Excuse Me, Which Level Of Hell Is This?

24.6K 3K 96
                                    

"Someone somewhere is searching for you in every person they meet," - Anonymous.
***

Kunyahan Kai melambat ketika dilihatnya Indi meletakkan sendok di samping piring berisi nasi goreng yang hampir tak tersentuh. Dengan prihatin pemuda itu mengulurkan tangan, lalu diusapnya kepala Indi sambil bertanya, "Masih perih bibirnya? Susah makan?"

          Malu-malu Indi mengangguk, "Lumayan."

          "Pesan makanan lain aja ya?" tawar Kai karena merasa kasihan, "Nasi gorengnya pedas. Takutnya luka kamu jadi meradang karena kena makanan pedas."

          "Kalau pesan makanan lain, nasi gorengnya gimana?"

          "Aku belum kenyang, biar ku makan," jawab Kai sambil menertawakan lambungnya yang besar, "Sup jamur mau?"

          "Mau," kemudian Indi bangkit berdiri, "Aku ke toilet sebentar."

          Meninggalkan Kai yang berbaik hati memesankan makanan untuknya, Indi berjalan ke toilet. Sambil membasuh tangan gadis itu memajukan tubuh ke arah cermin untuk mengamati luka di bibirnya. Sebenarnya luka itu sudah tidak terlalu sakit, tapi suasana hatinya yang muram sepertinya telah membuat Kai salah paham, lalu berpikir kalau Indi marah karena pemuda itu tak sengaja menggigitnya hingga terluka.

          Sambil memandangi bayangannya di cermin, Indi mulai mengomel, "Seakan Arun dan Mbak Andrea belum cukup, sekarang kamu juga membuat Kai salah paham. Apa sih yang bisa kamu lakukan dengan benar, Ndi?"

          Teriakan tertahan milik Arun yang bercampur dengan bentakan Radeva, sukses membuat Kai mengambil kesimpulan, kalau acara menonton mereka telah berubah jadi bencana. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada pasangan itu, tapi suara bantingan yang terdengar dari kamar, membuat Kai memaksa Indi untuk ke luar sesuai rencana semula, di mana mereka akan menghabiskan waktu berdua saja.

          Awalnya Indi menolak karena mengkhawatirkan keadaan Arun, tapi Kai memaksa, karena beranggapan kalau masalah Arun dan Radeva sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka. Kai juga tidak ingin Indi terpengaruh oleh pasangan itu, lalu mulai ikut-ikutan meninggikan suara, apalagi sampai membanting-banting barang seperti orang bar-bar.

          Bukannya Kai dan Indi tak pernah bertengkar, tapi meninggikan suara sama sekali bukan gaya Kai, apalagi sampai membanting kiri dan kanan. Pemuda itu lebih memilih berdebat sampai salah satu dari mereka mengakui kesalahan, atau justru bungkam seribu bahasa agar tak perlu mengeluarkan kalimat menyakiti hati. Karena itu mendapati Radeva dan Arun membentak satu sama lain dan bahkan membanting barang sebelum menjalin hubungan, dianggapnya sebagai pengaruh buruk yang tak perlu Indi pelajari.

          "Kayaknya aku harus minta maaf sama Kai," Indi melanjutkan monolognya, "Atau dia akan ikutan ngambek, lalu mogok bicara selama seminggu."

          Setelah mengeringkan tangan, Indi beranjak ke luar, lalu mematung karena tak menemukan keberadaan Kai. Dengan gugup gadis itu memutar tubuh untuk mencari keberadaan meja mereka, karena sekarang setelah bisa berpikir dengan benar, barulah Indi sadar kalau meja di tempat makan ini terlihat mirip satu sama lain. Mencari keberadaan tas tangan yang seringnya ia tinggalkan di atas meja makan juga hal percuma. Pertengkaran Arun dan Radeva yang terjadi di dalam kamar membuatnya tak memiliki kesempatan untuk mengambil tas ataupun dompet, hingga datang kemari hanya dengan membawa ponsel, yang dititipkannya di waist bag milik Kai.

          "Kai ke mana sih?" Indi mulai panik, "Kenapa nggak nunggu aku ke luar dulu, kalaupun mau ke toilet?"

          Indi masih mencari-cari ketika seorang pelayan melewatinya sambil membawa mangkuk berisi sup yang masih mengepulkan asap. Dilihatnya pelayan itu meletakkan sup di atas meja yang juga berisi nasi goreng, lalu ketika keadaan sudah sepi, dengan hati-hati gadis itu mendekat untuk memperhatikan menu di atas meja.

JEDA - Slow UpdateWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu