HDS | 58

4.9K 457 23
                                    

"Kenapa nggak nginep disini aja sih kak?" Tanya Ara dengan lesuh. Belum juga ia mengobrol dengan sang kakak, tapi kakaknya itu sudah berpamitan untuk pulang.

"Besok kan sekolah Ra." Jawab Alvaro dengan lembut, Ara mengerucutkan bibirnya kesal. Belum juga ia melepas rindu dengan sang kakak tercinta, kakak satu-satunya yang ia punya.

"Tapi kakak belum ngobrol sama Ara, masak pulang gitu aja." Alana, Arga dan juga Aurora menatap kakak beradik itu dengan senyum di bibirnya.

"Salah siapa dari tadi sama Arsen terus!!" Terdiam sudah Ara tidak bisa menjawab perkataan sang kakak. Salahnya juga karena terus bersama dengan Arsen sejak tadi.

"Ya, ya kan kak Arsen nggak ada temennya kalau aku tinggal. Ih gimana sih kakak nyebelin!!" Pekik Ara dengan kesal.

"Yaudah sih sayang, kan habis ujian nanti kakak kesini lagi. Pasti kakak kamu nginep kok." Alana mencoba menengahi kakak beradik yang tengah beradu mulut.

"Udah sini sama papa." Kata Arga melambaikan tangannya pada Ara yang tengah berdiri disamping Alvaro yang duduk.

Ara berjalan meninggalkan sang kakak dengan mata yang memicing kearah Alvaro, "udah nggak usah marah-marah ah. Nanti cantiknya ilang." Kata Arga mengusap lembut kepala Ara yang sudah duduk diantara Arga dan Alana.

Aurora tersenyum menatap adik ipar dan kedua mertuanya, andai saja yang diposisi Ara adalah dia mungkin itu adalah kebahagiaan yang sangat besar untuknya.

Jika dibilang iri, Aurora sangat iri dengan Ara yang mendapatkan kasih sayang yang begitu luar biasa dari kedua orang tua dan juga dari kakaknya, dan orang orang disekitar Ara.

Tapi Aurora bersyukur bisa masuk kekeluarga penuh kasih sayang itu, meskipun ia masuk tanpa sengaja kesana. Dan disana ia mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya yang sudah meninggal.

"Udah ah mah pah, Alvaro mau pulang." Kata Alvaro yang kini berdiri dari duduknya diikuti oleh Aurora dibelakangnya.

Alvaro menyalami kedua orang tuanya diikuti oleh Aurora dibelakangnya, "kalau sekolah yang bener, jangan nakal." Kata Alvaro pada sang adik.

Karena masih kesal Ara tidak menjawabi perkataan sang kakak, "Dengerin tuh kakaknya bilang apa." Kata Alana pelan pada Ara.

"Iya mah, Ara denger kok." Jawab Ara tersenyum kearah sang mama. Setelah Alvaro dan Aurora berpamitan kini tinggallah Alana dan Arga, sepasang suami istri yang tengah duduk melamun dengan fikiran masing-masing.

"Pah!!" Panggil Alana pada sang suami. Merasa terpanggil Arga menoleh kesamping dimana sang istri yang duduk.

"Apa sebaiknya kita suruh Alvaro sama Aurora buat tinggal disini setelah Alvaro selesai ujian. Kasian Aurora, takut kalau ada apa-apa sama dia." Kata Alana mengutarakan isi kepalanya.

"Terserah mama aja, sepertinya sudah cukup Alvaro hidup mandiri beberapa bulan ini. Sudah waktunya juga dia kembali kekita seperti dulu." Jawab Arga menatap sang istri.

Alana mendekat kearah sang suami dan memeluk tubuh itu dengan erat, begitupun dengan Arga dia juga membalas pelukan sang istri. Mengecup lembut puncak kepala Alana.

"Mama sama papa kok mesra-mesraan didepan Ara sih!!" Pekik seorang gadis yang membawa handuk dilehernya siapa lagi kalau bukan Ara.

Mendengar suara putri mereka kedua orang tua itu melepaskan pelukannya satu sama lain, "Ngapain bawa handuk dileher?" Tanya Arga dengan pelan.

Ara melihat handuk yang melingkar di lehernya kemudian tersenyum, "ya Ara mau mandi, kata mama tadi disuruh mandi udah sore." Jawab Ara mendekat kearah kedua orang tuanya.

Hujan Disaat Senja [Open Pre Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang