Chapter 3 : "Kontak"

255 13 8
                                    

"This broken feeling's not too bad...Better than those pathetic days..."

--------------------------------------------------

Dey P.O.V.

Hari telah berganti, entah sudah berapa hari ini aku kurang bisa fokus di sekolah. Rasa bersalah masih saja menghantui, beban pada pundak ini terasa begitu menekan. Aku bahkan sempat beberapa kali ditegur oleh guru karena membuat mereka berbicara dengan tembok.

"Dey lu kenapa ?" Tanya Gita, salah satu sahabatku di sekolah ini

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Dey lu kenapa ?" Tanya Gita, salah satu sahabatku di sekolah ini.

"Hah ? Enggak, gapapa"

"Udah gak usah boong, kita temenan udah lama. Lu keliatan banget kalo lagi boong," ujar Gita sambil kembali menulis di bukunya.

"Emang keliatan banget ya ?"

"Parah," sahut Vino salah satu temanku juga yang ada di kelas ini. Yah kayaknya keliatan banget deh. Jujur bukannya aku tak percaya pada mereka, tapi selalu saja ada rasa tidak enak untuk membuat orang lain khawatir.

"Gue gak bakal maksa lu buat cerita, tapi kalo lu perlu orang buat dengerin kasih tau gua ya,"

Aku mengangguk, sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Gita. Saat-saat seperti ini aku sangat mengapresiasi Gita, namun untuk sekarang aku tak bisa menceritakan masalah ini. Lagipula, aku juga sudah menyusun rencana bersama Chika.

Hari ini sebetulnya aku akan pergi dengan Chika ke rumah pacarnya- uhm maaf mantannya, Nathan. Chika tadinya takut untuk datang namun setelah kuyakinkan, akhirnya ia mau datang. Semoga ini bisa menjadi solusi yang tepat.

"Semoga hari ini lancar..."

***

Aku dan Chika terdiam di mobil ini. Udara canggung membuatku merasa tidak enak mengajak Chika berbicara. Dirinya masih tampak lesu, warna pada kulitnya juga memudar, sepertinya ia tidak dalam kondisi yang fit hari ini.

Tak bisa ku salahkan, ia kehilangan mentari yang selalu menghangatkannya. Nathan yang selalu ada di sisinya dan menjadi motivasinya. Walaupun Chika berusaha untuk menutupinya, mata sendu itu tidak bisa berbohong.

"Eh kok..."

Ucap Chika yang tiba-tiba menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah. Rumah berwarna putih dengan desain minimalis itu nampak kosong. Bukan kosong lagi sebetulnya, lebih tepatnya...

"Dijual...?"

Banner dari perusahaan properti itu terpampang jelas di pagar. Aku mempertanyakan keanehan yang kami temui kepada Chika. Aku tak tahu dimana Nathan ini tinggal, bahkan aku tak tahu siapa nama lengkap "Nathan".

=/= LoveKde žijí příběhy. Začni objevovat