10

849 114 16
                                    


     Perayaan di mulai esok hari, namun bagi anggota kerajaan. Perayaannya sudah dimulai sejak malam, mereka akan mengunjungi makam leluhur mereka, raja-raja terdahulu, dan anggota kerajaan yang telah tiada.

Karena mereka pergi ke makam, maka gaun yang dikenakan harus berwana hitam sesuai dengan peraturan tertulis dari kuil. Vaniza melepaskan semua perhiasannya kecuali sebuah kalung dengan salib terbalik yang begitu sederhana. Ia mengenakan gaun berwarna hitam dengan veil pendek berwarna hitam yang dihiasi sulaman benang perak.

Rambut merah muda Vaniza disanggul, Vaniza juga membawa setangkai bunga mawar berwarna hitam. Jubah hitam agar ia tidak kedinginan, sepatu berwarna perak dengan corak hitam melapisi kakinya yang ramping dan indah.

Vaniza menatap kearah cermin, memuji diri sendiri dalam batin. "Ayo pergi, Rienna.'' Vaniza berujar. Pelayan yang dipanggil itu menunduk dan berjalan di belakang Vaniza.

Saat tengah menuju kereta kudanya,Vaniza dikejutkan dengan kedatangan kedua pangeran yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Ibunda," ucap kedua pangeran secara bersamaan.

"Ada apa? Jullie, Luvie." jawab Vaniza, perempuan itu tak berhenti berjalan. Sementara itu, kedua pangeran melirik satu sama lain seolah sedang merencanakan sesuatu.

"Fie ca pacea veșnică și binecuvântările Luminii să fie mereu alături de tine, împărăteasă.” Mereka berdua menunduk hormat sambil berucap bahasa asing, mereka berniat menjahili Vaniza karena ingin melihat wajah bingung Vaniza yang jarang terlihat.

"Vă mulțumesc pentru salutări, sperăm că ceea ce spui se întoarce asupra ta. Luvie și Jullie, fiul meu drag." Vaniza menjawab salam dari Julius dan Viclus menggunakan bahasa yang sama membuat mereka berdua terkejut karena bahasa itu cukup sulit dipelajari dan biasanya yang menguasai bahasa itu hanya orang yang terlahir sebagai anggota kerajaan utama.

"Jangan lupa bahwa sedari awal kalian tidak akan bisa mengalahkanku dalam pelajaran bahasa, anak-anak," ucap Vaniza sambil tersenyum manis, lalu menepuk bahu kedua pangeran dan berlalu meninggalkan mereka. Tak lama Vaniza berhenti, ia berbalik.

"Juga darah Astreatera mengalir deras di tubuh ku, dan aku adalah Permaisuri termuda di sejarah kekaisaran ini. Reputasiku selama ini bukan hanya bualan belaka, para pangeran-ku tersayang." Vaniza menampilkan senyumnya yang menawan namun terlihat begitu indah di kedua mata dari kedua pangeran.

Vaniza pergi menaiki kereta kudanya meuju komplek pemakaman mendiang raja-raja terdahulu. Julius dan Viclus masi terdiam sambil mencerna kata-kata terakhir di akhir kalimat yang Vaniza lontarkan pada mereka. "Para pangeran-ku tersayang.' kata itu terus terngiang di kepala mereeka berdua, dan saat sudah sadar wajah mereka memerah hingga ke telinga.

"Kakak, aku tidak salah dengarkan?" tanya Julius.

"Tidak," jawab Viclus. Wajah mereka sama-sama merah, untunglah saat itu tidak ada siapapun yang melihat kedua bintang kekaisaran  ini.

Mereka berdua saling bertatap, lalu menyeringai. "Maaf saja kakak, walaupun kau kakakku sekalipun Aku tidak akan menyerah pada Vaniza. Kalau kakak menginginkan tahta aku akan bersedia mengalah, namun tidak dengan yang ini." Julius menatap mata Viclus yang menatapnya dingin, seringai masih terpatri di bibir dua pemuda itu.

"Aku yang seharusnya berkata begitu adikku Julius," ujar Viclus dengan seringai yang semakin lebar. Tampak seolah-olah sambaran petir mengiringi kedua pemuda itu, dengan tatapan sengit yang tak mau kalah, ular dan serigala menjadi gambaran pertarungan kedua pemuda itu.

Kembali ke Vaniza yang sudah sampai di depan komplek pemakaman yang berlokasi di belakang kuil, kedatangannya disambut kardinal yang langsung mengantarnya berkumpul dengan Ibu suri dan kaisar. Saat sampai di hadapan mereka berdua, Vaniza tak lupa memberi salam, walau dalam batin ia sangat mengutuk sang kaisar. Mereka bertiga menunggu kedatangan dua pangeran, sebelum itu Vaniza izin ingin berdoa di dalam kuil dan ibu suri menginkannya.

Aku adalah Ibu dari Kekaisaran ini [Becoming Imperial Mother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang