7

6.8K 2K 79
                                    


Moreno segera memerintahkan beberapa petugas untuk menyalakan obor. Para tamu yang datang bersama Renata sudah berkumpul dengan wajah pias.

"Bagaimana, mas?" tanya Donnie salah seorang fotografer.

"Kami akan coba cari malam ini, semoga bisa ketemu. Perkiraan sih, belum terlalu jauh. Karena masih sekitar satu jam."

"Tapi semua sudah memanggil."

"Bisa saja dia sudah dalam keadaan takut dan stres, jadi tidak bisa berkonsentrasi dan mendengar panggilan. Jangan berpikir tentang hal lain."

Pria itu bergegas menuju lintasan yang menurut beberapa orang melihat Renata melewati jalan tersebut. Matanya dengan awas menatap sekeliling. Yakin bahwa menurut yang lain inilah titik terakhir Renata terlihat. Pria itu mengembuskan nafas kasar. Ngapain juga jalan-jalan masuk ke hutan di sore menjelang malam? Apa dia sedang patah hati? Semoga tidak berniat untuk melakukan hal lain hanya tersesat biasa. Perlahan pria itu melepaskan tali Tango, anjing jenis Belgian Malinois yang tak henti menyalak. Kemudian berjongkok, menyamakan tinggi dan berkata.

"Carilah dia, beri tanda kalau kamu sudah menemukannya."

Selesai mengucapkan itu Moreno melepas Tango. Hewan kesayangannya tersebut berlari masuk ke dalam hutan. Kini hanya tinggal mereka berdua. Hampir jam delapan malam. Staf lain sudah kembali ke base camp. Mereka pasti sangat lelah karena bekerja sejak siang. Ia yakin Renata masih berada di sekitar sini, mengingat rentang waktu saat terlihat terakhir kali dengan saat dinyatakan hilang. Kejadian ini bukan yang pertama. Langkah lebar itu semakin cepat sambil memeriksa sekeliling. Beruntung bulan sedang bersinar cukup terang. Matanya terbiasa awas ditengah kegelapan.

Hingga akhirnya di kejauhan terdengar suara Tango menggonggong. Setengah berlari Moreno berusaha mencapai titik tersebut. Beruntung sudah mengenal hutan dengan baik, sehingga tahu di mana jalan yang boleh dilalui. Butuh waktu lima menit untuk sampai di sana sambil menerabas tumbuhan hutan. Ia segera mengarahkan senter ke sekeliling. Hingga akhirnya menemukan seorang perempuan berjongkok sambil menutup wajah diantara kedua lututnya.

Berusaha untuk tidak mengagetkan Moreno melangkah pelan. Renata tidak berani bergerak meski suara Tango begitu nyaring berada di dekatnya.

"Hai, kamu aman." Bisiknya tanpa menyentuhnya. Cukup lama menunggu hingga Renata mengangkat wajah. Ada ketakutan besar terlihat di sana. Moreno mengulurkan tangan sambil membiarkan Tango semakin mendekat. Perempuan itu masih terlihat tak percaya sampai kemudian terjatuh lemas di tanah.

Pria itu segera duduk lalu menyandarkan tubuh Renata pada satu sisi bahunya. Mengeluarkan minyak kayu putih lalu mengoles pada hidung dan bagian keningnya. Tak lama perempuan itu kembali sadar, disodorkannya air putih, hanya diminum sedikit. Setelah merasa cukup kuat, ia memapah menuju base camp. Moreno tidak berkata apa-apa karena saat ini yang dibutuhkan Renata hanya istirahat dan rasa aman.

Seluruh tim menatap sambil mengembuskan nafas lega. Meski sebenarnya Morenolah yang paling lega. Jika terjadi sesuatu ia akan menjadi orang yang paling merasa bersalah. Beruntung bisa melihat bagaimana ilalang bekas diinjak dan terlewati. Beberapa orang staf segera melaksanakan tugas. Termasuk seorang perawat yang biasa dipanggil untuk memeriksa kesehatan para peserta.

Ditinggalkannya Renata di dalam kamar. Tubuhnya terasa lengket setelah sejak tadi menyisir hingga hampir ke tengah hutan. Sebelum pergi, masih sempat mengelus kepala Tango sambil mengucapkan terima kasih. Sebuah kerja sama yang baik sudah mereka lakukan.

***

Pagi hari, seperti biasa Moreno bangun terlebih dahulu. Segera pergi ke pancuran dibalik rumpun bambu untuk mandi. Sebuah rutinitas pagi yang tak pernah terlewatkan. Rasanya tubuh segar sekali ketika diguyur air dingin sebelum matahari terbit. Selesai mandi, beberapa staf sudah bangun termasuk juru masak. Mereka memang menginap di sini saat ada tamu yang bermalam. Kakinya melangkah menuju dapur untuk membuat kopi. Para tamu belum bangun sepertinya. Tadi malam beberapa dari mereka minum. Entah sampai mabuk atau tidak.

GENGGAM TANGANKU JANGAN PERNAH LEPASKAN/  Versi Lengkap Tersedia Di Playbook Where stories live. Discover now