R - 5

160 117 11
                                    

Pagi ini di awali dengan Chintia yang masih sibuk mencari keberadaan si bungsu, ia sudah bertanya kepada beberapa teman sosialitanya mengenai keberadaan si bungsu, namun dalam empat hari terakhir, si bungsu juga belum dapat di temukan apa lagi di hubungi.

Gavin memandangi sebuah kamar yang dari dulu terkunci rapat yang di dalam nya terdapat dua tempat tidur kecil dengan banyak mainan serta beberapa foto keluarga di dalam nya. "Kamar ini masih terawat, Daryl berhasil menjaga semua nya."

Gavin kembali berjalan untuk menuju kamar si bungsu, kamar nya begitu rapi dan tertata dengan nuansa abu-abu yang melekat, Gavin membuka almari kaca milik si bungsu, yang di dalam nya berisikan medali dan banyak piala maupun piagam dari hasil kerja keras nya. "Maaf, lo ngga pernah di banggain mama karena gua."

Ia mengusap almari tersebut sambil melihat beberapa foto sang adik yang terpajang, ia merindukan sosok adik nya yang dulu, yang tidak pernah membantah apa lagi mencoba pergi dari rumah seperti sekarang. "Gua cuma mau didik lo sama kaya papa didik gua dulu, ryl."

"Dan karena elo, papa meninggal."

Di tempat lain, Daryl tengah berusaha membuka kedua netra nya yang sudah lama terpejam, tepat setelah membuka mata nya, orang yang pertama kali ia lihat adalah Arjuna yang menampilkan raut kesal sekaligus khawatir di hadapan Daryl. "Bang juna ngapain disini?"

"Ngelunasin cicilan istana mu."

Daryl sudah sangat keheranan melihat Arjuna berada disini, di tambah lagi sekarang katanya Arjuna akan melunasi cicilan istana nya, apa maksud nya?. "istana apa bang? gua ngga paham."

Rayyan memberikan rekaman suara yang sengaja ia rekam untuk memberitahukan Daryl apa-apa saja yang di bicarakan Arjuna pada Daryl selama Daryl tertidur tadi, ternyata ada percakapan di antara mereka berdua, walaupun salah satu dari mereka hanya mengigau.

"Raja kapan meninggal nya? Pangeran ingin cepat-cepat naik tahta."

Saat suara nya terdengar, Daryl menyengir di hadapan Arjuna, namun Arjuna tak marah sama sekali, justru Arjuna mengusap kepala anak itu untuk menyuruh nya segera sarapan. "saya libur hari ini, biar saya yang gantiin Daffa dan Rayyan disini."

"Emang lo berdua mau kemana?" Daryl bertanya sambil menyuap bubur yang sudah di hangatkan Rayyan di dalam microwave tadi, Daffa juga nampak tengah melahap bubur ayam pemberian Rayyan bersama dengan Daryl.

"Pulang dulu kaga papa ya? mau mandi, ngambil baju gua juga buat lu pake." Rayyan memang berniat mengambil baju miliknya untuk di kenakan oleh Daryl, karena Daryl kabur dari rumah hanya membawa sebagian pakaian nya, yang sekarang masih di laundry, jadi ia akan menggunakan baju Rayyan selama di rumah sakit nanti.

"iya tuh, lo kan ngga betah kalo pake baju pasien." Celetuk Daffa yang sekarang tengah mencuci tangan nya seusai makan, setelah ini Daryl berniat keluar juga untuk mencari udara segar, namun keinginan nya di tahan oleh sang raja, Arjuna.

"Gue juga mau keluar, mau cari angin."

"Gak ada keluar-keluar, saya mau ketemu dokter mu, saya mau bicara empat mata dengan dia." Mendengar perkataan Arjuna, jantung Daryl di buat berdegup kencang, karena ia takut jika dokter pribadi nya akan memberitahukan semua nya kepada Arjuna.

"Ini hari libur, dokter nya masuk sore." Daryl menjawab santai, memang benar bahwa dokter yang tidak berjaga di UGD dan ICU, mendapatkan sift sore saat hari libur seperti weekend atau hari libur nasional.

"Yaudah, kamu mau keluar kemana? biar saya temani." Arjuna menyodorkan tangan nya untuk membantu Daryl turun dari Bankar, ia juga bertanya pada Daryl, apakah Daryl masih merasa sesak atau tidak, dan hanya gelengan yang di berikan sebagai jawaban oleh Daryl.

RYLL - ON GOINGWhere stories live. Discover now