10

381 75 3
                                    

Sebuah Bar

"Kamu?!"

Gina mengarahkan telunjuknya ke arah seorang pria yang dikenalnya. "Ngapain kamu disini?" Tukasnya tak suka melihat kemunculan Angga.

Awalnya ia merasa sedang berhalusinasi tapi tidak. Pria itu nyata ada di hadapannya bahkan menggenggam tangannya dan tersenyum manis.

"Galak bener sih, cantik," ujar Angga sambil mencuil dagu wanita cantik di hadapannya. Gina menepisnya kasar. Angga tertawa.

"Kenapa kamu ada disini?!" Tanyanya kembali.

"Memangnya kenapa kalau aku ada disini, sayang? Dimanapun kamu berada, disitulah Angga berada." Ia memainkan alisnya naik turun menggoda. Gina mencebik kesal.

"Bohong!"

Lagi lagi Angga tertawa. Membuat Gina uring-uringan adalah hal yang menyenangkan baginya. Di mata Angga ekspresi kesal dan marah Gina adalah yang paling cantik.

"Aku mengisi seminar disini sayang." Angga mengeluarkan sebuah name tag dari saku kemejanya. "Aku diminta jadi pembicara diseminar. Sudah percaya?"

Gina menyerahkan kembali name tag tersebut dan berkata, "Ooh.."

"Oh? Oh doang yank?"

"Apaan sih panggil panggil Ayang segala! Kamu bukan ayangnya aku tahu!"

"Tapi buat aku, kamu adalah ayangnya aku."

"Gila!"

Gina memilih pergi daripada melayani ucapan Angga yang makin membuatnya kesal. Pria itu menahan tangannya dan membawanya masuk ke dalam lift.

"Kamu mau bawa aku kemana?!"

"Calm aja sayang. Ngga usah heboh deh."

Gina mencoba melepaskan tangannya tapi Angga semakin menggenggam tangannya. Gina mendelik sebal.

"Jangan jangan kamu mau perkosa aku. Iya kan?! Aku teriak nih!" Ancam Gina. Saat ini keduanya hanya berdua di dalam lift menuju lantai 20.

Mendengar ancaman Gina, Angga tertawa kencang. Beruntungnya di dalam lift hanya ada mereka berdua.

"Ngapain perkosa kamu sayang. Ngga enak melakukannya kalau terpaksa. Lebih baik kita sama sama suka. Jauh lebih nikmat."

"Idih najis!"

Pintu lift terbuka. Angga yang masih menggenggam tangan Gina menariknya kedalam kamar dimana ia menginap. Gina masih mencoba untuk melepaskan diri tapi tampaknya percuma. Angga menggenggam tangannya terlalu kuat.

"Ngga. Aku ngga mau masuk ke kamar!" Seru Gina saat Angga mengarahkannya masuk ke dalam kamar yang diyakini itu adalah kamar Angga.

"Ya sudah. Tunggu disini dan jangan kabur."

"Gimana mau kabur. Kuncinya kan kamu sakuin!" Gina kesal. Angga tersenyum kearahnya. Tangannya mengelus rambutnya yang berwarna coklat.

"Good girl, Baby."

Angga melangkahkan kakinya kedalam kamar. Tak lama ia keluar dari sana sambil membawa sebuah tas belanjaan dari sebuah merek ternama.

"Apaan nih?" Gina bertanya saat Angga mengulurkan tas belanjaan kepadanya.

"Temani aku malam ini."

"Apa?!..."

***

Sementara itu,

[Tuh kan. Ibu bilang juga jangan telat makan. Kamu nih kalau dibilangin suka ngeyel. Jadi sakit kan.]

Hidden Marriage 2 (Frans-Mimi Couple)Where stories live. Discover now