R - 10

149 114 28
                                    

Apa yang kalian fikirkan tentang seorang pewaris kaya raya? apa tentang harta nya? Ketampanan nya? Atau wibawa nya? itu lah yang ada pada diri Arjuna sekarang, menjadi anak sulung sekaligus pewaris dari sang ayah bukanlah hal yang mudah, ia harus melewati marabahaya atau kematian sekalipun, namun kemarin ia selamat dari kematian berkat Januar yang paling ia sayangi selama ini.

Suara dentuman langkah kaki terdengar bersamaan dengan siulan khas seorang pria yang tengah melewati satu lorong panjang nan gelap, ia bersiul bersamaan dengan suara senjata api yang terdengar bersahut-sahutan dengan iringan siulan itu. "Harus nya kalian menyambut saya dengan baik, seperti nya tidur kalian cukup nyenyak malam ini."

Sosok Arjuna berbicara dengan beberapa anak buah Jaegar yang telah tumbang, perusahaan Marvelio sudah berantakan di buat Arjuna malam ini, hampir semua anak buah keluarga mereka sudah di habisi Arjuna dengan mudah, kini Arjuna dengan wibawa nya terpantau tengah berjalan ke arah satu ruangan, yang di kabarkan kalau di san ada Marvelio serta anak-anak nya di dalam sana.

Arjuna melihat Jaegar yang masih babak belur, Marvelio tengah duduk santai di kursi khas berwarna hitam nya, sedangkan adik bungsu perempuan Jaegar tengah berlindung di belakang kakak nya. "Bahkan adik bungsu mu kalah menawan dengan gadis satu malam ku, Jaegar."

Arjuna duduk di antara ketiga nya, Bastian yang di ketahui sebagai tangan kanan terpercaya Arjuna tengah berdiri di sebelah tuan muda nya. Marvelio memandang angkuh Arjuna, ia berdiri dan menodongkan senjata api yang di arahkan kepada Arjuna. "Jaegar, lihat ayah mu yang tidak punya sopan santun itu, apa saya harus menghabisi nya malam ini?"

"Saya hanya meminta sambutan dari kalian semua, tapi kenapa anak buah mu sangat mudah sekali mengantuk?" Arjuna berbicara dengan nada meledek, ia meminta Marvelio dan kedua anak nya untuk berlutut di hadapan Arjuna sekarang juga atas tindakan mereka yang menyakiti bungsu Ravindra.

"Ahh, kalau ada penolakan, saya hanya meminta adik bungsu mu untuk malam ini, bagaimana?"

"Dasar bajingan." Jaegar ingin memukul Arjuna, namun Arjuna segera menghindar hingga Jaegar harus tersungkur dan menubruk almari kaca yang cukup besar dan tebal. Arjuna merapihkan rambutnya sebagai selebrasi nya siang ini.

"Kamu harus nya bangga, karena saya ingin menjadikan adik mu sebagai wanita saya, jarang-jarang saya akan meminta duluan." Perkataan Arjuna hanya untuk merendahkan keluarga Marvelio, Walaupun begitu, hati nya hanya untuk Januar nya seorang.

"Pintar sekali, tanpa di suruh dua kali, kamu langsung berlutut di hadapan saya seperti ini, lain waktu seperti itu caranya, Jaegar." Arjuna keluar dari ruangan itu di dampingi oleh Bastian, mereka pergi dari ruangan itu seolah-olah tidak ada yang terjadi sama sekali hari ini.

"Kita ke rumah sakit sekarang."

Sebelum nya Arjuna sudah saling bertukar kabar dengan sang adik, Daffa dan Rayyan sudah di rumah sakit sejak tadi pagi, kondisi Daryl sudah jauh membaik, namun dokter masih memberikan Daryl dosis tidur untuk menetralkan tensi darah nya yang masih belum normal. "Daffa di cafetaria, nyusul aja kesini."

"Iya, abang bawa Steve dan Bastian untuk berjaga di depan kamar rawat Daryl." Monolog Arjuna yang tengah duduk di kursi tengah dengan kawalan ketat oleh anak buah nya, jalanan tidak begitu padat karena Arjuna meminta di bukakan jalan hingga sampai di rumah sakit.

Sesampai nya Arjuna di sana, ia sempat mampir lebih dulu ke ruang rawat milik Daryl, walaupun penghuninya masih tertidur, Arjuna menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk mengobrol dengan sang kekasih walaupun tak ada jawaban sedikit pun. "Saya mau cari makan dulu ya Ryl? Janji ngga akan lama."

Arjuna mengusap Surai sang kekasih, lalu pergi meninggalkan ruangan itu setelah mematikan lampu dan menutup semua gorden yang ada di sana, nampak Bastian dan Steve yang tengah duduk depan ruangan Daryl untuk berjaga, Arjuna juga akan membelikan makanan untuk kedua bodyguard nya itu. "Kalian jaga Daryl disini, saya ada urusan sebentar."

RYLL - ON GOINGUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum