08

389 76 3
                                    

Derttt... Dertttt...

Frans merogoh saku celananya. Dahinya mengerenyit melihat nomor asing menghubunginya. Sambil berjalan menuju ruang meeting, ia mengangkat teleponnya.

"Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam. Frans ini Tante Meli, Ibunya Tami."

"Oh iya Tante. Apa kabar?" Frans basa basi.

"Alhamdulillah sehat, Frans. Kamu sendiri bagaimana kabarnya nak?"

"Sehat juga, alhamdulillah. Oh iya Tante, ada perlu apa?"

"Ini Frans. Soal Tami." Frans merasa jantungnya langsung berdebar kencang. "Kenapa Tami, Tante?"

"Kamu tahu Tami kemana? Tante udah beberapa hari ini ngga telponan sama dia. Kemarin ditelpon kok ngga aktif nomornya. Lagi sibuk banget ya dia disana?"

"Astagfirullah. Maafin Frans, Tante. Aku lupa kabarin Tante kalau ponselnya Tami rusak saat lagi peninjauan dilapangan. Frans mau ngabarin Tante biar ngga khawatir tapi keburu lupa. Maaf Tante."

"Oalah. Pantesan susah dihubungi. Tapi Taminya baik-baik saja kan, Frans?!" Pertanyaan itu membuat Frans tercekat. Frans menjawabnya dengan perasaan tak menentu.

"Ya sudah. Titip Tami ya Frans."

"Pa... Pasti Tante."

Tanpa sengaja Frans melihat Tami yang bertemu dengan Keenan. Meski dari jauh tapi Frans melihat wajah Tami yang kelelahan.

"Tami suka lupa sama makan. Jadi, tolong perhatikan urusan makannya. Itu anak kalau sibuk suka lupa untuk makan. Makanya maagnya selalu kambuh."

Frans terdiam mendengarkan ucapan ibu mertuanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Tami yang tengah mengobrol dengan Keenan. Saat hendak menghampiri Tami, Meli keburu memutus sambungan teleponnya dan Tami sudah pergi menjauh.

Keenan menghardik Frans yang menghampirinya. "Wah... Elu tega bener ya. Gara gara elu gue ngga enak minta bini lo jauh jauh anterin berkas meeting padahal lagi sakit!"

"Hah? Sakit?!"

"Iya, sakit. Mukanya aja keliatan pucat. Anjir gue merasa bersalah banget tahu. Tahu gitu gue yang ambil sendiri ke rumah."

"Nih, berkas yang lo minta. Dan kunci kamar lu juga." Keenan menyerahkan berkas yang diantar Tami dan juga kunci kamarnya.

"Kok kunci kamar gue dibawa juga?"

"Meneketehe." Keenan segera menuju ruang rapat diikuti Frans.

Sementara itu, Tami pulang ke Mess sewaktu ia belum menikah dengan Frans. Tami beruntung karena Risa ada didalam. Saat Risa membuka pintu kamarnya, Tami langsung memeluknya erat sambil menangis tersedu-sedu.

"Eh eh... ini kenapa datang datang mewek sih!" Risa panik karena Tami tiba-tiba menangis. Ia membawa temannya untuk duduk dikarpet ditengah ruangan.

"Kenapa Mi? Ada apa? Elo lagi berantem sama Frans?" Tami menggelengkan kepalanya. "Terus, kenapa?"

Sambil terisak Tami menceritakan apa yang sudah terjadi kepadanya dan Frans. Risa tidak bisa berkata-kata mendengar cerita temannya itu. Ia hanya mampu memeluk tubuh Tami yang bergetar.

"Sabar ya Mi. Jujur gue ngga tahu harus berkata apa. Tapi gue kesel sama Pak Frans. Bisa bisanya dia tidurin elo tapi teriakin nama wanita lain!" Ucapnya geremet.

"Gue tahu dia lagi mabok, tapi kenapa rasanya tetap sakit."

"Sabar ya Mi. Gue cuma bisa bantu menguatkan elo aja. Gue juga ngga tahu harus gimana."

Hidden Marriage 2 (Frans-Mimi Couple)Where stories live. Discover now