04

315 71 1
                                    

Bandung.

"Apa?! Sepupu lo PKL di tempatnya si Frans? Kok bisa?" Karina terkejut mendengar cerita Gina.

"Iya. Dia kebagian PKL disana. Ternyata kampusnya kerja sama sama kantornya Frans. Makanya dia ditempatin disana."

"Kok elo santai banget sih sepupu lu PKL di tempat calon suami lu."

"Lah, memangnya gue harus gimana?"

"Ya, khawatir kek atau gimana kek. Ini santuy banget. Heran."

Gina tertawa. "Ngapain khawatir sih. Harusnya gue semakin tenang dong Frans ada yang ngawasin disana. Selama ini kan gue ketar ketir tiap kali si Frans balik kesana. Setidaknya Tami sering kasih kabar ke gue si Frans ngapain aja disana."

"Elo ngga takut si Frans di tikung si Tami?!"
Lagi lagi Gina tertawa ngakak. "Hah? Ditikung Tami? Ya ngga mungkin lah!" akunya penuh percaya diri.

"Ngga ada yang ngga mungkin didunia ini, Gina. Jangankan baru tunangan, yang udah jadi laki atau bini orang aja bisa ditikung!"

"Anjrit! Elo nyumpahin gue ya. Sialan!" Gina mendengkus kesal.

"Bukan nyumpahin. Gue cuma memperingati elo aja. Kita kan ngga tahu hubungan kita berjalan lancar atau ngganya didepan sana. Setidaknya kita udah waspada."

"Tapi itu ngga mungkin, Rin. Elo tahu banget kan gimana bucinnya si Frans selama ini sama gue?! So, ngga mungkin banget dia selingkuh apalagi ditikung. Ngga mungkin!"

Karin menatapnya malas. "Terserah elo deh. Setidaknya gue udah kasih tahu elo untuk berhati-hati sama orang terdekat lo. Bisa jadi dia itu serigala berbulu domba."

"Elu dong!" Tuding Gina. Jari telunjuknya mengarah ke arahnya. "Kok gue?!"

"Lah tadi elo bilang sendiri harus hati-hati sama orang terdekat. Lah yang deket gue kan elo, Rin."

"Sialan lu! Bukan gue maksudnya!" Karin geram. Gina tertawa ngakak. "Yee ... gue mikirnya elo."

"Gila lo!" Maki Karin. Gadis berambut pendek sebahu itu melenggang keluar dari ruang prakter Gina. Gina menyusul Karin keluar dari ruangannya. Keduanya janjian untuk makan siang bersama selepas praktek. Tapi Gina malah ditinggal.

"Tungguin gue, Rin!" Ucapnya melihat langkah Karin yang semakin menjauh.

***

Setibanya dirumah.

"Assalammualaikum." Gina masuk ke dalam rumah. Ia terkejut melihat calon ibu mertuanya tengah asik mengobrol dengan ibunya. Dua wanita paruh baya itu menjawab salamnya.

"Loh Mami, kapan datang? Udah lama Mi?"

Gina menghampiri ibu dan calon mertuanya. Ia menyalami tangan kedua bergantian. "Lumayan lah. Kamu baru beres praktek, Nak?"

"Iya Mi. Hari ini kelar prakteknya lebih cepat tapi di jalan macet banget. Makanya baru nyampe jam segini." Gina duduk disamping Nita-calon mertuanya.

"Tumben Mami datang ngga kasih kabar ke Gina. Tahu Mami datang ke rumah kam Gina tadi mampir dulu beli kue buat camilan." Gina merajuk manja.

"Mami sengaja ngga kasih kabar biar kamu ngga repot repot siapin makanan buat Mami." Nita mengelus tangan Gina. "Lagian Mami udah dibuat kekenyangan sama Mama kamu."

"Ah... Apaan sih Mba. Cuma disuguhin makanan rumah biasa aja kok."

"Tapi itu enak banget. Aku ngga bisa masak soalnya." Nita tertawa. "Mbanya kan juga punya usaha, jadi wajar saja ngga masak. Toh ada bibi dirumah yang bantu. Kalau saya karna murni ibu rt. Diem dirumah ngga berbuat sesuatu juga bingungin."

Hidden Marriage 2 (Frans-Mimi Couple)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang