05 (*)

542 78 1
                                    

Back to Frans and Mimi.

"Tami!" Pekik Frans saat melihat tubuh seorang gadis terkulai lemas bersandar pada sebuah pohon besar. Ia berlari menghampiri gadis yang ia yakini itu Tami.

"Mi, bangun. Bangun Mi."

Frans menepuk pipi dan mengguncang tubuh Tami agar gadis itu membuka matanya. Frans berteriak meminta pertolongan karena ia ikut tersesat saat tengah mencari Tami. Tapi tidak ada satupun yang mendengar teriakannya. Bahkan HT yang dibawanya tidak berfungsi karena rusak tertimpa tubuhnya saat jatuh tergelincir.

Frans menatap Tami yang kondisinya sangat memprihatinkan. Dari beberapa bagian tubuhnya  mengeluarkan darah. Pakaian yang dikenakan juga sudah banyak yang sobek dan basah. Frans memastikan kembali kondisi Tami, apakah masih hidup atau sudah meninggal.

Ia meraba denyut nadi di sekitar leher dan juga nafas Tami dihidung. Ia terlihat sedikit bernafas lega karena Tami masih dalam kondisi hidup. Tubuh gadis itu teraba panas. Frans mengelap muka Tami yang basah kehujanan.

"Alhamdulillah kamu masih hidup, Mi. Maaf aku datang terlambat. Maaf baru bisa menemukan kamu, Mi." Frans bergumam. Hari itu hujan turun rintik rintik. Frans celingak celinguk mencari tempt yang bisa dipakain untuk mereka berteduh. Dari kejauhan, ia melihat sebuah gubuk kecil. Sepertinya gubuk itu berada di daerah pemukiman warga yang berada tidak jauh dari tempat mereka berada sekarang.

"Mi, tahan sebentar lagi. Kita akan selamat."

Frans menggendong Tami yang sudah tidak berdaya diatas punggungnya. Perlahan Frans berjalan menuju gubuk yang jaraknya cukup jauh. Luka di kakinya tidak ia rasa selama mereka bisa selamat. Hampir tiga puluh menit berjalan, keduanya tiba di sebuah gubuk kumuh.

Dengan perlahan, Frans membaringkan tubuh Tami. Kembali ia menepuk-nepuk pipi Tami agar gadis itu terbangun. Perlahan mata Tami terbuka. Samar samar ia melihat seorang pria dihadapannya.

"Tolong... Aku..." ucapnya lirih.

"Mi, bangun."

Frans ingin membuatkan api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka tapi hujan turun semakin lebat dan angin bertiup kencang. Hawa dingin semakin menusuk kulit.

Tubuh Tami semakin menggigil kedinginan. Suhu tubuhnya pun semakin panas. Frans kalut melihatnya. Tanpa pikir panjang, Frans membaringkan tubuhnya di samping Tami lalu memeluk gadis itu dengan maksud untuk menghangatkan tubuhnya.

Sambil menunggu hujan reda, Frans terlelap karena kelelahan. Dan saat terbangun, ia dikejutkan dengan segerombol orang yang tengah menatap tajam kearahnya.

***

"Apa?! Menikah?!"

"Benar. Kalian sudah mengotori tanah kami," ucap seorang warga desa penuh emosi.

"Mengotori apa?! Kami tidak berbuat macam macam." Bantah Frans.

"Tidak berbuat apa apa maksud mu?! Lalu mengapa kalian tidur berduaan disini tanpa busana!" Kali ini Kepala Desa yang berbicara.

"Saya bisa jelaskan semuanya Pak. Jadi, tolong dengarkan penjelasan saya dulu."

Frans menjelaskan bahwa ia terpaksa melucuti pakaian Tami yang basah dan kotor karena gadis itu kedinginan. Entah apa yang merasuki pikirannya saat itu melucuti pakaian Tami tapi yang jelas tubuh Tami sudah tidak bergetar lagi setelah bersentuhan dengan tubuhnya.

Demamnya mereda. Kala itu yang Frans ingat hanya ia tidur memeluk Tami. Ia tidak ingat apapun lagi. Saat terbangun, ia sudah dikerumuni oleh warga.

"Begitu Pak ceritanya. Jadi, saya benar benar tidak berbuat mesum disini."

Hidden Marriage 2 (Frans-Mimi Couple)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang