11

635 88 6
                                    


     Para bangsawan dari berbagai daerah kekaisaran berdatangan ke istana di ibu kota untuk merayakan perayaan ulang tahun kekaisaran dan ibu suri. Istana sudah selesai dihias sedemikian rupa dengan usulan Vaniza untuk menghemat pengeluaran istana. Jalanan utama di ibu kota dihias dengan begitu indah, begitu juga rumah-rumah penduduk kekaisaran, mereka menghias rumah mereka dengan penuh suka cita.

Vaniza dan kedua pangeran berjalan beriringan, namun mereka tidak satu kereta karena para pangeran menunggangi kuda mereka masing-masing, sementara Vaniza yang adalah seorang permaisuri menaiki kereta kuda.

Para rakyat berbondong-bondong datang ke gerbang istana utama untuk melihat anggota kerajaan. Mereka bersorak saat melihat kereta kuda dengan lambang kekaisaran, berharap melihat ibu suri. Namun yang keluar malah sang kaisar, beberapa rakyat mendesah kecewa karena mereka menantikan ibu suri, permaisuri, dan kedua pangeran, bukan sang kaisar.

Setelah itu sebuah kereta dengan kedua pangeran yang menunggangi kuda mengiri kereta itu berjalan memasuki daerah istana utama, rakyat yang melihat itu bersorak gembira menyambut kedatangan ketiga anggota kerajaan yang mereka nantikan itu. Kedua pangeran turun dari kuda mereka masing-masing, lalu mengulurkan tangan saat pintu kereta bergeser ke samping.

Sebuah tangan yang cukup kecil dengan permukaan kulit yang begitu putih dan halus, beberapa helai anak rambutnya yang berjatuhan menambah pesonanya. Senyum yang begitu hangat terukir di bibirnya yang berwarna hampir selaras dengan surai nya.

"Terima kasih Jullie, Luvie." Permaisuri berbisik pada kedua orang yang juga menyambut hangat senyum gadis yang berstatus sebagai ibu tiri mereka itu.

Kereta kuda permaisuri berjalan mengikuti kedua kuda pangeran yang dibawa menuju tempat peristirahatan. Sorak ramai begitu besar, permaisuri berbalik dan tersenyum menyapa rakyatnya dengan hangat, kedua pangeran mengikuti walau pangeran pertama hanya tersenyum tipis, tapi tatapannya begitu bangga melihat rakyatnya.

Pangeran kedua dengan senyum hangatnya melambaikan tangan sesuai protokol kerajaan pada rakyatnya, matanya terlihat seperti bulan sabit saat ia tersenyum. Tak lama dari arah berlawanan, sebuah kereta dengan lambang anggota kerajaan lainnya datang, itu adalah kereta kuda ibu suri.

Ibu suri turun dibantu para dayang nya, sorakan ramai diteriakkan oleh seluruh rakyat yang ada di sana. Ibu suri menatap rakyatnya dengan bangga, tampak matanya berkaca-kaca karena teringat saat pertama kali ia menghadiri perayaan ulang tahun kekaisaran yang bertepatan dengan ulang tahunnya sendiri.

Vaniza berjalan ke arah ibu suri lalu memberi salam dan membantu berjalan mengiringi ibu suri sambil melambaikan tangan berpisah pada rakyatnya. Kedua pangeran hanya mengikuti Vaniza layaknya anak ayam mengikuti induknya.

Mereka masuk ke istana utama, Vaniza berjalan beriringan dengan ibu suri, lalu dibelakang ada kedua pangeran yang sibuk bertengkar dalam tatapan mereka masing-masing.

"Kau pasti lelah, Vaniza." Ibu suri berkata menatap Vaniza yang hanya tersenyum sambil menutup matanya.

"Apa begitu terlihat, ibu suri?" Tanya Vaniza, ibu suri mengangguk dengan santainya.

"Aku tidak bisa fokus beristirahat karena saat mengerjakan desain interior di istana utama, mereka selalu saja bertengkar seperti anak kecil, ibu suri." Adu Vaniza sambil melirik Viclus dan Julian yang tampaknya tidak mendengar obrolan mereka.

"Aah, apakah begitu?" Ibu suri berujar sambil melirik tajam kedua cucunya itu.

Menyadari lirikan tajam ibu suri, kedua pangeran membuang muka, tak menatap satu sama lain ataupun kedua orang di depan mereka. Saat mereka sampai di depan pintu aula utama istana utama, para penjaga bersiap membuka pintu sambil mengumumkan kedatangan anggota penting kerajaan itu.

"IBU SURI, PERMAISURI, DAN KEDUA PANGERAN MEMASUKI RUANGAN." Begitu sang penjaga mengumumkan kedatangan mereka, semua yang ada di sana kecuali sang kaisar serempak menunduk dan berseru,

"KAMI MENYAMBUT IBU SURI SANG REMBULAN YANG TERBENAM, PERMAISURI SANG REMBULAN YANG BERSINAR, KEDUA PANGERAN SANG BINTANG YANG BERSINAR UNTUK MENGGANTIKAN SANG MATAHARI." aula istana itu terasa bergetar karena seruan sambutan para bangsawan dan pekerja yang ada di sana.

Vaniza lalu menunduk sekilas menjawab sambutan yang ditunjukkan untuknya, ibu suri, dan kedua pangeran. Mereka lalu duduk di kursi kedudukannya masing-masing, Vaniza berada di samping kaisar yang terlihat pucat dengan keringat dingin mengalir dari dahinya. Diam-diam Vaniza tersenyum miring ia lalu menatap ke arah bangsawan yang berbisik-bisik, karena sang kaisar belum lagi memulai acaranya maka mereka semua sibuk dengan pembicaraan masing.

"Ehm, karena saat ini kondisi yang mulia sedang tak sehat, izinkan saya yang berbicara memulai kata sambutan." Vaniza berujar sambil melirik ibu suri seolah meminta izin, ibu suri mengangguk seolah mengizinkan.

"Saya ucapkan selamat datang pada kalian semua yang berada di sini, saya Vaniza Caria ez Astreatera Abelove permaisuri kekaisaran ini mewakili yang mulia kaisar, ibu suri, dan kedua pangeran untuk menyambut kedatangan kalian semua dengan suka cita di perayaan ulang tahun kekaisaran dan ulang tahun ibu suri." Vaniza menarik napas perlahan lalu menghembuskan nya.

"Semoga kekaisaran semakin berjaya, dan semoga ibu suri panjang umur selalu hingga bisa melihat cucu dari cucunya." Vaniza mengakhiri perkataannya sambil tersenyum yang membuat ibu suri juga ikut tersenyum.

Setelah acara sambutan yang diucapkan oleh Vaniza, acara dimulai dengan dansa. Saat semuanya sibuk berdansa, ada yang membuat perhatian Vaniza teralihkan hingga ia bangkit dari kursinya untuk menghampiri orang tersebut, Viclus dan Julius hendak mengikuti Vaniza namun tatapan ibu suri yang seolah menyuruh mereka untuk tetap duduk membuat mereka tak bisa mengikuti Vaniza.

Seorang pemuda dengan surai yang sama dengan Vaniza menatap lembut pada permaisuri yang turun, perhatian beberapa orang teralihkan pada Vaniza, namun Vaniza memberi isyarat agar mereka tetap fokus berdansa.

"Saya memberi hormat pada yang mulia permaisuri." Ujar pemuda itu sambil menundukkan tubuhnya menghadap permaisuri kekaisaran ini.

"Kakak.." ucap Vaniza dengan senyuman yang begitu hangat, matanya berkaca-kaca menatap pemuda yang adalah kakak keduanya tersebut, kakaknya yang telah lama tak ada kabar.

"Kau sudah besar ya.. Vaniza," ucap Vincent Caldmon ez Astreatera, sang putra kedua yang telah lama hilang.

🦇🌺🦋

_________________

Story by : Sheila G.K [Cherry] & DindaQueenzafa [Zaza]

:)

Nyesek jujur, dia yang kusuka menyukai temanku~~.
Ku kira lagu, rupanya kisahku :)

Kabar bahagianya Email zaza udah bisa diubah, makasih buat kalian yang udah baca dan berdoa yang baik-baik buat zaza, yang buruk-buruk moga balik ke dirinya sendiri dah.

Baiklah zaza mau lanjut menggalau, dah bye bye 👋

🥲 Kaki zaza bengkak nyut-nyutan karena jatuh kepleset akar terus nyungsep, untung ga dapet kodok, mana pas di urut sakit banget. Zaza ngga sekolah karena ini kaki, lebih tepatnya pergelangan kaki sih, bengkaknya besar juga sih, yaudah lah bye bye

Jangan lupa vote dan komen
Bye..bye..

Aku adalah Ibu dari Kekaisaran ini [Becoming Imperial Mother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang