HDS | 27

8.1K 633 54
                                    

"Ra." Panggil Alvaro dengan suaranya sedikit pelan, takut jika Aurora sudah tidur. Namun dugaannya salah, sang istri tengah duduk didepan tv dengan satu toples keripik jagung didepannya.

"Lo udah pulang?" Tanya Aurora dengan senyum diwajahnya saat melihat Alvaro yang duduk disampingnya.

"Ini." Kata Alvaro yang memberikan satu kantong plastik berisi penuh dengan barang belanjaan yang Aurora sendiri tidak tahu barang apakah yang dibeli oleh Alvaro malam ini.

"Apa?" Tanya Aurora yang mengambil kantung plastik dari tangan sang suami dan ingin membukanya. Saat membuka kantong plastik tersebut Aurora dapat melihat jika didalamnya berisi satu kotak susu hamil dan juga beberapa kebutuhan lain seperti tisu dan juga cemilan.

"Ini buat apa?" Tanya Aurora dengan polos sambil menunjukkan 1 kotak susu yang berada di tangannya. Alvaro yang mendengar itu hanya terkekeh pelan sambil menegakkan tubuhnya yang lelah.

"Ini susu hamil, jadi susu ini buat orang hamil kan lo lagi hamil." Jawab Alvaro yang mendapat anggukan pelan dari Aurora.

"Lo minum yang rasa ini dulu ya, kalau seandainya nggak suka lo tetep habisin dulu satu kotak ini kalau udah habis nanti baru gue beliin yang rasa lain." Kata Alvaro dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Aurora.

Bukan tanpa alasan Alvaro meminta hal itu kepada Aurora karena dirinya tahu membeli susu hamil untuk sang istri tidaklah murah, mungkin saat dirinya masih diberi uang oleh kedua orang tuanya membeli apapun pasti bisa ia lakukan.

Sekarang dirinya harus berhemat, benar-benar berhemat, "Ehm, lain kali nggak usah beli ini deh Al. Gue juga nggak terlalu suka susu." Jawab Aurora yang mengerti jika di masa ini mencari uang sangat sulit.

"Udah nggak papa lagian gue beli susu itu pakai uang gue sendiri, nggak minta-minta ataupun gak nyolong." Jawaban Alvaro yang kini menyandarkan tubuhnya kembali ke belakang.

"Lo dapet uang dari mana, selama 1 bulan kita nikah lo selalu ngasih uang buat kebutuhan sehari-hari tapi gue nggak pernah tahu dari mana lo dapetin uang itu." Kata Aurora yang kini menatap serius karena Alvaro.

"Gue tahu satu bulan ini lo kerjakan di bengkel dan uang yang lo kasih ke gue setiap minggunya itu hasil dari kerja keras lo." Aurora memang mengetahui itu tadi sore saat dirinya pulang dari bekerja dan tidak sengaja melintas di depan bengkel milik Denis dan melihat Alvaro yang tengah membetulkan sebuah motor di bengkel itu.

"Terus kalau gue nggak kerja kita mau makan apa, lagipula Mama kan nggak setiap minggu kasih bahan-bahan makanan ke kita." Aurora yang mendengar itu tersenyum kemudian berdiri dari duduknya berjalan ke arah dapur.

Aurora tampak kembali dari dapur dengan 1 gelas air putih yang ia letakkan di hadapan Alvaro, "Ini lo minum dulu, pasti capek kan." Kata Aurora kepada Alvaro.

Pukul 12 malam Aurora terjaga dari tidurnya saat merasakan perutnya yang tidak enak. "Kamu kenapa sih nak?" Tanya Aurora dengan suaranya yang sangat pelan sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Jangan rewel ya, ini udah malem. Kasian papa kamu, kalau kamu minta aneh-aneh." Aurora berusaha mengelus perutnya berulang-ulang saat merasakan perutnya yang tidak enak dan merasa enek.

Tiba-tiba saja Aurora menginginkan jika yang mengelus perutnya adalah Alvaro sosok laki-laki yang saat ini tengah berbaring di sampingnya dengan bertelanjang dada.

Aurora menggigit bibir bawahnya sedikit kuat sambil mengambil tangan Alvaro yang berada di dekatnya, "Jangan bangun dulu ya Al." Gumam Aurora saat tangannya berhasil mengangkat tangan milik Alvaro.

Dengan susah payah dan juga penuh kehati-hatian Aurora meletakkan tangan Alvaro di atas perutnya dengan jantung yang berdetak cukup kencang karena Aurora sadar jika dirinya tidak seharusnya melakukan ini.

Dengan pelan Aurora menggerakkan tangan Alvaro naik turun untuk mengelus perutnya yang terasa tidak enak dan juga mual secara bersamaan, dan tanpa terduga Alvaro merasa terusik dengan apa yang dilakukan oleh Aurora kepada tangannya.

"Kamu pengen dielus sama papa kamu ya nak?" Tanya Aurora sambil menatap perutnya yang di elus oleh tangan Alvaro meskipun dengan bantuan kedua tangannya.

Sedangkan Alvaro yang sudah membuka matanya nampak menatap tangannya yang mengelus pelan perut milik Aurora meskipun dengan bantuan Aurora sendiri. Alvaro merasakan hatinya yang berdenyut-denyut saat tangannya mengelus perut milik sang istri.

Ditatapnya wajah Aurora yang nampak menatap perut miliknya sendiri dengan senyum mengembang di bibirnya, "Udah ya sayang, nanti takut papa kamu bangun." Kata Aurora yang kini ingin menarik tangan Alvaro dari perutnya.

Aurora segera mendongakkan kepalanya saat tangan Alvaro menahan untuk dipindahkan. "Eh, Al maaf ya." Kata Aurora dengan sangat gugup saat melihat Alvaro yang ternyata sudah membuka kedua bola matanya tengah menatap ke arah dirinya.

"Maaf ya Al." Kata Aurora kembali yang meminta maaf kepada Alvaro karena ia yakin Alvaro pasti tidak senang dirinya melakukan hal itu. Namun tanpa terduga Alvaro malah bangkit dari tidurnya sambil terus menatap kearah Aurora yang menundukkan kepalanya.

"Anaknya papa pengen dielus?" Tanya Alvaro yang mendekatkan wajahnya ke arah perut Aurora dengan tangan kirinya yang masih berada di atas perut milik sang istri.

Tanpa terduga Alvaro memindahkan tangan kirinya menjadi tangan kanan Setelah itu dengan pelan dan juga penuh kelembutan Alvaro mengelus perut milik sang istri dan hal itu membuat Aurora tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Kenapa lo nggak bilang kalau anak gue minta dielus?" Tanya Alvaro yang melirik sekilas kearah sang istri yang berada di sampingnya. Aurora tidak menjawab gadis itu masih diam dengan segala keterkejutannya, terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Alvaro kepadanya dan juga terkejut karena Alvaro tidak marah kepada dirinya.

"Perut lo nggak enak, mual?" Aurora yang mendapat pertanyaan itu hanya menganggukkan kepalanya pelan dan menatap kearah sang suami. Alvaro membetulkan posisi Aurora menjadi terlentang dengan dirinya yang masih duduk di samping Aurora.

Tangannya terus mengusap lembut perut milik Aurora, hingga akhirnya Aurora tertidur dengan sendirinya dengan Alvaro yang masih mengelus perut rata itu dengan sangat lembut hampir setengah jam.

***

Pagi harinya Aurora nampak membuka kedua bola matanya saat merasakan ada sesuatu yang menimpa perutnya, Aurora sudah menebak jika itu adalah tangan milik sang suami yang tengah memeluknya dari belakang.

Akhirnya setelah berusaha dirinya terlepas juga dari pelukan Alvaro dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu dan juga melaksanakan sholat. Setelah mengambil wudhu Aurora nampak membangunkan Alvaro dari tidurnya.

Setelah selesai sholat berjamaah Aurora bergegas melakukan pekerjaannya yaitu memasak sarapan untuknya dan juga sang suami tentunya. Aurora memang selalu memasak di pagi hari untuk sarapannya dia tidak pernah memasak makan siang karena dia yakin Alvaro tidak akan pulang ke rumah.

"Ini sarapannya." Kata Aurora kepada Alvaro yang baru saja penarik kursi dimeja makan. "Iya." Jawab Alvaro dengan suaranya yang sangat pelan dan juga terdengar datar di telinga Aurora.

Namun Aurora tidak mau memikirkan itu karena itulah sifat Alvaro yang sebenarnya. Tinggal selama 1 bulan bersama dengan Alvaro Aurora dapat menyimpulkan bahwa suaminya itu sangatlah acuh dan dingin kepada sekitarnya namun juga bisa bersifat hangat kepada keluarganya sendiri.

Selesai sarapan Alvaro segera berangkat ke sekolah menaiki motornya meninggalkan Aurora yang masih berada di apartemen.

---------

Hay guys, part 27 udah ku up ya. Jangan lupa vote dan komen dari kalian yang udah baca aku tunggu.

Kalau sampai nggak vote sama komen aku marah nih ya guys, beneran deh nggak bohong aku mah.

Hujan Disaat Senja [Open Pre Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang