THE END!

17.2K 1.9K 297
                                    

Dalam diam Sangga melirik putrinya. Secara mengejutkan, Indi yang biasanya selalu terlihat tidak percaya diri serta mudah gugup, tampak cukup rileks malam ini. Gadis itu tidak mencoba untuk menyembunyikan dirinya di balik punggung seseorang, ikut terlibat di dalam percakapan, bahkan sesekali memperdengarkan tawanya yang gembira.

Tapi yang paling membuat Sangga lega, meskipun jamuan makan malam ini diadakan untuk merayakan kelulusan Kai, tidak ada yang bersikap lancang dengan menanyakan alasan kenapa Indi baru akan mengerjakan skripsi, padahal kekasihnya akan segera mengakhiri masa kuliah. Pun tidak ada yang mencoba untuk mengobrak-abrik privasi kedua anak muda itu, dengan mempertanyakan kelanjutan hubungan mereka. Sangga ingin putrinya diperlakukan dengan sopan, dan keluarga Manggala memenuhi harapannya.

"Kalau punya waktu luang, main ke rumah Nenek, ya." samar-samar Sangga mendengar Nenek dari Kai berbicara pada putrinya.

"Kelengkeng di depan rumah Nenek sudah hampir matang lagi. Sepertinya Minggu depan sudah bisa dipanen." tambah wanita itu.

"Sejak beberapa hari lalu Kakek dan Nenek terus menanyakan kegiatan kamu. Mereka ingin mengadakan pesta kebun dan mengundang kamu. Sekalian panen kelengkeng katanya." kali ini Kai yang berbicara.

Sangga baru tahu kalau putrinya sudah pernah bertandang ke rumah Kakek dan Nenek dari Kai. Ia pikir gadis itu hanya pernah bertamu ke rumah orangtua Kai saja. Pantas sejak tadi Indi terlihat akrab dengan pasangan beranjak senja itu, ternyata mereka memang sudah saling mengenal sebelumnya.

Sedikit banyak Sangga bisa memahami alasan kenapa Indi bisa dengan mudah akrab kepada mereka. Pastilah karena seumur hidupnya gadis itu hanya merasakan kasih sayang dari Eyang pihak maminya saja. Memang benar Ayahanda Ailee menyayangi gadis itu dengan sepenuh hati, memperlakukannya bagaikan putri raja, tapi ketika ada pasangan lain yang memperhatikannya seperti seorang cucu, tentu saja Indi tergugah lalu secara alami menyukai mereka.

Keadaan ini membuat Sangga teringat pada orangtuanya. Belakangan ini mereka mulai mendesaknya untuk semakin sering membawa Indi berkunjung ke rumah. Sesekali Sangga mengikuti permainan orangtuanya, berpura-pura tidak tahu kalau telepon yang mengatakan dirinya harus mengambil berkas pekerjaan, hanyalah alasan yang dikarang pasangan paruh baya itu untuk bertemu dengan putrinya.

Sementara Indi yang tidak tahu apapun, selalu merasa bersalah kalau harus membiarkan Sangga menyetir berkali-kali, hanya karena dirinya. Akhirnya gadis itu sendiri yang menyarankan agar mereka mampir ke rumah orangtua Sangga, meski jelas sekali ia takut bertemu dengan Opa dan Omanya.

Tentu saja tidak ada pembicaraan tentang pekerjaan. Bahkan tidak jarang Sangga berakhir pulang dengan berkas yang tak diperlukan, karena sejak awal tujuan orangtuanya memang hanya ingin bertemu dengan Indi saja. Gadis itu disambut dengan berbagai macam kudapan, yang ditawarkan dan disodorkan secara bergantian, sampai Indi kehabisan cara untuk menolaknya.

Masalahnya, belakangan ini Gamila mulai protes dan mengomel karena Indi seringkali pulang dalam keadaan kekenyangan, sehingga tidak memiliki pilihan lain selain melewatkan makan malam. Di rumah mereka ada peraturan jam makan malam yang harus dipatuhi, dan makan pada waktu sembarangan, hanya membuat gadis itu mengalami masalah pencernaan.

Ketika Sangga menyampaikan hal itu kepada orangtuanya, mereka terlihat sangat kecewa. Bukannya mereka tidak ingin mengundang Indi dalam jamuan makan malam, hanya saja, sudah lama sejak gadis itu berhenti dan menolak untuk menghadiri acara keluarga. Ditambah Sangga tidak mau memaksa putrinya, karena sudah kapok melihat gadis itu menangis histeris, sehabis menghadiri acara makan malam di rumah orangtua Gamila.

Sudah cukup! Sangga dan Gamila sudah sepakat untuk tak lagi memaksakan kehendak mereka pada Indi. Lagipula kalau orangtuanya memang menyesal dan ingin memperbaiki hubungan, mereka pasti akan menemukan cara untuk merebut hati gadis itu, seperti Sadendra yang belakangan ini setiap pulang dari kantor selalu disambut oleh adiknya, padahal di masa lalu mereka bahkan tak saling bicara. Orangtuanya hanya perlu menunjukkan kesungguhan, maka Indi akan percaya dan menerima.

JEDA - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang