Chapter 14 : Dirinya

146 8 30
                                    

"So whose fault is this...?"

-------------------------------------------

3rd P.O.V.

Sabtu, hari libur yang seharusnya digunakan oleh orang-orang terutama siswa/siswi untuk beristirahat nyatanya tak berlaku bagi mereka hari ini. Mereka yang kumaksud di sini sudah jelas siapa rasanya.

Dey dan Yonat tergabung dalam satu kelompok yang sama untuk presentasi bahasa inggris yang akan dibawakan di minggu depan. Entah bagaimana, rasanya alam tahu dua insan ini harus menyelesaikan sesuatu diantara mereka.

Dey sendiri yang tangannya masih dalam masa pemulihan meminta agar pengerjaan tugas itu dilakukan di rumahnya. Ia tidak perlu susah-susah keluar dengan keadaan luka tangan yang masih sedikit basah itu.

Tentunya hal ini tidak akan semudah itu, apalagi ada satu sosok yang tak membiarkan Yonat dan Dey untuk duduk bersama berdua.

"Vino mana si anjir lama banget", sebut Yonat kesal.

"Buru-buru amat Yon ? Mau ngapain si emang lu ?"

Yonat saat ini ditemani Gita di area sekolah, keduanya tengah menunggu kehadiran Vino. Gita yang menolak kebersamaan Dey dengan Yonat memilih untuk ikut mengerjakan tugasnya di rumah Dey bersama anggota kelompoknya yang tak lain tak bukan adalah Vino.

Nada ketus Gita masih mewarnai pembicaraannya dengan Yonat. Ia bahkan menolak untuk diboncengi oleh Yonat dan memilih untuk menunggu Vino datang. Padahal seharusnya mereka bisa menunggu Vino di rumah Dey.

"Nah ini dia"

Vino datang dari kejauhan dengan motor RX King miliknya. Sebuah motor yang legendaris dan memiliki citra khas sendiri di mata para pengendara roda dua.

"Sorry yak lama"

"Ngapain dulu si lu tadi ?"

"Ada deh, yoklah."

Gita dengan sigap membonceng pada motor milik Vino. Namun belum ada satu menit di atas motor itu, ada satu hal yang dilupakan oleh pemilik motor RX King itu.

"AH ANJIR IYA HELM SATU LAGI !", ucap Vino sambil menepuk dahinya.

Gita menghela nafas entah harus kesal atau mewajarkan. Ia sendiri lupa Vino adalah orang yang mudah lupa dan ceroboh. Terakhir hal seperti ini terjadi, Vino datang ke kelas tanpa membawa tas karena ia terlambat.

"Nih Git, pake aja"

Sebuah helm disodorkan ke arah Gita. Helm dengan tulisan nama Chika itu Yonat berikan tanpa ragu. Namun sebetulnya bukan itu yang membuat Gita tidak langsung menerimanya.

"Lu tau ini gak bakal ngerubah persepsi gue ke lu kan Yon ?"

Yonat menekuk wajahnya, ia sendiri tak memiliki pikiran demikian. Memang keduanya tak punya relasi yang baik, tapi baginya ketika ia bisa membantu ia akan membantu.

"Gue gak butuh persepsi baik dari lu, gue cuma gamau orang naik motor ngebonceng kenapa-kenapa apalagi gegara gak pake helm. Ni cepet !"

"Jadi maksud lu gue gak bisa bawa motor aman Yon ? Wah bisa-bisanya lu !"

Entah mengapa perkataan Yonat justru ditangkap berbeda oleh Vino. Lagi-lagi sebuah asumsi yang tidak dibutuhkan muncul dalam perbincangan mereka.

"Haah ! Sama aje lu berdua, dah nih. Mo lu pake apa kagak terserah !"

Yonat menyangkutkan helm miliknya itu di spion motor Vino dengan sedikit kasar. Ia sudah lelah menghadapi dua manusia ini. Kuda hitam itu membawanya pergi lebih dulu tanpa menunggu Vino dan Gita.

=/= LoveWhere stories live. Discover now