Chapter 1 : Endless Free Fall

1K 24 8
                                    

"Now, break me more, just break mе..."

------------------------------------------

Manusia hidup dengan berbagai perasaan dalam hidupnya. Sedih, senang, kecewa, bangga, dan masih banyak lagi. Perasaan inilah yang membuat kita menjadi manusia. Rasa inilah yang membuat manusia yang kuat ataupun lemah.

Namun ada satu rasa yang begitu dibenci oleh orang banyak. Tak lain tak bukan adalah rasa sakit. Sakit yang begitu dalam hingga tubuhmu tak mampu berfungsi semestinya.

Seharusnya kini aku menangis, namun air mataku terasa kering. Hampa dan sesak disaat bersamaan, entah mengapa rasa ini kembali mengisi rongga dadaku.

Ponsel genggam hitam itu berdering kembali, nama wanita yang dulu kusukai itu muncul ditemani foto wajah manisnya yang kini hanya menyayat hati lemah ini.

Setiap kali aku ingat apa yang terjadi hari ini, aku hanya bisa termenung. Sedih yang kurasa sudah tak tertampung menghalangi minat untuk menyelesaikan sekolah hari ini.

Wanita itu, ia mencium pria lain. Sosok pria yang bahkan tak kukenal dan dia melakukannya di muka publik. Bibir manis nan lembut yang kujaga dan kuhormati, direnggut oleh pria itu.

Apakah aku membenci wanita itu ? Ya, aku marah karena aku merasa perjuanganku tak berguna. Namun aku tak punya energi untuk marah, aku hanya ingin duduk terdiam di lantai ruang tengah rumah yang dingin ini.

Tapi dalam hati kecilku, aku bisa marah padanya. Hanya ada rasa kecewa, bukan pada dirinya tapi pada diriku sendiri. Jika ia sampai harus mencari pria lain, apakah berarti aku yang tak mampu membuatnya nyaman ?

Kepala yang terasa berat ini kusandarkan ke sofa berwarna cream chocolate. Aku kembali menghela nafas, berusaha mengeluarkan sedikit penat dan stress dari diriku sendiri. Aku tak bisa memahami perasaanku. Mataku yang terasa berat terus menekan diri yang lelah ini. Kurasa memang benar, terkadang tidur adalah pelarian sementara yang terbaik.

***

Chika P.O.V.

Aku terpaku, rasa shock, takut, dan amarahku bersatu ketika bibir ini bertemu dengan bibir pria yang baru kukenal itu. Aku tak bisa berkutik, cengkraman kuatnya di pundak ini menghalangi upayaku untuk membebaskan diri.

Ciuman pertamaku, yang kujaga bersama pacarku harus diambil secara paksa oleh pria asing ini. Aku benci dirinya, aku tak mau seperti ini.

"APAAN SIH !"

Ucapku keras diikuti tamparan kasar ke wajahnya yang agak tirus. Tamparan itu begitu keras hingga menarik perhatian orang banyak. Bekas memar merah meninggalkan jejak sakit di pipi kanannya. 

Air mataku perlahan turun, aku berusaha memproses kejadian barusan. Perasaanku kacau, yang jelas aku sangat marah. Ingin rasanya ku memukuli pria ini namun tanganku tak mampu bergerak karena terlalu kecewa.

"Lu suka kan ? Udahlah-"

"Diem gak ! Bajingan..."

"Pft, tapi gue seneng si ada orang lain yang kayanya ikut sakit hati sama lu"

"H-ha ? Maksudnya ?"

Aku mendengar suara langkah berlari menjauh. Tadinya aku tak tahu siapa yang berlari itu, namun kata-kata orang lain membuatku sadar. Yang barusan berlari itu, tak lain tak bukan adalah pacarku.

Langkah ini sudah siap untuk mengejarnya, namun sesuatu menjagaku di tempat. Pergelangan tanganku ditahan oleh bajingan ini. Genggaman kuatnya perlahan menyakitiku.

=/= LoveWhere stories live. Discover now