11

418 77 20
                                    

"Apa?! Pertemuan alumni?! Kamu gila ya bawa aku kesana!" Hardik Gina.

"Loh, memangnya kenapa?"

"Aku kan bukan alumni kampus kamu. Lagian juga profesi kita beda. Kamu dokter kandungan aku dokter gigi."

"I don't care. Yang pasti aku datang bawa gandengan. Ngga sendirian lagi." Angga tersenyum bangga. Gina mencebik kesal. Ia memilih menggertutu sendiri ketimbang beradu pendapat dengan Angga yang sudah pasti tidak mungkin dimenangkannya.

Setibanya disana Angga menggandeng mesra Gina masuk ke dalam. Keduanya bertegur sapa dengan beberapa kenalan. Gina merasa aneh sendiri karena dia berada disana dengan lelaki lain yang bukan pasangannya.

Tiba-tiba langkahnya terhenti setelah melihat seorang wanita cantik yang tengah tersenyum kearahnya. Lebih tepatnya tersenyum kearah pria yang tengah digandengnya.

Dia adalah Meisya Andara Putri, mantan isteri Angga yang juga sama sama berprofesi sebagai dokter kandungan. Gina sendiri tidak ingin tahu apalagi ambil pusing mengapa Angga dan Meisya berpisah yang pasti Gina yakin Meisya masih menaruh hati kepada sang mantan suami.

Gina melepas tangan Angga karena tidak nyaman dengan tatapan Meisya yang penuh selidik kepadanya. Tapi Angga kembali menggandeng lengannya dan kembali melangkah.

"Meisya." Angga terkejut melihat mantan isterinya datang ke pertemuan Alumnus padahal sang mantan isteri bukan alumni kampusnya.

"Hai, Darl," sapa Meisya ramah dengan senyum sumringah bertemu lagi dengan Angga. Tanpa melirik siapa wanita yang berada disamping Angga, Meisya memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri Angga mesra, membuat Gina merasa akward.

"Ups... Sorry," ucapnya saat melihat reaksi Angga yang menurutnya berlebihan. Ia terkekeh melihatnya.

"Kamu ngapain disini? Kamu kan..."

"Iya aku tahu, Darl. Aku bukan alumnus kampus ini. Aku disini karena di undang sama Tomi buat datang. Padahal aku udah tolak dia buat datang tapi dia maksa. Alhasil ... i'm here."

Angga hanya beroh ria. Angga menoleh kearah wanita yang disampingnya. Alih alih bermaksud ingin memperkenalkan wanita disampingnya, Meisya justru menarik Angga menjauh dari Gina. Ia membawa Angga untuk bertemu teman-temannya yang sudah lama tidak berjumpa.

Gina yang ditinggal begitu saja hanya bisa melongo dan kesal sendirian. Kepalanya celingak celinguk kebingungan. Ingin sekali ia menjambak rambut Meisya karena dengan sengaja menarik Angga menjauh darinya. Tapi jika dipikir lagi, siapa lo?!

Gina mendesah berat. Ia memilih menghampiri stand makanan dan duduk di sebuah meja yang berada di pojokan seorang diri.

Sementara itu, Angga kesal karena Meisya menariknya untuk berkumpul bersama teman-temannya dan membiarkan Gina sendirian ditempat yang asing. Kepalanya sedari tadi celingak celinguk mencari keberadaan Gina.

Meisya terus menahan tangannya untuk tidak pergi dan itu semakin membuatnya kesal. Hingga puncaknya Angga menarik tangannya dengan kuat membuat Meisya tersentak.

"Darl, what's going on?" tanya Meisya.

"Sepertinya hubungan kita tidak seakrab ini sehingga harus bergandengan seperti ini, Meisya." Angga geram.

"Loh memangnya kenapa kalau kita bergandengan tangan? Kita memang bercerai tapi apa harus menjadi musuh? Tidak kan."

"Memang tidak. Tapi kamu tidak menghargai wanita yang tadi bersama ku. Kamu membawaku begitu saja tanpa memperhatikan perasaannya. Kita sudah berbeda, Meisya. Hubungan kita tidak seperti itu lagi. Jadi, ku harap kamu memperbaiki sikap yang kurang ajar itu!"

Angga pergi meninggalkan Meisya dan mencari keberadaan Gina. Meisya tidak terima ia diperlakukan seperti itu oleh mantan suaminya. Ia harus membalas sakit hatinya karena ulah Gina.

***

Gina turun dari motor lalu menyerahkan helm kepada Frans. Beberapa waktu yang lalu ia menghubungi Frans untuk menjemputnya pulang dari tempat acara. Ia tak peduli panggilan telepon Angga yang mencari keberadaannya.

"Maaf ya bangunin Ayanb malem malem buat jemput aku," ucap Gina saat baru turun dari motor.

"Are you oke?" tanya Frans melihat Gina yang tidak baik-baik saja.

"I'm good. Cuma ngga enak badan aja."

"Yakin?" Gina mengangguk. "Kenapa pergi kalau lagi ngga enak badan."

"Kepaksa. Ngga tahunya aku malah ditinggal sendirian. Kan ngeselin!" Rutuk Gina.

"Ya udah. Sekarang kan udah aku jemput. Kamu istirahat aja untuk persiapan pulang ke Bandung besok." Frans enggan bertanya lebih lanjut mengenai siapa teman Gina tersebut.

"Makasi sayang. Kamu mau nemenin aku dulu ngga?" Pintanya penuh harap.

Frans tersenyum. "Ini udah malam. Lebih baik kamu istirahat biar besok bangun pagi dan ngga ketinggalan pesawat." Ia mengelus pipi tunangannya.

"Hm... ya udah deh. Aku masuk dulu ya. Kamu hati-hati dijalan sayang."

"Oke. Bye."

Gina melambaikan tangan kearah Frans yang telah pergi meninggalkan hotel tempatnya menginap. Ia pun segera naik ke unit kamar hotelnya untuk beristirahat dan membereskan barang-barang.

Gina memejamkan matanya sejenak sambil berendam di bathtub menikmati me timenya seorang diri. Baru saja ia terlelap, tiba-tiba dari dalam kamar terdengar suara pintu kamar yang di buka paksa. Gina terperanjat dan berteriak saat seorang pria menerobos masuk ke dalam kamar mandi.

siapa lagi kalau bukan Angga.

Gina menjerit histeris sambil melemparkan barang barang yang ada dalam jangkauannya. Angga berlari keluar dari kamar mandi sambil meminta maaf.

"AN***G! PERGI LO DARI KAMAR GUE!" teriak Gina dari dalam kamar mandi.

"Aku tunggu kamu beres mandi. Habis itu kita bicara," teriak Angga dari luar kamar mandi.

"Berengsek! Kok dia bisa masuk kamar gue sih?! Bangsat!" Makinya.

Setengah jam berlalu. Gina keluar dari kamar mandi hanya berbalut bathrobe yang sebelumnya ia bawa. Tatapannya menusuk tapi yang ditatap malah terlihat santai meski harus menahan diri untuk tidak menyerang target buruannya yang terlihat begitu menggoda.

Rambut panjang terurai yang basah dan tubuh polos yang hanya tertutup bathrobe nyaris menggagalkan akal sehatnya saat ini. Angga hanya mampu menelan ludah melihat penampilan Gina saat ini.

"Ngapain lo masuk ke kamar gue?! Keluar atau gue panggil satpam." Ancam Gina.

"Mereka ngga akan berani sayang. Justru mereka yang membantuku masuk kedalam kamar mu," ucapnya santai.

"Apa?! Gila lo ya."

Angga beranjak dari kursinya dan perlahan mendekat. Nyalinya menciut melihat pergerakan Angga ditambah tatapan matanya yang menguncinya membuat Gina ketakutan.

"Mau ngapain lo?"

Angga tidak menjawab. Gina mencari celah untuk kabur tapi percuma karena Angga berhasil memeluknya dan menghimpitnya ke tembok. Gina menangis sambil memberontak melepaskan diri dari pelukan Angga.

"Aku minta maaf. Aku tahu kamu marah karena kejadian tadi. I'm really sorry, babe," bisiknya di telinga Gina. Bulu kuduknya meremang. Saat akan membantah, Angga membungkam bibirnya dengan ciuman mesra. Membuai Gina keatas awan. Perlahan dan tanpa sadar, Gina membalas ciuman mesra duda tampan itu dan berakhir panas di atas ranjang.

***

To Be Continue

Hidden Marriage 2 (Frans-Mimi Couple)Where stories live. Discover now