15. Saksikanlah, hahahaha!!

2.1K 191 7
                                    

Sesuai sama janji aku kemarin, aku udah Update ya. Untuk Bab selanjutnya paling lambat aku Update seminggu lagi. Doain aja lebih cepat.

Happy Reading!!!

🏠🏠🏠🏠🏠

Aku mematut penampilanku di cermin toilet kantorku. Sekarang sudah jam makan siang dan aku akan berangkat ke Restoran Mas Reyhan untuk mengantar kan makan siangnya ; nasi Padang di depan kantorku. Masih ingat kan tentang perjanjian kami? Aku akan memanfaatkan perjanjian itu untuk bertemu dengannya.

Terserah dia berfikir apa tentangku, mau dia berfikir aku agresif atau apapun, itu urusan belakangan. Karena yang terpenting sekarang aku harus memperjuangkan cintaku yang belum sempat bersemi karena kebodohanku yang baru sadar tentang perasaanku sendiri. Dan tentunya juga karena kelambatan Mas Reyhan yang tidak mau bergerak cepat.

Aku mematut kembali penampilanku, setelah merasa semuanya Perfect aku keluar dari toilet dan berjalan ke depan kantor yang sudah ada Taksi menunggu ku di depan. Untuk misi pertama ini aku mau penampilanku tetap paripurna saat sampai di sana. Tidak apa-apa kalau aku harus mengeluarkan biaya lebih untuk membayar Taksi.

Sesampainya aku di Restoran Mas Reyhan, dengan penuh percaya diri aku berjalan masuk kedalam, melemparkan senyum kepada Mbak Kasir biasanya dan langsung menuju ke atas, ke kantornya Mas Reyhan. Aku mengetuk pintunya tiga kali, setelah mendengar kata, "Masuk." dari Mas Reyhan aku melangkah masuk kedalam.

Mas Reyhan sepertinya terlihat sangat sibuk. Dia tidak mengangkat kepala nya sama sekali saat aku masuk. Aku menggigit bibirku gugup, jantungku tiba-tiba berdetak sangat kencang. Tanganku pun sudah berkeringat. Padahal tadi sebelum aku masuk aku masih merasa biasa saja, tidak ada perasaan gugup sama sekali. Kenapa setelah masuk ke aku jadi gugup begini?

"Ehem!"

Aku berdeham, menyadarkan Mas Reyhan tentang keberadaan ku di depannya. Dan benar saja, Mas Reyhan langsung mengangkat kepalanya sedetik setelah aku bersuara. Dia tampak terkejut, namun masih bisa menyembunyikannya di balik wajah datarnya itu. Oho...anda sudah ketahuan, Mas.

Aku meremas jariku yang menenteng bungkusan nasi Padang. Melangkahkan kaki dengan pelan mendekatinya. "Ini...aku bawakan Nasi Padang." Tanganku terulur, meletakkan nasi Padang ke atas meja nya.

Mas Reyhan melirik nasi Padang itu, dan mengambilnya dalam diam. Ia menggumamkan kata terima kasih. Setelah itu tidak ada yang berbicara di antara kami.

Respon seadanya yang di berikan Mas Reyhan malah membuatku bertambah gugup. Seperti nya menjalankan apa yang di katakan Rasi tidak semudah bayangannya. Ini saja aku sudah mati kutu saat Mas Reyhan hanya diam seperti sekarang. Padahal kemarin aku sudah membayangkan kalau Mas Reyhan akan menyambutku dengan baik. Senang melihatku datang tanpa harus di suruh atau di ancam olehnya.

Aku berdeham sekali lagi, membuat Mas Reyhan yang sedang menatap Nasi Padang itu menatapku sekali lagi. Aku menyelipkan rambut di telingaku dan mendongak menatapnya yang sudah berdiri dari duduknya. "Kenapa Mas Reyhan nggak pernah hubungin aku lagi?" Tanyaku lambat.

"Emang kenapa aku harus hubungin kamu?"

Jawaban dari Mas Reyhan membuat kaget. Ini serius Mas Reyhan nanya kayak gitu?

"Ya...beberapa hari ini kan Mas selalu kirim pesan sama aku, tapi udah dua hari Mas nggak kasih kabar sama sekali."

"Kita nggak punya hubungan apa-apa untuk saling bertukar kabar kan?" Ujarnya dingin.

Bener juga. Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak terasa gatal sekalipun untuk menghilangkan malu karena sudah geer.

"Mending kamu pulang."

Mas ReyhanWhere stories live. Discover now