Chapter 5 : Asserting Dominance

176 13 30
                                    

"I like it better now... This completely altered face of mine"

---------------------------------------------

3rd P.O.V.

"Dey mereka mirip banget yak ?" Ucap Vino sambil tertawa.

"Iyak, rutinitas paginya sama persis. Rebahin kepala di meja."

Orang yang Dey dan Vino bicarakan adalah si anak baru Yonat dan teman mereka Gita. Mereka berdua terkekeh melihat posisi Gita dan Yonat yang sama persis meletakkan kepalanya di meja. 

"Kayanya mereka bakal jadi best friend," lanjut Vino.

"Cocok si, terlalu mirip."

Pergantian pelajaran berlanjut, kini saatnya mapel pertama di hari kamis. Mapel yang melibatkan banyak perhitungan dan rumus, pasti kalian mengira mapel itu adalah matematika. Salah ! Mapel itu adalah Fisika. 

"Selamat pagi pak."

Ucap kelas itu dengan separuh semangat kepada guru yang baru saja meletakkan barang bawaannya di meja guru. Gita yang tadi masih tertidur kini sudah bangun, ia tak ingin mencari masalah dengan guru yang satu ini. Namun hal ini berbeda kasusnya dengan Yonat.

"Psst ! Yonat ! Bangun !"

Yonat tak bergeming, ia terlelap dengan nyaman seperti batu. Teman-teman sekelasnya hanya bisa merinding dan merasa takut. Pasalnya guru satu ini cukup killer.

*BAM*

Guru itu menghantam meja Yonat dengan kepalan tangannya. Saking kencangnya, meja malang itu kini sedikit rusak. Amarah tercetak jelas pada wajahnya yang tak muda lagi itu.

"Anak baru masuk-masuk udah belagu banget ya ?"

Yonat mengusap matanya perlahan sembari menguap. Ia melihat ke arah guru itu, bukannya kenapa-kenapa tapi guru itu adalah guru yang ia kurang sukai dan ya kita tahu siapa guru itu. 

"Udah pinter kamu ?"

"Maaf pak, saya ngantuk."

"Pulang sana kalo ngantuk"

Yonat hanya diam, ia sendiri sebetulnya belum sepenuhnya bangun. Ditambah guru yang satu ini hanya mengoceh penuh emosi, membuatnya malas untuk menanggapinya.

"Diem aja sekarang ? Dasar ! Saya juga kesel tau gak liat rambut kamu. Saya gunting juga nih !"

"Saya rasa rambut tak terlalu penting untuk diperhatikan di sekolah pak. Kan cuma dekorasi."

Kalimat terakhir Yonat entah mengapa membuat seisi kelas itu menahan tawa. Sebagai anak baru sepertinya Yonat belum tahu, bahwa rambut Pak Slamet benar-benar hanya "dekorasi". Bongkahan rambut yang ada di kepala Pak Slamet itu benar-benar bisa dicopot layaknya lego.

"HEH KAMU NGEJEK SAYA YA ?!" bentak Pak Slamet, ia sungguhan marah kali ini.

"Hah kok ngejek pak ? Lagian bener kan ? Yang penting dari murid isi kepalanya pak."

"Emang kepala kamu ada isinya ? Udah attitude gak punya, kepala juga gak ada, Apa sih yang sekolah ini mau dari kamu ? Standarnya rusak gara-gara kamu !"

=/= LoveWhere stories live. Discover now