, 'kan?"

"Libur seminggu kata Bu Sari."

"Oh ya? Kenapa Bi Laras tidak bilang sama ayah?"

"Bi Laras sedang marah."

"Kenapa?"

"Katanya Ayah punya pacar baru."

Kalimat itu segera menarik perhatian Moreno. Selama ini memang kurang suka dengan sikap keluarga mantan mertuanya. Terutama sejak Renata datang waktu itu. Ada sesuatu yang berbeda dalam setiap pertemuan mereka. Kali ini pria itu segera menggendong Mikha menuju salah satu rumah yang memang sengaja dibangun untuk dirinya sendiri. Agar pembicaraan ini tidak didengar oleh orang lain.

"Memangnya pacar itu apa?" tanya Moreno di perjalanan.

"Yang nanti mau jadi ibu Mikha."

"Bibi Laras ngomong gitu?"

"Iya, katanya nggak ada yang sayang ke aku seperti bibi. Nanti kalau ada ibu tiri, aku akan diambil dan dicubit tiap hari."

"Bibi Laras ngomong apa lagi?" Moreno mencoba memancing lebih jauh.

"Kemarin waktu ayah bawakan baju ini, kata Bibi Laras bajunya jelek semua, nggak cocok dipakai di kampung. Padahal baju dan sepatu yang ayah belikan bagus sekali."

"Bukan ayah yang membelikan, tapi Tante Renata." Kali ini Moreno berusaha untuk jujur. Yang membuatnya kaget justru tanggapan dari mantan adik iparnya.

"Oh ya? pantas bagus sekali. Baju tante juga bagus semua. Ayah sudah bilang terima kasih?"

"Sudah." jawabnya sambil mencium pipi Mikha. "Apa Mikha mau tinggal bersama ayah setelah ini?"

"Memangnya boleh?"

"Boleh saja, nanti kita tinggal di rumah Aki."

"Berdua saja? Tante cantik tidak ke sini lagi?"

"Tante kerja, jadi tidak bisa banyak libur. Mikha suka sama tante cantik?"

Mikha kemudian mengangguk sambil mengambil sebuah roti yang ada di atas meja. Putri Moreno itu menatap sekeliling.

"Menurut Mikha, Tante Renata baik atau tidak?"

"Baik."

Kembali pria itu mengangguk berkali-kali. Sulit baginya untuk bicara dengan putrinya tentang hal ini.

"Pondok ini punya siapa ayah?"

"Punya ayah, untuk kita tempati. Yang kemarin terlalu kecil, Mikha tidak punya kamar sendiri."

GENGGAM TANGANKU JANGAN PERNAH LEPASKAN/  Versi Lengkap Tersedia Di Playbook Onde histórias criam vida. Descubra agora