What A Lovely Little Mess I've Made

24.9K 3.1K 39
                                    

"So lets ignore each other, try to pretend the other doesn't exist, but deep down, we both know it wasn't supposed to end like this." - Anonymous.

**

"Lebih bagus warna merah atau warna pink?"

          Kepala Indi terangkat karena pertanyaan itu. Di depannya berdiri Andrea yang sedang mengerutkan kening tanda berpikir keras, sambil memegang dua dress di tangannya, "Mbak mau ke mana?"

          "Bukannya kita mau nonton?" Andrea justru balas bertanya.

          "Mbak ikut?" sadar kalau ia sudah salah bicara, Indi cepat-cepat meralat pertanyaannya, "Maksudku, Mbak berangkat ke bioskop dengan siapa?"

          "Bareng dengan kamu dan Arun kan?" jawab Andrea seakan hal itu sudah jelas, "Jangan bilang kamu dan Kai berencana untuk naik motor? Aduh, Ndi, ribet kalau berangkatnya sendiri-sendiri. Udah mana Kai kalau bawa sepeda motor kayak pembalap lagi. Kita berangkat bareng-bareng ajalah. Lagipula, Radeva nggak keberatan kok kalau kamu dan Kai berangkat bareng kita."

          "Tahu dari mana kalau Radeva nggak keberatan?"

          "Dia sendiri yang bilang semalam," jawab Andrea sambil mematut dirinya di depan cermin, "Katanya, bakalan awkward banget kalau berangkat bertiga. Nggak mungkin kan, aku dan Arun duduk di belakang, sementara Radeva nyetir sendirian? Dia kan bukan supir."

          "Tunggu, tunggu," kepala Indi jadi pusing karena cerocosan Andrea, "Radeva datang kemari cuma untuk bilang kalau dia nggak keberatan, seandainya aku dan Kai berangkat bareng dengan kalian?"

          Raut Andrea berubah jadi keruh karena lelah menjelaskan, "Belum pernah dengar yang namanya ponsel ya Ndi?"

          "Mbak tukaran kontak dengan Radeva?!!!"

          Andrea sampai terlonjak karena teriakan itu. Sambil memegangi dada untuk menunjukkan keterkejutannya, gadis itu balas meneriaki Indi, "Nggak usah ngegas bisa?! Copot nih jantung."

          "Mbak tukaran kontak dengan Radeva?" ulang Indi lebih kalem.

          "Iya."

          "Kenapa?"

          "Apanya yang kenapa?"

          "Bukannya dia....," Indi mengempaskan tangan dengan putus asa, bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah mungkin ia salah mengartikan perhatian Radeva pada Aruna? Jelas-jelas pemuda itu ingin berkencan dengan Arun, lalu kenapa justru bertukar kontak dengan Andrea yang juga mengincarnya? Lagipula, memangnya Andrea sebatu itu sampai tak mengerti sinyal-sinyal yang dilemparkan Radeva pada teman mereka?

          "Kenapa? Radeva kenapa?" tanya Andrea penasaran.

          Indi mengibaskan tangannya, "Lupakan."

          "Apa sih," omel Andrea sambil berlalu, "Dasar nggak jelas."

          Bersamaan dengan berlalunya Andrea, pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Arun dalam balutan handuk. Gadis itu melirik Indi yang sedang memperhatikannya, kemudian mengangkat bahu dengan acuh, "Biarin aja kali, Ndi. Siapa tahu Mbak Andrea berjodoh dengan Radeva."

          "Aku nggak mau terdengar seperti cenayang, tapi kita berdua nggak bisa pura-pura nggak tahu tentang perasaan Radeva pada kamu. Mungkin Mbak Andrea clueless karena terlalu lama menjomblo, tapi apa kamu nggak mikirin gimana perasaan dia ketika nanti sadar kalau Radeva naksir kamu? Mbak Andrea pasti marah dan malu, Run."

JEDA - Slow UpdateWhere stories live. Discover now