INTERMEZZO (13) : Jeda ft. Raquel

11.3K 1.2K 533
                                    

Kaivan Manggala : Aku udah di luar, Ndi.

Kalindi Sara : Sebentar, ya, Kai. Masih ngantri.

Kaivan Manggala : Oke, sayang.

Kaivan Manggala : Ngomong-ngomong kamu ngantri untuk apa?

Kaivan Manggala : Bukannya udah selesai makan?

Indi tidak bisa langsung membalas pesan itu karena tiba gilirannya untuk memesan. Seperti pertanyaan Kai barusan, Indi memang sudah selesai makan dan bahkan akan beranjak pergi ketika menyadari sosok pria berusia senja dalam balutan baju lusuh, memandang penuh harap ke dalam restoran cepat saji tempatnya mengisi perut.

Pemandangan itu mengiris hati. Mengingatkan Indi akan eyangnya yang tinggal seorang diri. Dengan pikiran seperti itu Indi kembali masuk ke restoran, bergabung dalam antrian, lalu memesan berbagai jenis makanan yang membuatnya harus menggunakan kartu ajaib karena sisa rupiah di dalam dompet tak cukup untuk membayar pesanan.

Setelah mendapatkan pesanan, Indi beranjak keluar dari restoran untuk menghampiri pria senja yang kini mendudukkan diri di atas dinginnya lantai. Disapanya pria itu dengan suara pelan, "Mm, Kek?"

Begitu menyadari kehadiran Indi, pria paruh baya itu langsung bangkit berdiri dengan raut takut memenuhi wajahnya, "Iya, iya. Saya pergi. Tolong jangan pukul saya."

"Bu..Bukan, Kek!" seru Indi sama gugupnya, "Saya bukan orang restoran," tambahnya menghentikan langkah pria paruh baya itu.

Kemudian dengan nada serba salah gadis itu kembali berbicara, "Emh..., tapi Kakek jangan tersinggung, ya. Saya nggak ada maksud buruk kok, hanya ingin memberi sedikit makanan." kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya yang menggenggam plastik beraroma menggugah selera, "Saya nggak tahu Kakek sukanya apa, tapi mungkin...mungkin makanan ini bisa dinikmati oleh Kakek dan keluarga."

Lalu gadis itu kembali menambahkan, seakan takut membuat pria paruh baya itu tersinggung, "Ini bersih kok, Kek, bukan makanan sisa. Baru aja saya pesan. Mau, ya?"

"Untuk Kakek?"

"Iya untuk Kakek."

"Tapi Kakek nggak punya uang untuk bayar makanan ini, Non."

Indi menggelengkan kepala lalu meraih tangan keriput itu untuk menerima pemberiannya. Lembaran tunai terakhir di dalam dompet turut ia selipkan ke dalam genggaman rapuh itu, sebelum akhirnya berkata, "Semoga Kakek suka, ya. Kalau begitu saya pamit dulu. Hati-hati di jalan, ya, Kek."

"Terima kasih banyak, Non. Terima kasih. Semoga kebaikannya dibalas berkali-kali lipat sama yang Maha Kuasa." kata sang kakek dengan raut wajah penuh syukur.

Dengan perasaan malu bercampur senang Indi menganggukkan kepala untuk menerima ucapan terima kasih tersebut. Setelah sekali lagi berpamitan, gadis itu berlari-lari menghampiri kendaraan Kai yang telah menunggu di parkiran. Begitu membuka pintu mobil, gadis itu langsung dihadiahi senyuman lebar yang membuat pipinya semakin bersemu, "Kenapa senyum-senyum?"

"Karena pacarku baik banget," kata Kai sambil mengulurkan tangan untuk mengusap kepala gadis itu.

Kai sudah berniat menyusul ke dalam restoran ketika melihat Indi keluar dengan bungkusan di tangan, lalu menghampiri kakek-kakek tak dikenal. Begitu menyadari niat gadis itu, Kai kembali masuk ke dalam mobil, karena sudah hapal pada sifat Indi yang pemalu lagi penakut. Kalau Kai menghampiri, gadis itu pasti akan menodongnya untuk memberikan makanan tersebut pada si kakek, dengan alasan tak sanggup menahan malu. Kai ingin Indi menjadi berani, karena itu dibiarkannya gadis itu melakukan misi kebaikannya seorang diri.

JEDA - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang